
Kematian adalah
sesuatu yang sangat menakutkan dan sangat menyedihkan bagi yang ditinggalkanya
serta merupakan Sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh semua mahluk yang ada
dimuka Bumi ini. Kematian datang begitu saja tidak dapat dibeli atau ditukar
dengan dalih apapun, kematian adalah hukum yang paling pelit, paling tidak bisa
diajak kompromi, dia datang seakan tanpa diundang seakan memaksa bagi mereka
yang belum siap untuk menghadapi kematian itu. Karena banyak yang beranggapan
kematiaan adalah suatu pemisahaan yang abadi benarkah demikian? Tetapi bagi
orang bijaksana yang berpengetahuan tinggi kematian merupakan suatu anugrah
istimewa baginya, karena bagi mereka kehidupan ini adalah sebuah penderitaan
dan sebuah hukuman yang terombang-ambing dalam lautan kesedihan dan kebahagiaan
semu. Maka sangatlah ditunggu kematian itu, baginya apabila kematian telah
datang berarti hukuman akan segera berakhir.
Berbicara tentang kesedihan dan kebahagian semu,
kematian itu juga merupakan bukan akhir dari segalannya. Mati sama halnya
menganti baju yang telah rusak atau sudah usang dan mencari baju yang baru dan
baik, dan mengapa itu harus disesali dan disedihkan jika kita tahu kematian itu
bukan ujung dari perjalanan hidup ini. Banyak lagi antara masyarakat awam
mengatakan jika kita mati kita akan tinggal dikuburan dan sendirian dan semua
teman dan keluarga akan meninggalkan kita, maka mereka banyak berpikiran
sebelum meninggalkan dunia ini nanti maka sekarang semasih hidup mereka
disibukkaln dengan pemuasan keinginan dan nafsu belaka dan mengumpulkan harta
benda sebanyak-banyaknya karena menganggap hanya sekarang waktunya
bersenag-senang jika sudah mati tidak lagi. Nah itulah anggapan yang sangat
perlu dibenahi dan peneragan yang lebih mendalam tentang kematian.
Nah... bila berbicara tentang kematian tidak
lengkap bila tidak membicarakan suatu kelahiraan. Kelahiran merupakan sesuatu
yang pasti dialami oleh semua mahluk. Menusia lahir kedunia ini banyak jenisnya
ada yang cantik, ganteng dan sebagianya itu semua siapakah yang mengatur ada
yang ditempat orang kaya ditempat orang miskin itu semua siapa yang mengatur
apakah kita yang sengaja yang memilih. Itu semua kita tidak tahu mungkin demikian atau tidak. Dan mengapa
harus terlahir menjadi manusia apakah tidak bisa menjadi dewa saja itu juga
kita tidak tahu. Kelahiran akan menambah jumlah komonitas penduduk didunia ini,
setiap kelahiraan pasti memiliki keunikan tersendiri yang mungkin menjadi bekalnya dalam menjalani kehidupan di Dunia
ini.
MENGAPA KITA HARUS MATI
SIAPA YANG MEMAKSA
Dalam setiap kehidupan jika ada kelahiran pasti
ada kematian, itulah kebenaran hukum alam semesta ini. Rta itulah kebenaran yang
abadi yang setiap apa yang ada di dalamya akan terbawa oleh hukum ini baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak. Kematian adalah salah satu bentuk hukum
kebenaran yang gampang kita jumpai
dimana alam konsep agama Hindu kematian memiliki arti yang amat penting
yang mana kematian adalah salah satu bagian dari proses hukum Punarbawa dan Renkarnasi. Kematian
adalah suatu proses pergantian badan kasar yang telah rusak atau tidak layak
digunakan menuju ketempat atau badan yang baru dalam bentuk kelahiran kembali
atau renkarnasi menjelma kedunia dalam bentuk sesuai dengan karma yang kita
perbuat. Kematian tidak dapat dihindari mesti kita telah dianugrahi umur
panjang seperti Bisma putra Gangga yang diberkati mati atas kemauannya sendiri
serta umur panjang tetapi bukan berarti ia lepas dari hukum alam semesta Tuhan,
melainkan ia tetap menemui kematiaanya sesuai dengan karmanya. Dan juga
walaupun seorang titisan Dewa sekalipun seperti Krisna dan para Awatara yang
turun ke Dunia tidak pula lepas dari ikatan Dunia atau hukum alam semesta ini.
telah nyata disebutkan dalam Sloka Bhagawad Gita bahwa. Dimana
Dharma dipertaruhkan dan adhrma meraja rela maka aku dilahirkan dari
Zaman-kezaman. Itu adalah
realita Tuhan menikuti aturan-aturannya sendiri. Mereka tetap terikat dengan aturan-aturan
yang ada meski mereka adalah Tuhan yang membuat aturan itu sendiri mereka tetap
mematuhinya, itulah kebenaran hukum alam atau Dharma. Hindu mengatakan yang
mati adalah hanya badan wadat atau badan kasar ini saja sedangkan roh ini tidak
akan pernah mati dan senantiasa mengikuti arus hukum kebenaran atau kembali
bersatu dengan Barhman jika tugas dan penebusan dosa telah selesai.
Bila suatu hukum alam tidak menyenangkan, manusia
dapat memakai kemauan dan kecerdasannya untuk mengaturnya. Manusia bisa
mencampuri hukum alam hanya bila mempunyai pengetahuan, karena ia tidak dapat
melenyapkan kekuatan alam manapun, juga tidak mencegah suatu keadaan apa pun.
Manusia dapat menetralkan, dapat membelokkan prilakuknya bila ia mempunyai
kekuatan. Karma tidak lebih suci dari pada hukum-hukum alam lainya. Semua hukum
alam bersifat ilahiah dan manusia bergerak didalamnya. Manusia dapat
memanfaatkan hukum apa bila ia dapat memahaminya sehingga ia menjadi majikan
dari hukum itu sendiri.
Banyak orang berpendapat bahwa hukum-hukum alam
berbeda dan terpisah dari hukum-hukum yang lain. Hukum-hukum yang lain adalah
bagian dari hukum alam, seperti hukum listrik, hukum Gravitasi, hukum
pertumbuhan, hukum pikiran, mati dan kelahiran dan sebaginya. Semua hukum
adalah bagian dari tata hukum alam. Hukum alam bersifat universal tidak
mengenal hukuman, tetapi suatu kondisi yang tanpa kecuali mengikuti hukum
lainya. Hukum alam adalah kelanjutan suatu kondisi bila suatu kondisi ada, maka
kondisi lainya akan muncul, bila suatu kondisi berubah maka kondisi lainya akan
berubah. Air yang mengalir pada suatu tempat yang miring, sesuai dengan hukum
Gravitasi, orang yang meninggal sesuai dengan hukum kehidupan, orang yang
memukul temanya kemarin tetapi besoknya ia dipukul juga oleh tukang parkir itu
adalah contoh hukum Karma Phala yang mana suatu kondisi menimbulkan kondisi
yang lain.
Hukum alam bukanlah suatu perintah, ini perlu
ditekankan kuat-kuat, alam tidak memerintahkan ini atau itu, alam berkata,
“Inilah keadaannya, bila ini terjadi pasti akan diikuti oleh suatu kondisi yang
lainya”. Hukum alam adalah perubahan yang tidak pernah berubah. Bila manusia
tidak ingin hasilnya, ubahlah kondisi yang mendahulunya. Bila manusia tidak
mengetahuinya ia hidup tanpa daya, menjadi korban dan dibanting-banting oleh
daya-daya alam. Bila ia bijaksana ia menjadi majikan, dan daya-daya alam akan
mematuhinya, tidak memaksa tetapi perlu pengetahuan untuk memanfaatkannya.
Bayangkan kalau dalam alam ini tidak ada hukum.
Dalam alam semesta yang tidak meiliki hukum alam maka segala usaha akan gagal,
akal akan tidak ada manfaatnya. Penghuni alam semesta akan menjadi liar,
gemetar dalam daya-daya yang tidak dapat diperhitungkanya. Ia tidak akan berani
bergerak karena tidak tahu apa akibatnya. Penghuni alam bergerak dengan aman
dan pasti karena adanya kepastian hukum alam. Inilah kebenaran yang sebenarnya
memaksa manusia untuk mematuhuhinya, kita patuh bukan berarti kita dibawah
kendalinya tetapi berjalan searah dengan hukum yang ada tidak menentang tetapi
sejalur. Apabila menentang kematian itu tidak mungkin, bila menentang gaya
gravitasi Bumi itu juga tidak mungkin, tetapi kita dapat mengimbangi dengan
mempelajarinya menjadi suatu ilmu pengetahuan dan dapat dimanfaatkan. Jika
tidak ada kematian mungkin Dunia ini akan penuh dengan mahluk hidup dan mungkin
tidak ada tempat lagi untuk berdiam. Itulah pengaturan alam yang kita harus
mengikutinya.
Seperti dalam ajaran Islam
juga mengatakan tentang kematian pada yang hidup di bumi yaitu di dalam kitab
Al-Quran tercantum ayat-ayat tentang
kematian diantaranya adalah:
Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati, dan sesunguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijatuhkan dari neraka dan dimasukkan
kedalam surga, maka sunguh dia telah berutang. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan..(Qs. Ali Imran : 185)
Dalam ayat ini mengatakan hal yang sama seperti
apa yang dikatakan dalam kitab-kitab agama Hindu, bahwa setiap yang hidup pasti
akan mati, setiap yang mati akan mendapatkan karmanya atau perbuatannya selama
hidup di Dunia.
Hidup dan mati adalah dua hal yang pasti dirasakan
oleh setiap mahluk yang berjiwa. Kalau mahluk itu hidup pasti akan mati. Sebab
dalam Al-Quran telah dikemukakan dalam berbagai tempat tentang firman-firman
Allah yang menegaskan bahwa yang menjadikan hidup dan mati adalah Allah . jadi
kita sebagai mahluk yang berjiwa takkan pernah terlepas dari kematian seperti
dalam ayat berikut:
Dan
dialah yang menghidupkan dan mematikan dan dialah yang mengatur pertukaran
siang dan malam, maka apakah kamu tidak memahaminya?. (QS. Al-Mu’minum : 80)
Karena itu kita sebagai mahluk yang masih hidup
yang lebih penting marilah kita menginggat kematian dan apa yang akan terjadi
sesudah mati. Kecuali bersegeralah untuk melakukan amal saleh sebelum
kedatangan mati. kematianpun memiliki jenis dan pembagian yang dikatakorikan
sebagai kematian yang wajar dan tidak wajar seperti dibawah ini akan kami
jelaskan mana yang disebut mati yang dilarang dan mati karena kodrat itu
sendiri.
1. Kematian karena Hukuman Mati
Di antara mereka yang masih terikat pada bumi
terdapat korban-korban hukuman mati yang berwatak criminal dan keras. Juga
mereka yang di hukum melalui bentuk hukuman tertentu yang dilegalisasikan.
Orang-orang malang ini pada waktu meninggal secara paksa terlempar dari alam
fisik, biasanya tercekam oleh rasa takut, ngeri dan benci yang amat sangat, dan
kadang-kadang dipenuhi nafsu keinginan untuk balas dendam. orang-orang yang
mati dalam keadaan seperti ini, tanpa cinta kasih, mendapati dirinya terbungkus
dalam badan etherisnya, hidup ditengah-tengah dilingkungan yang buruk dan
suram, dalam kebingungan dan kekacauan. Hal terbaik yang harus dilakukan oleh
orang ini adalah berusaha memberikan hal-hal yang mulia, atas dasar cinta
kasih. Jika ada seseorang yang dicintainya, biarkanlah ia merasakan cinta itu
dalam wujud yang semulya-mulyanya. Usaha dan perasaan ini akan menjauhkannya
dari keadaan buruk yang dialaminya. maka ia akan memasuki keadaan tenang dan
masa tidur yang mendahului kebangkitan dialam astral.
Orang-orang yang dihukum mati karena kejahatannya
yang ia lakukan sangat kejam dan menyakitkan, dapat menahan nasib buruk ini
dengan sabar karena mengetahui bahwa hukum alam semesta dengan tanpa keliru
sedikitpun akan mengembalikan kepada setiap jiwa buah karma hasil perbuatannya,
apakah itu dilakukan dalam kehidupan sekarang atau dalam kehidupan sebelumnya.
Dosa-dosa akan terbayar lunas pada waktu yang ditetapkan. Kepedihan selanjutnya
yang tidak perlu hanya dapat timbul dari perasaan benci, sakit hati atau dendam
kesumat.
Orang yang jahat dan penuh nafsu tentu saja akan
sangat keras keinginannya untuk melanjutkan kebiasaannya. Jika barang kali ia
terbunuh dalam suatu serangan criminal. Maka ia akan dilemparkan dengan
kesadaran sepenuhnya didalam suatu keadaan dimana ia bebas untuk melanjutkan
apa yang diperbuatnya, walau tanpa control fisik. Kerinduan akan pengalaman
inderawi menjadi demikian kerasnya sehinga ia merasa otomatis ditarik untuk
mencoba memperolehnya melalui sesorang penganti yang masih hidup.
Tanpa dapat dilakukan ai akan ditarik kearah
orang-orang yang masih hidup yang mempunyai kecenderungan-kecenderungan yang
sama dengannya. Terutama kepada mereka yang dapat dipengaruhinya, yaitu
orang-orang yang secara emosional belum dewasa.
Ia secara wajar cenderung terjerumus kedalam
lingkungan-lingkungan kejahatan, kedalam suasana-suasana kelaliman dan
maksud-maksud jahat serta pemuasaan nafsu-nafsu jasmani yang berlebihan.
Desakan-desakan dari dalam dirnya dapat berubah menjadi desakan yang tidak
dapat dikendalikan. Orang-orang yang malang yang dimasukinya, pada saat
demikian dapat melakukan kejahatan bagaimanapun kejamnya. Orang-orang yang
jiwanya tidak mantap, terutama yang masih muda, jika ia sering menginjunggi
tempat-tempat kejahatan, ia akan mengundang anasir kejahatan semacam itu untuk
memasukinya.
Mereka yang memiliki kecenderungan mengarah kepada
kejahatan perlu digolongkan sebagai orang-orang yang sakit dan perlu diurus
untuk pengobatanya, maka sering dijumpai penjara atau lembaga permasyarakatan
guna untuk menyadarkannya dari kelakuan jahatnya ada juga lembaga yayasan
mental yang gunanya sama. Jika karena perbuatan yang dilakukannya menyebabkan
ia harus dihukum mati (Demi Hukum) maka sebaiknya, sebelum dihukum mati, ia
harus diajar atau dilatih jiwannya agar kuat dan pikirannya tidak ada dendam
dan kebenciaan yang akan menyesatkan perjalannya, sebab jika ia mati pikiran
jahat yang belum disembuhkan itu akan bergentayangan seperti Signyal Inframerah
atau blutut yang bisa memasuki alam pikiran manusia yang masih hidup yang memiliki signyal yang sama maka dengan
itu kejahatan tidak akan pernah selesai. Maka lebih baik mereka yang dihukum
mati karena kejahatan seperti Ambrosi, Imam Samudra dan lainnya yang kejahatannya
kelas internasional maupun yang biasa, jangan mereka asal dihukum mati tanpa
ada pelatihan atau pengobatan jiwa yang takut, dendam, sedih dan benci itu
dipulihkan agar tidak menjadi penyakit dimasa depan. Asaal tidak diulur-ulur
atau malah hukuman mati itu tidak terjadi Karena ada permainan politik praktis
itu jangan sampai terjadi. Kematian yang seperti ini jika dilihat dari cara dan
roses kematian dapat digolongkan kematian yang tidak wajar karena tanpa
kehendak hatinya, kematian seperti ini akan menimbulkan masalah dikemudian hari
jika tidak segera lima lapisan tubuh atau unsur badan itu dikembalikan
keasalanya karena itu juga akan menjadi penyakit pada Dunia. Selain rohnya akan
terikat oleh Panca Maya Kosa juga oleh karmanya maka ia akan bergentayangan
dialam pikiran manusia, Pikiran yang dihukum mati tadi akan bergelimpangan dan
akan memasuki dan mempengaruhi pikiran yang sama dengannya sebagai pelanjut
dari keinginan jahatnya. Maka dari itu usahakanlah memantapkan jiwa agar tidak
dimasuki oleh pikiran-pikiran jahat orang yang sudah mati maupun orang yang
masih hidup karena itu akan mencelakakan diri kita dan juga menambah beban sang
jiwa dalam hal menasehati setiap tindakan yang menyimpang itu.
2. Mati Karena Bunuh Diri
Apapun alasannya, bunuh diri itu tindakan yang
tidak benar dan melanggar kodrat kehidupan, meloncat diatas kepala Tuhan
melebihi kemauan penciptannya bagaikan robot yang membuhuh penciptannya itu
tindakan yang tidak benar. Mengapa orang tersebut nekad bunuh diri? tentu
dikarenakan pikiran dan jiwanya tidak mantap, mereka tidak segera menebalkan
Sradha dan bhaktinya kepada Tuhan dengan mempelajari ajaran-ajaran Tuhan atau
agama dan mendenganrkan kata-kata bijak disetiap kebingungannya, makanya
pikirannya dipengeruhi oleh signyal-signal jahat dari pikiran jahat orang yang
sudah mati yang ada disekitarnya dan juga pikiran jahat orang yang pandai
mengendalikan dan pempergunakan pikirannya untuk menghancurkan pikirannya
kepada orang lemah. Maka dari itu dari sekaranglah agar buhuh diri itu tidak
terjadi pada diri kita mulailah bersembahyang dan mempelajari ajaran-ajaran
Tuhan serta Beryoga atau menenangkan pikiran, memusatkan pikiran dan menyatukan
kehendak dengan Tuhan maka dengan itu kemungkinan besar akan terhindar dari
kekuatan jahat tersebut.
Orang yang bunuh diri menemukan dirinya dalam
keadaan yang amat memilukan dialam halus. Penderitaan yang dialaminya jauh
lebih berat dibandingkan derita yang harus dihadapi di Dunia. Jadi pendapat
yang mengatakan bunuh diri itu untuk menyelesaikan segala permasalahan yang ada
di Dunia adalah dusta, kenyataannya adalah bunuh diri karena lari dari masalah
sebenarnya adalah menambah masalah selain masalah yang ada di Dunia itu akan
terus mengejar kita kemana kita pergi karena itu adalah sebuah karma yang harus
dinikmati juga harus mendapat permasalahan baru karena harus bertanggung jawab
atas pelanggaran yang dilakukanya yaitu dengan mengakhiri hidupanya. Selain
dari itu mereka yang mati bunuh diri itu akan menikmati sisa waktu yang
ditringgalkan di Dunia di alam Baka dengan penderitaan juga. Jadi apakah kita
masih memilih bunuh diri untuk lari dari masalah, itukah manusia yang bijaksana
yang mempunyai akal dan budhi pengetahuan yang lebih dari binatang, binatang
saja tidak akan melakukan hal yang sebodoh itu mengapa kita melakukan hal itu,
apakah kita pantas dikatakan manusia yang terkenal derajatnnya lebih tinggi
dari binatang.
Untuk menyelesaikan masalah yang ada di Dunia
tidak lain adalah pasrah dan jalani dengan berdoa selalu kepada Tuhan, sebab
apa yang akan terjadi pasti aka terjadi tidak akan bisa menghentikannya tetapi
semua akan baik-baik saja karena “Apapun
yang terjadi dimasa lalu, kemarin, hari ini, besok, dan seterusnya adalah yang
terbaik untuk kita dan yang terbenar dari yang benar mengapa kita mesti
mengeluh jika kita tahu semua akan baik-baik saja lebih baik jalanilah hidup
apa adanya itulah sejati kita”. Realitas itulah mestinya kita pahami
dan tanamkan dalam diri kita semua agar pikiran kita tertutup dari
singnyal-singnyal jahat yang akan menghancurkan diri kita. Selesaikan masalah
dengan lari kehadapan Padma Tuhan yaitu bersembahyang ditempat-tempat suci yang
agung, menangislah disana, berbicaralah disana, curhatlah disana bayangkan
Tuhan menemanimu dan mendengarkan semua perkataanmu, taungkan segala
permasalahan yang menyelimuti pikiran dan jiwamu disana, maka dengan menagis
dan mengeluarkan semuanya semua masalah akan hilang, pikiran akan tenang dan
damai. Dengan datangnya ketenangan maka akan timbul semanagt baru dan ide-ide
baru untuk menyelesaikan masalah yang sesulit apapun yang kamu alami pasti ada
jalan keluar yang diberikan setelah menangis dan bersujud dikaki Padma Tuhan.
Percayalah pada dengan kata-kata ini karena
penulis telah mencobanya berkalai-kali dan hasilnya sangat membanggakan sebab
cara itu adalah cara memperbaiki jiwa yang goyah akibat pikiran yang tak
terkendalikan lagi akibat masalah-masalah yang terus datang dan menumpuk
disetiap hati bahkan setiap detik kehidupan. Maka cobalah sekarang jangan
mengulur waktu sebab semakin banyak waktu dan masalah yang ditumpuk semakin
bahayalah diri kita, lebih baik kerjakan apa yang kita bisa dan jangan membuang
waktu, pelajarilah segala pelajaran ini dengan didukung cara-cara lain seperti
Yoga dan hiburan, ditempat yang indah yang bisa membuka cakrawala pikiran yang
tertutup seperti, dipegunungan yang menghijau dengan angin bertiup sepoi-sepoi
menyegarkan jiwa, sejuk dan damai penuh dengan suara-suara burung-burng dan
gemercikan air telaga yang asri, jika tidak ditemui lagi seperti itu karena
hutan dan gunung sudah gundul maka carilah kaset atau CD yang menyuarakan suara
alam yang damai. Selain dari itu ada juga dengan berteriak sekeras-kerasnya
pada lautan dan padang rumput, bicarakan semua permasalahanmu dan menagislah
maka dengan itu sedikit-demi sedikit permasalahanmu akan sirna.
Ada juga cara lain seperti bercerita atau curhat
kepada Orang Tua atau teman dekat yang bisa dipercaya dengan demikian
permaslaahan yang ada dipikirran akan berkurang, dengan demikian akan mendapat
masukan dari teman atau orang yang mendengarkann cerita kita. Juga bisa dengan
membaca buku-buku keagamaan yang banyak memberikan petuah suci serta cara lain
yang masih banyak sesuai dengan karakter individu itu sendiri yang kesemuannya
menghindarkan diri melakukan bunuh diri.
Orang yang sudah melakukan bunuh diri itu adalah
karena tidak bisa menahan amukan atau gelombang pikiran yang semakin lama
semakin membesar. Jika orang tersebut melakukan hal tersebut agar roh dan
pikirannya tidak terlalu bergentanyag atau gelisah di alam sana maka Cinta
kasihlah yang dapat meredakannya dari orang-orang yang ia cintai seperti pacar,
Orang tuanya, sahabat dan lain sebagainya dengan mendoakannya setulus hati
memohon agar diberikan bimbingan menjalani kehidupan disana agar tidak
tersesat. semakin banyak yang mendoakannya semakin besar pula Pibrasi yang
dipantulkan untuk meredakan kegelisahan sang roh akibat pikirannya disana. Maka
mendoakan seseorang yang salah mati itu akan memberikan karma baik kepadanya
dan menambah karma baik kepada yang mendoakannya pula artinya semua mendapat
untung. Karenanya dalam agama Hindu ada sistem pengabenan yang tujuannya
mendoakan agar yang meninggal mendapat jalan yang terang dan mengambalikan
unsur yang membungkusnya. Pentingnya pengabenan itu dilakukan dan jangan
ditunda lagi yang tujuannya dan manfaatnya sangat besar bagi yang meninggal dan
juga kepada yang masih hidup. “Janganlah
engkau lakukan hal yang dibenci oleh Tuhan jika engkau menginginkan kedamaian
dihatimu selamanya, lakukanlah apa yang seharusnya kamu lakukan janganlah engkau
menundanya selama masih diberikan waktu”.
3. Mati Karena Kecelakaan yang tiba-tiba
Ada kasus kecelakan yang meninggal Dunia secara
tiba-tiba misalnya tabrakan atau lain sebagainya, seseorang yang terlempar
keluar dari badan fisiknya, dalam kesadaran sepenuhnya dan dalam keadaan sedang
melakuna sesuatu pada saat kematiaanya akan mungkin meneruskan kegiatannya itu
di alam halus untuk sementara waktu, karena ia tidak menyadari bahwa ia telah
mati . Ini disebabkan karena badan astralnya telah terlepas dari badan fisiknya
dengan seluruh badan etheriksnya masih dalam keadaan utuh yang berarti bahwa
semua sat astral dan etheris yang sangat dekat pada badan fisik masih
mengelilinginya. Karena itu ia masih sadar sepenuhnya akan Dunia fisik walau
Dunia ini mulai memberi pemandangan-pemandangan yang agak berbeda.
Untunglah bahwa keadaan yang tidak menyenagkan itu
tidak berkelanjutan dan segera berubah menjadi keadaan yang selaras dengan ciri
dan fisik orang itu, namun dengan sifat pengalaman yang dialaminya. Mereka yang
selama hidupnya bersifat ramah tamah, patuh dan suka damai, tentu saja tidak
mempunyai daya tarik bagi lingkungan-lingkungan kasar dan penuh kekerasan.
Boleh dikatakan kesadarannya buyar menghindari lingkungan suasana semacam itu.
Orang yang bersifat tidak mementingkan diri sendiri dan berlatih mulia segera
menjadi tidak inggat apa-apa tentang segala sesuatu yang terjdai disekitarnya
sewaktu mengalami kecelakaan yang membuat ia meninggal sehingga tidak
menimbulkan kesedihan baginya. ia segera memasuki keadaan tidur yang tenang dan
serasi yang berlangsung sampai ia bangun secara wajar di alam astral yang lebih
tinggi atau alam baka yang artinya akan dibangunkan seuatu karmanya sendiri
apakah kesurga atau keneraka.
Kematian yang seperti ini dapat dikatakan kematian
Salah pati masih dikatakan wajar karena kematiannya bukan atas kehendaknya
tetapi takdir atau karmanya terdahulu yang menyebabkan kematian itu. Walau cara
kematiannya sering dikatakan tidak wajar tetapi bila dikaji dari sisi
pengetahuan ajaran agama kematian Karena kecelakaan masih wajar karena suatu
pembayaran atau pembakaran karmanya yang pernah dilakukan. kematian ini juga
akan menimbulkan penyakit Dunia jika tidak segera mengembalikan unsur-unsur
lapisannya dan mendoakannya agar sang jiwa tidak dibingungkan dengan pikirannya
sendiri. Kematian ini sama sekali tidak melangar aturan Tuhan atau melangkahi
meloncat diatas kepala Tuhan tetapi Hukum alamlah yang mengaturnya bukan
kesalahan yang sengaja.
4. Mati karena Dibunuh oleh orang lain
Kematian karena dibunuh oleh orang lain atau
binatang juga termasuk kematian yang wajar dalam arti pandangan agama atau
pengetahuan akal budhi, yang mana kematian seperti ini adalah bagian dari
pembayaran karma yang mana manusia atau binatang itu sebagai alat untuk
pembayaran karmanya itu. Manusia atau binatang yang membunuhnya adalah
digerakna oleh karmanya sendiri sebagai hasil perbuatannya terdahulu, mungkiin
akibat kesalahannya berkata, berbuat atau bertingkah laku dikehidupan sekarang
ini atau dimasa lalu yang ia tidak ketahui sendiri.
Walau dalam penafsiran atau analisis pembaharuan
pengetahuan agama yang terbaru di Bali mengatakan kematian karena dibunuh
adalah mati yang salah, tetapi saya tidak mengatakan itu salah karena kenapa? Mengapa
harus disalahakan itu tidak bisa dihindari dan bukan atas kehendak yang
sepenuhnya disadari seperti bunuh diri. Itu terjadi diluar kuasa kendalinya dan
merupaka takdir. Kematian karena itu tidak mempunyai kesalahan sedikitpun
karena kematianya tidak menimbulkan karma baru melainkan pengurangan karma.
Kematian ini memang jika dipandang dengan kasat mata terlihat tidak wajar tidak
seperti mati tidur atau mati sehabis sembahyang, memang kematiannya merusak
badan kasarnya tetapi bukan berarti merusak badan jiwa dan pikirannya, dengan
itu kematian ini masih bisa dikatakan wajar.
TAKUT AKAN KEMATIAN
Apakah
kita pantas untuk takut mati itu jawabannya menurut dari individu seseorang,
jika ia takut mati berarti ia masih merasa punya hutang dan dosa yang masih
membelenggu pikirannya dan masih terikat akan objek-objek indriya-nya. Indriya
adalah kuda-kuda liar atau kera-kera nakal yang sangat susah dikendalikan, jika
itu tidak kau kendalikan maka dosa dan tangungjawabmu semakin lama akan semakin
bertambah dan membelenggu pikiranmu, maka keresahanlah yang akan kamu rasakan
dan ketakutan akan kematinpun muncul setiap saat mendengar kematian dan
membayangkan kematian itu dalam pikiranmu, karena merasa belum siap dan masih
binggung. Maka dari itu kendalikanlah pikiranmu. Seperti dalam Bhagawad Gita
mengatakan pusatkanlah pikiranmu padaku
serahkanlah semuanya padaku dengan itu aku akan datang untuk menolongmu. Sangat jelas dikatakan jika pikiran
terpusat hanya kepada Tuhan maka Tuhan akan mengantarkan kita menuju
kekerajaannya yang damai. Maka sudah jelas bahwa pikiran adalah Kusir yang
sangat cerdas bisa membawa kita kemana saja sesuai dengan perintah. Tetapi bagi orang yang selalu mengikat
indrya-nya dan selalu berbuat baik melaksanakan Dharma dan menjalankan karma
terdahulu ia tidak akan pernah takut untuk menghadapi kematian justru baginya
kematian adalah anugrah. Tetapi walaupun kita terus takut akan kematian karma
belum siap tetapi Hukum telah menentukan berapa lama kita di Dunia, dan juga
selama di Dunia belum juga bisa menyelesaikan tugas dan kesajiban serta menebus
dosa maka karma itu akan dipetik di akhirat.
Dimana
sekarang banyak orang takut bila membicarakan kematian seakan raksasa yang akan
menjemput mereka, itu dapat dianalisa, bahwa manusia sekarang lebih banyak
dosanya dari pada karma baiknya itulah ciri-ciri zaman Kali Yuga, dimana
Adharma mengalahkan Dharma.
Kematian
meurut Sri Satya Sai Baba dalam Buku yang berjudul Hukum Karma Mengatakan
bahwa: “ Bangunlah setiap hari
seolah-olah kamu bangun dari kematian. Kematian adalah tidur panjang, tidur
adalah kematian singkat. Bangun dipagi hari adalah kelahiran”, “Inilah
amanat penting berharga yang diberikan oleh kitab-kitab suci, lanjutkan tugasmu
yang sah (menuurut Hukum), laksanakan kewajibanmu, bertingkahlah sesiai dengan
hak-hakmu, tetapi jangan biarkan keterikatan tubuh. Sejauh berkaitan dengan
keluarga harta, reputasi, pengetahuan dan keahlian, bersikaplah hanya sebagai
wali, sebagai orang yang dipercaya atau yang diberi kuasa mengurusnya. Tinggalkan mereka dengan senang hati bila
tiba saatnya engkau harus meninggalkan Dunia ini.
Kematian
digambarkan oleh beberapa orang sebagai serangan terror Tuhan Yang mengendarai
kerabau raksasa dan menukik diatas manusia dengan sebuah jerat. Jerat itu
adalah buatannya sendiri. Beliau tidak menerkam. Ia memberi peringatan awal
tentang kedatangannya untuk mengambil nyawanya. Peringatan dalam bentuk
isyarat, seperti rambut uban, rontoknya gigi, menurunnya pengelihatan, ketulian
pendenganran, mengerutnya kulit dan sebagainya. Beliau itu nama lain dari waktu
(Kala). Waktu itulah yang merangkak secara pasti menjemput dan menggunting tali
pusat kehidupan, maka oleh karena itu pergunakanlah kemampuan itu untuk
berkarma, untuk membebaskan diri dari sergapan waktu. Hukum karma tetap
menuntut harapan, karena dengan karma akibat bisa dibuat. Jangan mengikat diri
dengan jalan mencari buah karma, persembahkan karma itu pada kaki padma Tuhan
dan biarkan itu memulyakannya. Jangan memusingkan keberhasilan dan kegagalan
usaha, sehingga kematian tidak memiliki jerat untuk mengikat. Kematian akan
tiba sebagai pembebas, bukan sebagai pemenjara. Kematian bukanlah perpisahan,
melainkan peralihan dan kelulusan.
Tidur
adalah kematian singkat, dan kematian adalah tidur yang panjang. Bangun dari
tidur adalah kelahiran, kelahiran adalah bangun dari tidur panjang. Sai Baba
mengajarkan doa tidur dalam buku Anandadayi,
“Ya Tuhan, semua perbuatanku baik dan
buruk ku persembahkan padamu. Aku tidak tahuapakah besok pagi aku masih hidup.
Lindungilah aku. Saya sekarang dalam kematian dan jatuh di pangkuanmu.
Ampunilah kesalahan-kesalahan saya, pranamku padamu”. Dan pada saat bangun pagi duduklah ditempat
tidur dan berdoa yang disebut Brahma
Muhurtam yaitu: “Dengan
perlindunganmu saya masih hidup. Mohon berkatilah saya, berikan saya
kebijaksanaan supaya jangan berbuat dosa. Hari ini saya akan berkata yang
benar, suci dan penuh kasih. Hari ini saya akan berbuat yang benar suci dan
penuh kasih. Hari ini saya akan berpikir yang benar, suci dan penuh kasih.
Semoga hari ini saya bermanfaat bagi semuanya yang menjadi pelayan Tuhan Yang
sempurna, pranamku padamu”.
Bagaimanakah
halnya orang mati karena membela Negara, apakah mereka akan masuk surga?. Baba
Menjawab, “Bila kamu masuk angkatan perang
hanya untuk penghidupan, jelas berbeda. Tetapi mereka yang mati demi membela
tanah air, merekalah yang mencapai Virasvarga. Dan bagaimana jika tugasnya
selain membela Negara juga untuk menghidupi keluarga apakah mereka akan masuk
surga? “jika mereka dengan serius dan
tanpa balasan sedikitpun dari Negara dan menghidupi kelurga dengan hasil dari
gajih tanpa mengeluh maka ia juga akan masuk surga”.
Bagaimana
halnya bagi anak-anak yang meninggal ketika masih kecil, bayi atau barangkali
mati dalam kandungan? Secara umum mereka dianggap masih suci belum ternoda.
Baba mengatakan, “Anak-anak yang mati
dibawah umur 15 tahun tidak akan mengalami kelahiran kemabali. Orang tua dari
anak yang mati harus sehat dan tidak menderita suatu penyakit. Anak itupun
harus lahir dalam keadaan sehat dan tidak menderita penyakit keturunan. Bila
mana anak semacam itu mati memang benar, dia tidak dilahirkan kembali. Sebelum
umur 15 tahun, pikiran dan hati mereka belum dikotori oleh nafsu, kemarahan dan
sebagianya. Bila mana seorang yogi mempunyai sisa karma seperti tinggal dalam
perut, kesengsaraan masa bayi, dan lainya mereka harus mengalaminya sebentar
lalu mati. Inilah kelahiran yang terakhir bagi mereka”.
Apakah
mereka yang bunuh diri itu sudah memenuhi takdirnya? Apakah karmanya harus mati
bunuh diri? Baba mengatakan, “Bunuh diri itu tidak boleh. Bagaimanapun sulitnya
kehidupan ini kau harus bisa mengatasinya, jangan menyerah kalah. Setiap
manusia mempunyai hidup yang sudah ditentukan waktunya. Seperti tinggal dirumah
sewaan. Sebelum kau pergi mengosongkan rumah itu kau harus mempersiapkan rumah
lain. Sama saja sebelum pergi meninggalkan badan, tuhan menyediakan badan lain
dengan jangka waktu yang sudah ditentukan menurut hutang piutang karma. Bila
mana kematian disebabkan oleh kesengajaan, kau melepas kesempatan untuk
menyelesaikan karmamu dan pada akhirnya seharusnya mendapat tempat yang
ditentukan menjadi terbelengkalai. Bunuh
diri menyebabkan kau macet ditengah jalan ini keadaan yang sangat menakutkan,
tidak ada tempat kosong dalam ciptaan Tuhan. Tuhan telah mengisinya dengan
roh-roh dan mahluk-mahluk yang tidak terlihat. Bunuh diri menyebabkan mereka
mengerumuni dan menakut-nakutimu. Lagi pula seorang jivi sadar dan merasakan
kehadiran Tuhan hanya selama satu jam dalam seluruh hidupnya. Pertama, lima
belas menit waktu melepaskan badan dalam kematian. Kedua, lima belas menit
sesudah keluar dari badan ibunya dan ketiga, tiga puluh menit pada waktu
perkawinan. Tuhan hadir mendampingi Jivi itu pada ketiga pristiwa penting ini. Karena itu jangan menghancurkan kehidupan
yang telah diberikan oleh Tuhan. Jalani kehidupan ini dengan benar. Orang yang
menghadapi semua percobaan hidup ini dengan tenang dan selalu ingat pada Tuhan,
suatu hari pasti akan menerima anugrah Tuhan. Jangan bimbang akan kebenaran ini
hadapilah dengan keyakinan kepada Tuhan”.
Pada
prinsipnya semua yang dilakukan sekarang seperti Sadhana adalah untuk mempersiapkan keadaan pada masa-masa mendatang
pada setiap kelahiran. Penebusan dosa atau Prayascita
dan Sadhana bisa mengurangi penderitaan akibat masa lalu. Keduanya tidak
bisa menghapuskan karma tetapi bisa mengurangi beban karma. Hutang-hutang karma
tidak bisa dihindari karena merupakan hukum karma. Tetapi bakti dan Sadhana
bisa membuat sisa-sisa karma itu terasa ringan bagi setiap orang.
Adanya
kesadaran merupakan bukti adanya kehidupan. Jika sang roh meinggalkan badan
jasmani, itu berarti bahwa kesadaranlah yang meninggalkan badan jasmani
tersebut dan setelah itu badan jasmani tidak lagi memiliki kesadaran dan disebut
mayat. Jadi kita adalah suatu unit kesadaran yang disebut roh. “Badan ini bukanlah aku; aku adalah roh yang
bersemayam dalam sesosok badan untuk sementara waktu”.
Seperti dalam kitab Sarasamuscaya Sloka 33
mengatakan:
Mrtam sariramutsrjaya kastalostasaman anah,
Muhurttamuparudyatha
tato yatni paranmukhah, (rudyatha).
Artinya:
Pada saat kematian, tinggallah jasmani yang tak
berguna ini yang pasti akan dibuang tak bedanya dengan pecahan periuk. Nah
itulah yang dipeluk-peluk, diratapi oleh keluarga untuk sementara waktu dan
pada akhirnya mereka akan meninggalkannya juga. Hanya itulah yang dapat
dilakukan oleh sanak keluarga secara langsung. Maka dari itu usahakanlah
berbuat Dharma sebagai sahabatmu untuk mengantarkan engkau mencapai alam
kehidupan dengan kebebasan abadi
Dalam
sloka diatas dijelaskan bahwa pada saat kematian tinggal jasmani yang tak
berguna bagaikan sampah yang akan busuk lalu dibuang itulah kenyataan badan
yang tak lagi mempunyai kesadaran. Sampah yang dibuang itulah yang akan
ditangisi oleh sanak keluarga dan setelah itu ditinggalkanya, mereka tidak
dapat mengantar kita sampai ditujuan, untuk apa itu disedihkan, jika mereka tak
lagi peduli dengan kita. Usahakanlah pada saat-saat menemui ajal kematian
hilangkan segala kesedihan yang berasal dari pikiran dan perasaan karena itu
akan menghambat perjalanan sang roh di alam baka, sebab pikiran telah
terselubunggi dengan kesedihan maka kesedihan itu pula yang akan mengikuti kita
kemana kita pergi dan dia akan mengikat sang roh, maka janganlah ingat
pekerjaan, jangan ingat pada Utang, jangan ingat pada sanak keluarga, suami,
istri dan lain sebagainya tetapi ingatlah kepada satu yaitu Tuhan sebutlah
nama-nama suci Tuhan agar karma atau nama-nama itu yang akan menemani dikelak
nanti bukan kesedihan. Dengarkanlah sabda Sri Kresna dalam Bhagawad Gita VIII,
5,6,7 dan 8 untuk bekal menghadapi kematian mengatakan;
“Barang siapa pada waktu ajal tiba Berpulang,
meninggalkan jasmani ini Dengan
mengenang aku selalu, datang kepadaku Ini
tidak dapat diragu-ragukankan lagi. Apa
saja yang terpikirkan saat ajal tiba, Meninggalkan badan jasmani ini, oh kunti
putra. Ia aka sampai pada keadaan yang terpikirkan itu Sebab ia harus terus
menerus terbenam dalam pikiran itu. Sebab itu, kapan saja ingatlah padaku Selalu,
dan berjuanglah terus maju Dengan pikiran dan budhi pekerti tetap padaku Engkau
pasti datang padaku Dengan pikiran tak mengembara kemana-mana, Terpusat berkat
latihan tak henti-hentinya Dia yang melaksanakan meditasi pada yang maha utama Pergi,
oh parta, menuju Brahman yang maha suci”.
Dalam
sloka ini sudah sangat jelas bahwa pikiran sebelum matilah yang akan membawa
kita kemana setelah mati apakah gentayangan, apakah lahir pada sanak keluarga
atau bagaimana sesuai dengan pikiran sebelum kita mati. Maka dari itu
usahakanlah menjaga pikiran kita sebelum meninggal nanti, bersihkan badan dan
bersembahyanglah jika telah ada pirasat untuk mati.
Maka
dari itu berusahalah mengerjakan pekerjaan yang akan membawa keluar dari ikatan
yang sempit ke dalam kecermerlangan yang lebih luas. Kerjakan tugas ditempat
bisa mengabadikan buah dari karma kepada Tuhan, saat itu dapat mencurahkan
waktu dan tenaga untuk membagikan kebahagiaan, keterampilan atau pengetahuan
kepada orang lain.
Setiap
manusia adalah renkarnasi Tuhan. Setiap orang adalah perwujudan Tuhan.Aham atau prinsif Atma yang ada dalam
diri manusia semua adalah Tuhan. Karena itu setiap individu adalah perwujudan
Tuhan. Bila seseorang bertanya, dimanakah Tuhan, sejumlah orang berkata bahwa
Tuhan ada didalam hati mereka. Ini bukan jawaban yang tepat. Bila orang berkata
bahwa Tuhan ada didalam hati mereka, ini berarti ia lebih besar dari Tuhan. Karena itu tidak patutlah mengatakan Tuhan
ada dalam diri seseorang. Kenyataan yang sebenarnya yaitu manusia adalah Tuhan,
segala sesuatu ada didalam Tuhan.
Sarvatah paani padam
Tat sarvatokshi shiromukham
Sarvatah shruti malloke
Sarvamaavrutya tishthati.
Artinya:
Dengan tangan, kaki, mata kepala, mulut dan
telingga meliputi segala sesuatu, Tuhan meliputi seluruh alam semesta.
Seperti
dalam konsep orang Bali mengatakan, kenapa orang yang mati selalu lahir kembali
pada keturunanya dalam garis purusa bukan dari luar daerah atau dari luar
negeri. Itu semua dikarenakan leluhur atau yang menjelma itu, sebelum dia
meningglkan dunianya dahulu pikirannya masih terikat pada keluarga itu, masih
cemas atau tidak sangup untuk meninggalkanya, maka hukum akan kembali
mengantarkannya kepada apa yang belum diiklaskanya dan kembali lahir pada
keluarga itu sendiri dengan ketidak samaan seperti dahulu. Maka dari itu agar
engkau cepat terbebas dari belenggu kelahiran dan kematian maka engkau
harus menghilangkan kesedihan, hilangkan
semua ikatan duniawi, persaudaraan dan keluarga sebab itu semua adalah palsu
yang asli adalah kenyataan Tuhan yaitu pikiran dan perasan tanpa kesedihan dan
kebahagiaan.
Begitu
juga bagi orang yang ditinggalkanya, mengapa harus bersedih jika kamu tahu dia
yang meninggal tidak akan kembali. Yang kau sedihkan hanya mayat, sampah yang
tak berguna sedangkan dia telah berjalan jauh bersama karmanya, dia tidak akan
memikirkanmu lagi walau kamu bersedih dan sangat bersedih dia tidak bisa
melanggar jalur hukum dunia ini. Dari pada bersedih dan tak merelakanya lebih
baik kamu doakan menyebut nama suci Tuhan dan memohon padanya supaya rohnya
selalu disertai kekuatan Tuhan mencapai kedamaian, memohon pengampunan dosa
diselama kehidupannya di Dunia dan memohon agar jika dilahirkan kembali agar
lahir menjadi manusia yang lebih tinggi derajatnya dari sebelumya.
KEMANAKAH SETELAH KITA MATI
Itu adalah
pertanyaan setiap ingsan yang ada dimuka bumi ini, orang gilapun bisa berpikir
demikian. Jawaban dari pertanyaan itu sudah ada dalam pemaparan masalah diatas,
bahwasanya kematian hanya sebagai proses hukum alam semesta yaitu pelepasan
arwah dari badan kasar yang sudah rusak atau usang menuju kehidupan dimana
karma itu yang memberikan jalan. Yang
jelas, kemana kita akan pergi, kemana saja karma membawa kita, karma ada karena
kita, kita yang mengadakan karma itu, pasti kita tahu kemana kita akan pergi.
Jadi dalam kata-kata tadi sudah cukup jelas memaparkan kemana setelah kita
mati.
Jika kita sadar akan karma kita yang pernah kita
lakukan baik itu perbuatan maupun wasana, kita akan tahu kemana selanjutnya
setelah mati. Para Dewa sekalipun tidak bisa menentang hukum karma ini,
perjalanan sang roh selanjutnya adalah diatur oleh karma kita sendiri. Mungkin
akan lahir kembali, lairpun ada menjadi orang cacat, orang miskin, orang yang
kaya dan sebagainya, itu hanya karma individulah yang mengatur, tak akan ada
yang bisa ikut campur dalam urusan ini.
Mulanya dalam cerita kuna orang Bali diceritakan
perjalanan sang roh setelah mati. Ketika kita mati, sebelum kematian sehari
atau dua hari sebelumnya telah ada yang memberitahukan lewat mimpi atau firasat
tidak enak atau mungkin didatangi langsung oleh para pengikut Sang Yama Dipati.
Ia akan mengatakan kalau segeralah kamu mempersiapkan diri aku akan mengajakmu
pulang bersama aku. Setelah itu pikiran manusia itu akan binggung sampai ia
tidak sadar mengatakan dengan keluarga-keluarganya mungkin dengan berpamitan
dengan teman-teman dan lain sebagainya, itulah kelainan-kelainan yang terjadi.
Setelah penjemputan tiba, rohpun telah lepas dari tubuh ini secara keseluruhan,
tetapi selama awal kematian itu roh belum sadar kalau dirinya telah mati ia
masih berada dalam lokasi itu, melihat banyak orang yang datang kerumahnya,
tetapi bila ditanya tidak ada yang menyahut. Setelah itu mayat dimandikan iapun
melihatnya dan ia terkejut kenapa ada aku yang dimandikan. Disanalah ada
piuning dari pendeta dan saat itu juga ada suara dari langit bahwa kamu sudah
mati,. Sang rohpun tiba-tiba berada didalam hutan belantara dengan jalan
setapak matahari terik panas, sang roh berjalan dan menemukan sebuah pancuran
air disanalah sang roh memberihkan diri. Disanalah baru ia sadari bahwa dia telah mati karena bayangan dirinya telah
tidak ada lagi.
Setelah itu roh berjalan menuju sebuh desa yang
banyak penduduknya, dan sebelumnya dia melihat sebuah pintu gerbang yang ada
dua penjaga, disanalah kita ketahui mati kita wajar atau tidak wajar jika wajar
maka boleh masuk dan melanjutkan menjalankan karma berikutnya jika tidak wajar
maka disanalah sang roh ditolak dan disuruh kembali ke Dunia dimana ia
melepaskan badanya. Jika
tidak diterima maka roh akan berkeliaran tanpa tujuan kemana ia akan pergi
makanya disanalah sang roh melakukan pengabdian sampai tiba saatnya ada
panggilan menjadi pesuruh alam sana.
Bila dikaitkan dengan konsep agama Hindu sangat
berkaitan sekali dimana jika kita mati bunuh diri tidak ada tempat yang kosong
baginya, sama halnya cerita ini jika tidak wajar maka ia akan ditolak masuk
pintu gerbang karma. Maka janganlah sekali-sekali melakukan hal yang dilarang
oleh agama seperti bunuh diri dan kejahatan lainya karena itu akan menyusahkan
diri kita nanti.
Ada pendapat mengatakan bahwa segala kenyataan
kehidupan sesudah kematian badan fisik adalah hal yang tidak bisa diketahui.
Akan tetapi setelah perkembangan penyelidikan observasi, riset tentang keadaan
setelah kematian, maka keadaan di alam sesudah mati menjadi benar-benar
dipahami.
Studi-studi tentang ilmu pengetahuan dan agama
baik yang kuno maupun yang moderen, yang bersifat studi banding (Komperatif)
telah menghasilkan pengetahuan yang amat luas tentang kehidupan sesudah mati
kemudian dibenarkan atau dibuktikan dengan pengamatan secara langsung dengan
mengunakan daya kekuatan yang terpendam dalam diri manusia yang disalurkan
dalam bentuk kemampuan yang sudah dikembangkan, yang disebut kekuatan ketajaman
batin atau ilmu kebatinan. Dari
sana terhimpun pengetahuan yang bersamaan dengan filosofisnya mementuk apa yang
disebut sebagai kebijaksanaan kuno (Ancident Wisdom) dari uamat mansuia. Dan
sumber itu dapat kita ambil pengetahuan sebagai gambaran sekilas badan fisik
setelah kematian.
Soal “Kematian sesudah mati” ini pada umumnya
digemari oleh setiap orang, karena tiap-tiap orang suatu saat pasti akan
mengalami kehilangan orang yang dicintai, karena kematian. Tiap-tiap orang pada umumnya ingin mengetahui
keadaan-keadaan di alam sesudah mati.
Langkah pertama untuk menuju kedalam pemahaman
tentang kehidupan sesudah mati adalah mempertanyakan siapakah aku? Pertama-tama kita harus memahami bahwa sesunguhnya, bahwa badan ini bukanlah aku, tetapi aku adalah
roh yang bersamayamdi dalam sebuah badan. Sebagai roh, kita telah ada
sebelum tubuh seorang bayi terbentuk untuk lahir sebagai manusia., maka kita
sebagai roh lebih dahulu memasuki dan bergabung dengan tubuh seorang bayi di
dalam kandungan.
Badan ini adalah pakaian sementara yang kita
kenakan untuk hidup di Dunia. Kita adalah roh yang bersemayam dalam sesosok badan, sebagai roh, suatu
saat kita akan meninggalkan badan yang kita pakai ini dan saat itulah badan
yang kita pakai itu mati dan disebut mayat. Tetapi sang roh sendiri tetap
abadi.
Roh merupakan suatu pribadi hidup, yang
setidak-tidaknya merupakan gabungan dari: Ātman – Buddhi – Manas (pikiran).
Keterangan diatas jangan dibingungkan mengenai
istilah Ātman huruf awalnya besar dengan ātman yang huruf awalnya kecil. Jika
Ātman yang ini adalah kesadaran murni adalah komponen pribadi yang abadi. untuk
dapat sebagai manusia di Dunia ini, sang roh masuk dan terbungkus dalam
berbagai lapisan badan. mengenai berbagai lapisan azaz, bagaimana manusia
tersusun ialah skemanya:
1.
Phisik atau badan kasar
Badan ini
dibangun oleh sari-sari makanan, yang tersusun dari benda padat seperti tulang,
benda cair, seperti darah, cairan atau lendir dan cairan lainya, dan lain
sebaginya yang disebut Panca Maha Butha, Yaitu Akasa Bayu, Teja, Pretiwi, Apah.
Itulah yang membentuk badan ini, dan inilah yang suatu saat mati atau tidak
berfungsi lagi yang disebut mayat.
2.
Badan Etheriks
Badan yang
terbentuk dari bahan sangat halus, yang tidak dapat ditangkap dengan indriya
biasa, Badan ini merupakan pasangan badan fisik yang bentuknya serupa. Ia dapat
dipisahkan dari badan fisik walaupun tidak dapat pergi jauh sekali dari badan
fisik. Pada saat kematian, sang aku meluncur keluar dari badan fisik
bersama-sama dengan badan etheriks. Jika benang penghubung (Sutratama) antara
badan fisik dan badan etheriks terputus, itulah disebut kematian, dimana nafas
yang satu-satunya telah terhenti. Badan etheriks ini berada didekat mayat.
Badan ethriks ini yang sering tampak sebagai hantu kuburan oleh orang yang agak
peka. Oleh orang yang waskita, badan etheriks ini akan tampak berwarna
keunguan, ia akan perlahan-lehan terurai bersama terurainya badan fisik dalam
kuburan. Disitulah alasannya mengapa dalam agama Hindu pengabenan atau
mengembalikan unsur badan ini dikembalikan karena agar tidak menjadi penyakit
bumi atau setan yang mengangu akibat pikiran-pikiran jahat orang yang sudah
mati dan orang yang masih hidup.
3.
Badan Prana
Seluruh alam
berserta isisnya tercakup dalam lautan besarnya kehidupan. Alam semesta ini
hanyalah zat hidup yang diobyektifkan atau yang didiferensiasikan. Setiap
organisme, dari yang paling kecil hingga yang paling besar menarik kedalam
dirinya sejumlah kekuatan hidup yang terkandung dalam kehidupan universal ini.
Kekuatan hidup yang terlihat dalam susunan badan manusia inilah yang disebut
badan Prana atau juga badan lapisan disebut Panca Maya Kosa yang suatu saat
nanti dapat tidak berfungsi atau dikatakan mati, dan harus segera dikemabalikan
lagi keasalnya yaitu alam semesta ini.
4.
Badan Astral
Badan astral
adalah tempat kedudukan segala nafsu dan keinginan. Badan astral selalu
mengubah warnanya sesuai dengan pikiran. Jika seseorang kehilangan kesabaran,
muncullah kilatan-kilatan warna merah padam. Jika seseorang memendam rasa cinta, maka akan tampak warna merah jambu.
Badan astral orang yang berpikiran rendah dan hewaniah adalah kasar, tebal,
padat dan gelap warnanya. Sebaliknya badan astral orang yang telah maju dalam
moralitas dan kerohanian adalah lembut, cerah, memancar dan terang warnanya.
Dengan berpikir mulia kita mensyucikan badan astral. Selain itu kemurnian badan
astral ditopang oleh kemurnian badan fisik. Badan astral meiliki sifat seperti magnet
yang dapat menarik zat astral yang sesuai dengan lingkungan sekelilingnya dan
sesuai dengan emosi seseorang. Jika seseorang berpikiran mulia, maka badan
astral akan menarik zat astral yag mendukung kemuliyaan tersebut jika seseorang
berpikiran penuh dengan kemarahan maka badan astral akan menarik zat-zat
tertentu yang mendukung kemarahan tersebut.
Ada sifat lain dari badan astral yaitu pada
keadaan melek badan astral seseorang menyatu dengan badan fisik. Jika tertidur
maka badan astralnya melayang diatasnya (sementara itu badan etheriks terpisah
bersebelahan dengan badan fisiknya). Pada orang normal, badan astral yang
terpisah dari badan kasar memiliki bentuk berupa awan yang tanpa bentuk.
Apabila terjadi sesuatu yang mengakibatkan badan ini bergerak pergi dari badan
fisik yang sedang tidur, maka badan ini segera terbangun dan badan astral
segera masuk kembali. Pada seorang ahli yoga, ia bisa mengunakan badan
astralnya untuk pergi kesegala tempat dan jarak jauh dengan penuh kesadaran.
Badan astral dari ahli yoga ini tampak serupa dengan badan fisiknya dan dengan
sarana badan astral ini ia dapat
mewujudkan dan menampakkan dirinya ditempat yang jauh di Dunia ini atau bahkan
pergi kealam astral dengan penuh kesadaran. Badan ini sering disebut badan alam
keingian yang mana tidak bisa lepas terpisah dari badan kasarnya walaupun pergi
sejauh mungkin tetapi bila ada suatu masalah di alam astral badan fisik ini
akan terbangun dan menarik badan astral ini kembali masuk, atau juga sering
disebut mimpi buruk.
5.
Badan Pikiran
Zat yang menyusun badan pikiran berasal dari jenis
zat yang paling halus dan lembut. Dalam zat ini sang diri menyatakan diri
sebagai akal. Jika kita menggamati orang yang belum berkembang, kita akan
melihat badan pikirannya akan sulit untuk dikenali, sehingga perlu perhatian
istimewa untuk melihat keseluruhannya. Pada orang yang lebih maju, badan
pikiran yang dimiliki tampak jelas dan pasti, dikelilinggi warna yang indah,
penuh daya, yang merupakan perwujudan dari di alam mental. Badan pikiran berbentuk
bundar oval yang membungkus manusia. Selalu memikirkan kebaikan adalah salah
satu cara meningkatkan pertumbuhan badan pikiran. Berpikir yang logis, runtut
dan penuh konsentrasi adalah aspek lain yang lebih penting dalam membantu
pertumbuhan badan pikiran. Dalam badan pikiran ini ada lapisan dikenal dengan
badan karana. Badan karana adalah gudang penyimpanan atau rekaman karma kita.
Ini merupakan benih yang akan menuntun perjalanan hidup kita pada penjelmaan
berikutnya.
6.
Budhi
Buddhi adalah
kecakapan mengenai saluran pengalirannya pengetahuan ketuhanan, yang membedakan
mana baik mana yang jahat atau juga disebut nurani terdalam. Setiap manusia
mempunyai nurani terdalam hanya saja nurani ini perlu diisi den dikuatkan lagi
dengan ilmu-ilmu pengetahuan tentang kebaikan dan kebenaran seperti pengetahuan
ajaran Tuhan. Tingkatan ini sering disebut susupati. Badan pada lapisan disebut
Anamaya Kosa (Bada kebahagiaan). Para yogi
bisa pindah kebadan ini dan menarik mati kebahagiaan yang abadi. Bagi mereka
hal ini bukanlah tahyul melainkan spuatu kenyataan pengalaman.
7.
Atman
Azasi dasar dari
segala sesuatu, azas yang tidak terpisahkan dari Yang Maha Esa adalah Ātman
ini. kita bisa membaca tentang suatu saat yang akan tiba bagi manusia, yang
jika tidak tercapai dalam kehidupan ini, pasti akan tercapai dalam kehidupan
berikutnya; manakala tumbuh dalam cinta kasih, kebijaksanaan, kekuasaan,
pengalaman kemanunggalan dengan segala sesuatu. Kesadaran yang benar-benar
mengembang dan merangkum segala sesuatu, merangkum semua kesadaran lain yang
benar-benar merupakan universalitas. Disana ia benar-benar mengalami bahwa
segala mahluk adalah tunggal dengan dirinya yang terdalam.
Tetapi tak ada
kata-kata yang dapat membantu menjelaskan atau melukiskan apa yang melampaui
pemahaman untuk menjelaskan Ātman tersebut. Hanya melalui meditasi yang sabar
dan lama dan pengalaman yang sesunguhnya. Dalam ilmu yoga tingkat selanjutnya
dibagi menjadi tiga lapisan utama yang meliputi Ātman, Anupadaka dan Adi yang
masing-masing bagi lagi menjadi lapisan-lapisan yang lebih spesifik.
Dengan demikian
pada proses awal dari kematian, badan etheriks terlepas sepenuhnya dari badan
jasmni. Kadang-kadang tidak lama setelah mati, badan etheriks itu tampak
kelihatan oleh orang yang bisa melihatnya yang tidak jauh dari mayatnya.
Tentunya badan etheriks ini tidak punya banyak kesadaran dan tidak akan bicara
dan berbuat sesuatu. Badan etheriks ini biasanya tampak berwarna keunguan.
Lambat laun badan ethetiks juga akan hancur seperti juga halnya badan fisik. Disinilah
salah satu alasna kenapa Kremasi lebih dianjurkan dari pada penguburan sebagai
cara pengembalian badan fisik dan etheriks keasalnya dengan lebih cepat.
Pada saat badan
etheriks terpisah dari badan fisik maka orang itu tiba-tiba sadar bahwa ia berada
disebelah badan fisiknya. Dania sadar sepenuhnya dalam wahana badan
etheriksnya. Meskipun demikian ia belum meninggalkan alam Dunia fisik.
Lingkaran alam fisik masih terlihat olehnya. Ia melihat badan fisiknya yang
terbaring ditempat tidur. Ia melihat kamar dan prabotannya. Ia juga melihat
orang-orang yang melayat kerumahnya, maka dengan itu ia akan merasa kalau dia
sudah mati. Ketika seseorang keluar dari badan fisiknya hal yang segera
disadarinya ialah kebebasan, rasa ringan dan perasaan terapung. Tidak ada yang
perlu ditakuti tentang keluarnya ia dari badan fisiknya. Biasanya sangat jelas
bahwa wujud orang yang akan mati menjadi tenang dan sering kali tersenyum dan
kadang-kadang seperti ada seseuatu cahaya yang menandakan kematian itu bukan
hal pemisahan tetapi perpindahan alam.
Biasanya selama
priode pelepasan badan etheriks ini, terjadi suatu pandangan kembali secara
cepat dari semua kejadian yang telah dialami selama kehidupan yang telah
dijalani. pengulangan secara cepat dari jalannya hidup searang, seolah-oleh
merupakan rekaman riwayat hidup yang merekam semua hubungan-hubungan dan
pristiwa-pristiawa yang dialami, semua ini merupakan babak terakhir dari suatu
proses yang telah berkerja sepanjang hidupnya. Dan mereka yang meninggal akan
mengerti bahwa ia tidak bisa berkomunikasi dengan kawan dan keluarganya di alam
fisik. ia sadar bahwa ia kini mengunakan badan halus dan tidak mungkin bisa
melanjutkan hubungan dengan dunia fisik dan penduduknya. Pengalaman ini
biasanya membinggungkan, dan didalam dirinya muncul harapan untuk mendapatkan
perhatian dan pertolongan. Dan pada saat itu biasanya sanak keluarga dan
teman-teman yang sudah terlebih dahulu memasuki alam-alam halus akan datang
menolong. Karena hubungan cintak kasih, mereka itu akan hadir untuk menyambut
kedatanlgannya dibadan halus. Misalnya, ornag pada waktu hidupnya orang yang
sangat taat dan berbakhti, dan oleh karena itu guru yang mulia kepada siapa ia
telah tunjukkan aspirasi-aspirasinya akan hadir dalam bentuknya yang dimulyakan
untuk membantu orang tadi menuju ke alam atas. Atau bila tidak sahabat atau
sanak keluarga yang datang maka ia akan disambut oleh salah seorang penolong Gaib yang
bertugas menyambut pendatang baru. Mereka menyambut dan menjelaskan perubahan
yang terjadi dan membantu pendatang menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
baru.
Biasanya setelah
mati si individu berdiri disamping badan fisik, sambil mengalami masa kesadaran
sepenuhnya yang singkat dan terang serta perasaan lega pula bebas. Situasinya
adalah sama seperti bila anda menghayal bahwa anda sedang menghadapi kematian
diatas ranjang dengan penuh rasa sakit. Kemudian secara tiba-tiba anda menjadi
sadar bahwa anda bukan saja tidak berada ditempat tidur tersebut, tetapi pada
waktu yang sama berada ditempat lain, entah dimana, sambil melayang-layang
dengan gembira melintasi padang
rumput yang menghijau disuatu daratan tinggi dipegunungan. Katakan saja pada
suatu petang hari dalam musim kemarau, dimana cahaya matahari yang hangat dan
anggin yang sepoi-sepoi basah dan harum membelai anda yang membuat seluruh diri anda mengetar
dalam keindahan ekstasi, penuh warna-warni dan keserasian
·
Melepas Badan Etheriks
Seperti yang
telah diuraikan, proses pertama dari “mati” adalah meninggalkan badan fisik dan
dengan hidup dengan badan etheriks. Kemudian yang diharapkan dari proses mati
yang baik adalah agar badan etheriks juga secepatnya ditingalkan dan untuk
selanjutnya hidup mengunakan badan astral
dan memasuki badan halus berikutnya yaitu tingkatan badan astral. Dan badan astral inipun juga harus
dilepaskan untuk bisa memasuki alam surga. Di alam surga sebelumnya ada dialam
pengadilan disana akan diproses kembali proses renkarnasi ke Dunia atau untuk
mencapai tingkatan alam para Dewa dan setelah mencapai tingkatan para Dewa maka
akan menujulah roh itu dikeabadian Tuhan yang agung.
Jadi untuk kebaikan, badan etheriks harus segera
ditinggalkan, Karena akan menghambat proses peningkatan sang roh. Ada
kejadian-kejadian dimana proses melepaskan badan etheriks menjadi terganggu
sehingga si individu bisa tetap hidup dalam badan etheriks dalam waktu yang amat lama dan tetap hidup
dalam lingkungan dunia fisik tetapi dengan mengunakan badan etheriks. Kejadian
ini dikarenakan karma seseorang mungkin selama hidupnya masih terikat pada
hal-hal duniawi, tidak iklas meninggalkan kekayaanya maka badan ini akan susah
untuk ditnggalkan. Untuk memperingannya dalam ajaran agama Hindu dikenal dengan
pengabenan mendoakan agar ia segera melupakan hal-hal duniawi guna cepat
melepaskan badan etherik tersebut. Alam dimana mengunakan badan etherik ini
tidak sama dialami oleh setiap individu menurut dari keterikataannya selama
hidup di Dunia dan segala karmaya juga mempengaruhi. Sebaliknya jika orang
tersebut dengan rela dan tanpa keterikatan selama hidupnya di dunia ia akan
dengan mudah meninggalkan badan etheriknya setelah kematian badan fisiknya
selanjutnya menuju badan yang lebih halus atau badan astral. Keadaan rela yang
santai ini menghasilkan rasa nyaman, hilangnya kesadaran dari badan etheriks,
dan menghasilkan tidur yang sangat nyeyak dan tenag sebelum memasuki alam
astralnya. Berlangsungnya tidur ini dapat terjadi untuk beberapa saat saja,
atau beberapa hari saja, atau beberapa tahun, dan kadang-kadang lebih lama lagi
menurut keadaaanya.
Disini penulis tidak mengajurkan untuk meniggalkan
pekerjaan duniawi tetapi penulis mengajurkan agar pekerjaan itu jangan sebagai
benda yang kekal, anggap saja semua itu adalah titipan Tuhan untuk kita
pergunakan memenuhi keperluan kehidupan ini. Jangan sampai benda-benda pemuas
indriya itu menjadi mengikat kita, jangan sampai benda-benda itu mengatur kita
tetapi kitalah yang mengikat dan mengatur benda-benda tersebut untuk
dipergunakan meningkatkan kwalitas sang roh demi kehidupan selanjutnya yang
lebih cemerlang. Sadarilah semua yang ada di Dunia ini baik kesenangan,
kesedihan, kekayaan, jabatan, ketenaran dan lain sebaginya tidaklah kekal
adanya hanyalah sifatnya sementara. Dengan itu kita harus memulai mendewasakan
pemikiran dan jiwa agar mampu menghadapi perubahan seperti perubahan dari alam
fisik kea lam selanjutnya yang situasinya sangat berbeda. Ingat pula bahwa kita
hidup bukan hanya di Dunia ini tetapi hidup terjenjang dan bertangga di
alam-alam selanjuutnya sebelum kembali lagi ke Dunia ini jika masih ada kesempatan
untuk renkarnasi ke Dunia, maka perhatikan dan renungkan kembali tindakan anda.
·
Memasuku Badan Astral
Segera setelah
bebas dari badan etheriks, maka roh akan mengalami tidur yang nyeyak sekali.
Setelah terbangun dari tidurnya, sang roh sudah berada dikawasan alam astral.
Alam astral adalah salah satu kawasan alam di alam semesta, yaitu alam yang
setingkat leih halus dari alam fisik ini. Ada
berbagai hal yang menonjol di alam astral, diantaranya, banyak penduduk dari
kawasan alam astral itu memiliki kecakapan yang mengherankan untuk merubah
bentuknya dengan sangat cepat. Benda
yang berada dialam itu tampak seolah-olah terlihat dari segala sisi, dari dalam
dan luarnya. Oleh Karen aitu, bagi orang yang berlum berpengalaman pergi kealam
itu akan menjumpai kesulitan di alam itu dan lagi sesuai dengan karmanya di
Dunia fisik ini. Ia akan sulit mengerti tentang apa yang sebenarnya ia lihat.
Oleh karena itu ada baiknya memulai dengan seketsa
umum dari kawasan alam astral dengan
mencoba memberikan suatu gambaran tentang alam itu, sebagai latar belakang dari
segala kegiatannya yang mengherankan. Semua orang yang pernah mengunjungi alam
ini mengakui, bahwa untuk menceritakan dengan jelas tentang pemandangan dialam
astral kepada mereka yang pengelihatan mata astralnya belum terbuka, adalah
seperti berbicara dengan orang buta tentang keanekaragaman warna dilangit saat
matahari terbenam. Mengenai kebutuhan hidup di alam astral semua tersedia
dengan mudah, kegiatan yang mereka lakukan sangat bervariasi dan tanpa beban “Kebutuhan
hidup” yang usaha mana menyita begitu banyak waktu bagi kita yang masih berada
di alam fisik ini. Semua gizi yang diperlukan oleh badan astral dapat diserap
secara langsung dari atmosfer, sedangkan pencernaannya berlangsung tanpa
disadari seperti halnya bernafas bagi badan fisik. Perjalanan tidak tergantung pada kendaraan ataupun
keharusan jalan langkah demi langkah. Jika berpikir berada disuatu tempat cepat
atau lambat kita akan berada ditempat itu sesuai dengan keinginan, melayang
atau meluncur tanpa dibebani gaya garvitasi bumi seperti halnya dalam mimpi.
Pertama-tama harus dimengerti, bahwa alam astral
dikelompokkan dalam tujuh tingkatan. Tetapi yang dimaksud dalam tingkatan disini bukan tingkat seperti anak
tangga. tetapi tingkatan kehalusannya yang berbeda, seperti halnya alam astral
ada disini menembus alam fisik ini tetapi tidak terlihat oleh mata biasa
manusia di alam fisik. Seperti halnya cahaya matahari yang menembus air danau
yang jernih. Masing dari tingkatan alam astral juga saling menemus. Sehingga
disini di atas alam bumi ini alam astral exist dalam ruang yang sama dengan
alam fisik ini. alam Pertama-tama harus dimengerti, bahwa alam astral
dikelompokkan dalam tujuh tingkatan.. Masing-masing dari tingkatan alam astral
juga saling menemus. Sehingga disini di atas alam bumi ini alam astral exist
dalam ruang yang sama dengan alam fisik ini. Alam astral lebih besar dari pada alam dunia
ini, sampai bebrapa ribu Mil diatas permukaan bumi.
Pada umunya, orang yang memiliki nafsu dan emosi
yang paling kasar membuat ia tinggal dibagian terendah dibadan astral ini, yang
mana keadaan disana sangat terombag-ambing oleh emosinya sendiri. Jika keinginan pokok baginya atau
pikirannya berkisar pada hal-hal keduniawian, mungkin ia akan sadar di alam
astral bagian yang keenam dan disekitar orang-orang yang mempunyai hubungan
erat dengan dirinya waktu masih berada id dunia yang artinya ia dibawa
kesana-sini oleh keadan duniwai terdahulu atau mengingat kembali. Bagian alam
astral yang kelima dan keempat memiliki sifat hampir seperti alam keenam,
tetapi di alam astral yang kelima dan keempat, pandangan kita tentang Dunia
makin tidak penting lagi.
Selanjutnya kita sampai pada alam
astral bagian yang ketiga. Di sini tampak segala hal yang dibuat oleh pikiran
manusia itu sendiri. Jiwa itu membangun kota-kotanya sendiri, tetapi tidak
membangun seluruh kota. Mereka mewarisi suatu tempat, desa atau kota yang
merupakan buatan pendahuluannya. Artinya pikiran selama di Dunia fisik baik
memikirkan kota, desa, sejarah dan keadaan apapun yang dipikirkan terdahulu di
alam ini akan tampak dan sang roh akan dibawa kesana-kemari oleh pikiran
tersebut sebagai arena mengingatkan kembali sang jiwa terhadap apa yang ia
lakukan selama di Dunia.
Jika kita datang dibagian kedua,
rupanya ia menjadi tempat bagi orang-orang yang hanya memikirkan kepentingan
diri dan orang-orang beragama yang tidak memiliki sifat rohaniah., melaksanakan
praktek agama untuk kepentingan kebahagiaannya sendiri (bukan berupa persembaha
tulus atas dasar kasih yang tanpa pambrih). Kita dapat melihat jiwa-jiwa
memakai mahkota emas dan menyembah Tuhan bagi negeri dan waktunya telah
diwujudkan secara materialistis yang sangat kasar.
Kemudian kita sampai kepada bagian yang pertama
alam astral, yang tempatnya khusus bagi mereka yang semasa hidupnya di Dunia
mencurahkan perhatian dan tenaganya pada pekerjaan dengan pikiran yang sifatnya
materialistris. Hal ini
mereka jalankan bukan untuk kepentingan sesama manusia, sebab niatnya hanya
hanya untuk menguntungkan dirinya sendiri, karena ambisinya dan juga hanya
untuk latihan bagi pikirannya saja. Orang-orang seperti itu sering berada pada
bagian tersebut sampai lama sekali sesuai dengan karma yang pernah
dilakukannya.
Jiwa orang-orang yang telah meniggal Dunia, dapat
dengan mudah sekali pergi dari inggris ke Australia hanya menurut apa yang
dibayangkan dalam alam pikirannya. Disanalah sang roh dipaksa untuk mengikuti perjalanan pikiran yang dulu
dilakukannya seperti kita sedang naik kereta yang sopirnya gila dibawa
kemana-mana. Dialam inilah semua tindakan yang kita lakukan di Dunia diingatkan
kembali kepada sang roh, baik itu melalui empat tingkatan, satu, dua atau
bahkan melalui semua tingkatan menurut kita selama di Dunia mengunakan semua
itu, baik semua sifat-sifat ketuju alam astral itu. Jika kita mampu
mengendalikan semua itu sewaktu di Dunia seperti seorang yogi yang mampu
memusatkan pikirannya maka ia akan dengan mudah melewati alam ini tidak
berlama-lama disana dan menuju alam yang lebih halus lagi. jadi agar tidak berlama-lama
dialam sesudah mati hendaknya kita membekali diri tentang ilmu sesudah mati.
Mengetahui kalau kita hidup bukan hanya di Dunia fisik ini melainkan melewati
berbagai tingkatan.
Dengan memiliki pengetahuan kerohanian dan dapat
melaksanakannya kita kita akan mudah menyelesaikan tugas renkarnasi yang
berlanjut kealam dewata dan seterusnya kealam Brahman atau alam maha abadi
Tuhan Yang Maha Esa.
Dari skema diatas dapat dijelaskan
bahwa kehidupan ini adalah sebuah perjalanan proses evolusi sang roh menuju
kesempurnaan manunggal Brahman atau Tuhan itu sendiri. Mati dalam badan fisik
ini hanya baru awal dari proses kematian masih ada kematian lainya di alam
sana. Kelahiran bisa terjadi dari pengadilan sang jiwa atau raja Yama Dipati,
dapat juga terlahir dari alam surga bahkan sang roh yang sudah berada di alam
dewata bisa terlahir ke Dunia menjadi manusia jika di alam surga ia masih
melakukan kesalahan. Jadi kelahiran itu tidak menetap dari suatu pengadilan
timbangan karma kita, walau kita telah beranjak ke alam yang sangat suci tetapi
bisa juga melakukan kesalahan.
Tetapi dianak panah yang menunjukkan
arah Manusia yang menikmati karmanya dan membentuk karma baru menuju kolom
moksa mengartikan bahwa, jika manusia itu selama hidupnya selalu memuja Tuhan
tanpa mengharapkan hasil apapun, hidupnya tidak terikat benda-benda duniawi,
kebahagiaan dan kesedihan, dan keadaan Dunia. Ia selalu memusatkan pikiraanya
dan menyatukan jiwanya kepada yang tak terpikirkan yang itu sang Jiwatman
Tuhan, hidupnya netral tanpa keinginan dimana jiwa dan pikirannya telah sampai
pada tahap kesadaran Atman yaitu kosong adalah berisi, berisi adalah kosong
itulah karakter alam dan Tuhan ini. Dengan begitu ia akan langsung mencapai
moksa menyatu dengan pribadi Tuhan seperti Baba Ji dan para Rsi dizaman dahulu.
Dan jika belum mampu seperti itu kita bisa mengapai moksha dengan mengikuti
tahapan hukum kehidupan . Maka berkarmalah yang baik agar meningkatkan kwalitas
sejatimu dan jika mampu beradalah ditengah-tengah seperti yang dilakukan para
yogi atau krisna sang awatara yang terbebas dari kesedihan dan kebahagiaan
serta keterikatan dunia maka ia akan langsung manunggal dengan Tuhan Brahman.
MENGAPA HARUS ADA
PENGABENAAN
Mengapa ada pengabenan itu adalah
suatu pertanyaan yang akan diujarkan oleh masyarakat moderen seperti sekarang
yang mana semuanya serba praktis tidak mau ribet tetapi sebelum menjawab
pertanyaan itu lebih dahulu mengerti arti dan tujuan Ngaben itu dilaksanakan
maka dari itu dengan sendirinya akan terjawab pertanyaan tadi.
Ngaben secara umum didefenisikan
sebagai upacara pembakaran mayat, kedatipun dari asal-usul etimologi, itu
kurang tepat. Ngaben sesunguhnya berasal dari kata Beya artinya biaya atau bekal. Kata Beya ini dalam kalimat aktif (melakukan pekerjaan) menjadi menyanin. Boleh juga disebut Ngabeyanin. Kata ini kemudian diucapkan dalam kata pendek
menjadi Ngaben.
-
Pitra Yadnya berasal arti kata Pitra dan Yadnya, pitra
artinya leluhur dan Yadnya artinya korban suci jadi pitra yadnya adalah korban
suci yang ditunjukkan kepada leluhur. Istilah ini dipakai untuk menyebutkan
jenis ngaben yang diajarkan pada lontar
Yama Parwana Tattwa
-
Pranawa adalah aksara Om Kara nama jenis ngaben yang
mempergunakan huruf suci sebagai simbul sewa.
-
Swasta artinya lenyap atau hilang adalah nama jenis
ngaben yang sewanya tidak ada
-
Sewa Prateka adalah jenis ngaben untuk sewa atau mayat yang
baru meninggal belum sempat diberikan upacara penguburan
-
Sewa Wedhana adalah jenis ngaben yang dilakukan untuk mayat
yang telah mendapatkan upacara penguburan atau Ngurung.
-
Asti Wedhana adalah upacara bagi tulang yang sewanya telah
dibakar
A.
Dasar Hukum Pitra Yadnya
Pitra yadnya adalah korban suci kepada
leluhur. Leluhur yang dimaksud adalah seperti Ibu, bapak, kakek buyut dan
lain-lain yang merupakan garis lurus keatas. Yang menurunkan kita. Kita ada karena ibu dan bapak, ibu dan bapak ada
karena kakek dan nenek begitu seterusnya. Jadi kita ada atas jasa mereka. Kita
telah berutang kepada mereka, utang kepada leluhur disebut Pitra Rna, utang ini harus dibayar. Membayar utang kepada leluhur
dengan melaksanakan Pitra Yadnya. Jadi Pitra Yadnya merupakan suatu pembayaran
utang kepada leluhur. Hal ini yang menjadi dasar hukum dari pada Pitra Yadnya
itu. Upacara penghormatan leluhur dengan tradisi Hindu disebut Sradha. Hal ini
dijelaskan dalam Menawa Dharma Sastra I. Sloka 82 Berikut:
“Upacara
Pitra Yadnya yang harus kamu lakukan hendaknya setiap harinya melakukan Sradha
dengan mempersembahkan nasi atau dengan air dan susu, dengan umbi-umbian dan
dengan demikian ia menyenangkan para leluhur”
Demikian juga Itihasa Ramayana Bab I Sloka 3,
memberikan landasan Hukum akan adanya Pitra Yadnya itu. Yaitu sebagai berikut,
“Sangat bijaklah Sang Dasaratha, tahu
beliau pada weda, bhakti kepada dewa-dewa, tidak pernah lupa memuja leluhur,
kasih beliau kepada keluarga semua”
B.
Jenis-jenis Pitra Yadnya
Pitra Yadnya
secara garis besar dapat dibagi dua yaitu:
1.
Pemeliharaan ketika ia masih hidup
Pemeliharaan
orang tua ketika masih hidup, berupa memelihara kesehatan menjamin ketenangan
batinya dan selalu memuaskannya. Memuaskan batin orang tua dapat ditempuh
dengan macam-macam cara, namun cara yang terpenting adalah selalu mengindahkan
nasehatnya dan mohon restu untuk segala tindakan yang akan diambil. Inilah
beberapa hal yang dapat menentramkan
hati orang tua itu. Inilah pelaksanaan Pitra Yadnya selama masih hidup.
2.
Penyelenggaraan upacara setelah kematiaan
Pelaksanaan
upacara setelah kematian yang dimaksud adalah penyelenggaraan upacara untuk
jenazah atau sewanya, juga menyelenggarakan penysucian rohnya untuk dapat
kembali kepada asalnya. Adapun perincian uapacara kematian adalah:
- Membersihkan
sewanya atau Mresihin
- Mendem atau ngurung sementara karena suatu
hal belum bisa diaben.
-
Ngaben atau atiwa-tiwa
-
Mroras atau memukur
Upacara a s/d
d disebut sewa wedana, yang artinya penyelenggaraan upacara terhadap sewanya
yang pokok. Sedangkan upacara Mroras
adalah upacara penysucian rohnya, atau atma wedana. Roh atau atma yang telah
disucikan disebut Dewapitra yaitu
pitra yang telah mencapai tingkatan dewa (siddhadewata).
Oleh karena itu
upacara setelah Mroras, tidak lagi
tergolong Pitra Yadnya tetapi sudah masuk Dewa Yadnya. Upacara ini adalah
Ngalinggihang atau nuntun Dewa Hyang. Kemudian setelah Dewa Hyangnya melinggih,
maka setiap enam bulan sekali diadakan upacara ngodalin. Demikianlah Pitra
Yadnya merupakan hukum yang wajib dilaksanakan oleh umat Hindu, sebagai balas
jasa dan pembayaran utang kepada leluhurnya.
C.
Landasan Filosofis Pitra Yadnya
Manusia terdiri
dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Menurut ajaran agama Hindu manusia itu
terdiri dari tiga lapisan yaitu Raga
Sarira, Suksma Sarira dan Antahkarana Sarira. Raga Sarira adalah badan
kasar. Badan yang dilahirkan karena nafsu (Ragha)
antara ibu dan bapak. Suksma Sarira
adalah badan astral, atau badan halus yang terdiri dari alam pikiran, perasaan,
keinginan dan nafsu (Citta, Manah,
Indriya dan Ahamkara). Antahkarana Sarira adalah yang
menyebabkan hidup atau Sanghyang Atma.
Ragha Sarira atau badan kasar manusia
terdiri dari Unsur Panca Maha Butha, Yaitu: Prthiwi, Apah, Bayu dan angkasa. Prthiwi adalah unsur tanah, yakni bagian-bagian badan yang padat,
seperti tulang, daging dan kulit. Apah
adalah zat cair, yakni bagian-bagian badan yang cair seperti kelenjar, ion-ion
tubuh, darah merah dan putih, air mata, cairan otak dan lain sebagainya. Teja adalah api yakni panas badan atau
suhu dan tenaga dalam tubuh ini juga termasuk api. Bayu adalah angin, seperti nafas yang memompa jantung yang membuat
manusia bisa hidup jika tidak ada udara maka manusia bisa mati. Dan Akasa adalah ether, yakni unsur badan
yang terhalus yang menjadi rambut, kuku dan lain sebagainya.
Proses
terjadinya Ragha sarira adalah
sebagai berikut. Sari-sari Panca Maha Butha yang terdapat pada berbagai
jenis makanan terdiri dari enam rasa, yang disebut sad rasa yautu: Madhura (Manis), Amla (Asam), Tikta
(Pahut), Kothuka (Pedas), Ksaya (Sepet), Lawana (Asin). Sad rasa
tersebut dimakan dan diminum oleh manusia laki maupun perempuan. Dalam tubuh
diperoses disamping menjadi tenaga, ia menjadi kama. Kama Mag (Sperma Wanita) dan kama
Putuh (Sperma Laki-laki). Dalam melakukan hubungan sperma ini bertemu dan
bercampur melalui pengentalan jadilah dia janin, badan bayi. Sisanya menjadi
air Nyom, darah, lamas (kakere) dan
Ari-ari.
Percampuran kedua kama ini dapat menjadi janin, bila mana ātma masuk atau turun
kedalamnya. Konon atma ini masuk kedalam unsur kama yang bercampur ini, ketika ibu dan bapak dalam keadaan lupa,
dalam asiknya menikmati rasa. Disamping Panca
Maha Butha yang kemudian berubah mejadi janin ikut juga Panca Tan Matra, yakni benih halus dari Panca Maha Butha itu. Panca Tan Matra ini dalam janin bayi
juga memperoses dirinya menjadi Suksma
Sarira Yakni, Citta, Manah, Indriya dan
Ahamkara. Citta terdiri dari unsur
yang disebut Tri Guna, Yaitu: Satwam, Rajas, Tamas. Ketiga unsur ini membentuk akhlak manusia. Manah adalah alam pikiran dan perasaan, Indriya alam keinginan dan nafsu dan Ahamkara adalah alam keakuan dan emosi.
Alam transparan ini dapat merekan dan menampung hasil-hasil yang dikerjakan
oleh badan atau pengendali Citta tadi. Bekas-bekas ini nantinya merupakan
muatan bagi si ātma yang akan pergi kealam pitra.
Ketika manusia itu meninggal, Suksma Sarira dengan Ātma akan pergi meninggalkan badan. Ātma yang
sudah begitu lama menyatu dengan Sarira, atas kungkungan Suksma Sarira, sulit
sekali meninggalkan badan ini. Padahal badan sudah tidak dapat difungsikan,
lantaran beberapa bagian sudah rusak, hal ini merupakan penderitaan bagi Ātma.
Untuk tidak terlalu ātma terhalang perginya, perlu
badan kasarnya diupacarakan untuk mempercepat proses kembalinya unsur Panca Maha butha, demikian juga bagi
sang Ātma perlu dibuatkan upacara untuk pergi kealam pitra dan memutuskan
keterikatan dengan badan kasarnya proses inilah yang disebut Ngaben.
Kalau upacara ngaben tidak dilaksanakan dalam
kurun waktu yang cukup lama, badan kasarnya akan menjadi bibit penyakit, yang
disebut Bhuta Cuwil, dan ātmanya akan mendapat neraka, seperti yang dijelaskan
pada Lontar Tattwa Loka Kretti, Lampiran 5a):
“Kalau
orang mati ditanam pada tanah, selamanya tidak diupacarakan Ngaben, sesunguhnya
akan menjadi penyakit bumi, kacau, sakit, merana di dunia, menjadi Gadgad (Tumbuhnya)”
“Apapun
sawa yang tidak diupacarakan (ngaben), ātmanya akan berada di Neraka, bertempat
ditegal yang sangat panas, yang penuh dengan pohon madhuri reges, terbakarnya
oleh sengatan matahari, menagis tersedu-sedu, menyebut anak cucunya yang masih
hidup, katanya oh anakku, tidak sedikit belas kasihanmu kepada leluhurmu.
Memberikan bubur dan air seteguk, saya dulu punya tidak ada yang saya bawa,
kamu juga menikmati, pakai baik-baik, tidak ingat sama ayah dan ibu, air tirta
pengentas, pemastuku, semoga kamu umur pendek, demikian kutukannya. Dasar-dasar
pikiran tersebut menjadi landasan adanya upacara ngaben itu”
Bila diperbandingkan arti dari Ngaben dengan sloka
ini ada kesamaan dan ada juga pertentangan, ngaben adalah biaya atau memberikan
bekal perjalanan sang roh dan juga termasuk pembayaran utang, melepaskan unsur Panca Maha Buthanya. Yang mana sang roh
itu tidak dapat lagi berhubungan apalagi mengkutuk keturunannya yang berada
dalam Dunia karena sang roh telah menjalani perjalanan dari perintah karma
terdahulu walaupun ia menderita karena belum diabenkan itu karena karmanya yang
masih melekat yang mempersulit jalanya. Salah satunya jika selama di bumi ia
malas atu tidak akur dengan akak cucu maka anak cucu akan merasa males untuk
mengembalikan unsur tersebut atau mengabenkannya, itu adalah contoh karma yang
nyata maka ia disana merasa terbebani. Sedangkan anak yang melakukan hal
tersebut akan membentuk karma baru dalam hidupnya dan akan membuhkan nati.
Keturunanya hanya bisa melakukan tugas dan
kewajibannya buka menuruti kemaun dari leluhur yang belum nyata itu leluhur
kita karena dalam konsep agama Hindu manusia yang sudah mati tidak akan kembali
ke Bumi melainkan meneruskan proses hukum alam dan menjalankan karma baik ia
dihukum maupun lahir kembali. Keturunan hanya memberikan bekal dan membalas
budhi kepada leluhur sebagwa wujud konsep Tri
Hita Karana. Sementara jika ada leluhur yang datang kepada manusia
meminta-minta agar diabenkan dan
mengancam jika tidak ia akan menederita selamanya dan keturunan itu akan
sakit-sakitan, maka itu mungkin adalah jin atau setan yang merubah wujudnya
menjadi leluhur kita atau mungkin itu adalah utusan Tuhan yang akan menjalankan
karma keturunan yang dimintai mengabenkan itu atau memetik hasil perbuatan
terdahulu dengan beryadnya atau lain sebagainya seperti sakit dan lain-lain.
Yang pasti yang mati tetaplah mati tidak akan kembali ke Dunia tetapi karma kitalah yang membuat bayangan
dia kembali ada dan mungkin mengangu kita.
D.
Maksud dan tujuan Pitra Yadnya
Ngaben itu
dimaksudkan adalah untuk memperoses kembalinya Panca Maha Butha pada badan yang menyatu dengan Panca
Maha Butha di dalam besar ini dan mengantarkan membekali Ātma dengan karma
dan doa kealam pitra dengan memutuskan keterikatan dan karmanya dengan badan
duniawi itu
Kemudian yang
menjadi tujuan upacara ngaben adalah agar Ragha
sarira cepat dapat kembali kepada asalnya, yaitu Panca Maha Butha dialam ini dan bagi Ātma dengan selamat dapat
pergi ke alam Pitra. Oleh karenanya, ngaben sesungunya tidak bisa ditunda
mestinya begitu meninggal segera harus di Aben
Agama Hindu di India
sudah menerapkan cara ini sejak dulu kala, sang Yudhisthira mengabenkan para
pahlawan yang gugur dimedan juang di tegal Kuruksetra, seketika dengan sarana Catur Wija. Para pembesar India
seperti Nyoya Indira Gandhi, dalam waktu yang singkat sudah diaben. Tidak ada
upakara yang menjelemit, hanya perlu pancake tempat pembakaran, kayu-kayu harum
sebagai kayu apinya mantar-mantra atu kidung-kidung yang terus-menerus
mengalun.
Sementara di
Bali sudah memperaktekkan hal yang serupa hanya saja masih diperbolehkan
menunggu atau mencari waktu yang tepat karena di Bali
memakai sistem sasih atau hari baik untuk melakukan uapacara Yadnya. Dan
mungkin masih menunggu sank keluarga agar berkumpul dahulu. Sedangkan sarana
yang dipergunakan sangat berbeda di India hanya memperginakan Catur Waja sdangkan di Bali mengunakan bebantenan yang sebenarnya tujuan
dan maksudnya sama semua itu kembali pada sejarah agama Hindu dahulu masuk ke
Bali, tidak bisa mengunakan bahas tulisan karena masyarakat di Bali sebagian
besar tidak mengenal tulisan. Untuk mempermudah pelaksanaan upacara agama maka
para Rsi terdahulu membuat banten sebagai penganti dari mantra-manta yang
digunakan di India atau yang
ada dalam Weda, yang disesuaikan dengan tradisi yang ada di Bali.
Didalam keadaan
yang tidak memungkinkan sawa bisa dipendem atau dikubur yang penting tidak
lewat dari setahun karena itu akan menjadi Bhuta Cuwil, didalam penguburan pun
ada upacara Tirta Pengentas sebagai surat izin kepada bumi.
Upacara ngaben ini ada yang sederhana yang telah ditetapkan dalam lontar dapat
dilaksanakan oleh siapapun dalam keadaan bagaimana juga. Yang penting tujuan
utama ngaben dapat dilaksanakan. Tujuan upacara ngaben lebih diperinci lagi
pada Pawisik Sang Wiku kepada sang Ātma berikut:
1.
Melepaskan
Sang Ātma dari ikatan duniawai
Mantar
Om sang Kekejering Rat,
Agniberaken
Ātma, paratma, Marikita atmapitara,
Dewa
Pitara kita, hulun angentasakeni ri kita”
(Upacara pelebon Hal. 41)
Artinya:
Om Sang Kekerjaring Rat (sang mengetarkan Dunia),
terbangkanlah Ātma ini, pratama, berjalan kamu tmapitara, saya mengantarkan
lepas padamu’
2.
Untuk
mendapatkan keselamatan dan kesenangan
Om amangulih ring sang magawe hayulawansire
sang amilepas,Sama amangguhan suka rahayu, Luputa ring ila-ila, upadrawa, skala
niskala, Umangguhang sukha rahayu, dhirgahayusayowana wet hurip, Om Sriya wean
namah Swaha”
(Upacara Pengabenan, Hal. 42)
Artinya:
Om Kembali
kepada yang beryadnya dan bagi mereka yang dilepas (Sang Pitara), sama-sama
mendapatkan keselamatan dan kesenangan, umur panjang awet muda dan hidup, Om
Hormat kepada kecemerlangan.
3.
Untuk
mendapatkan sorga bagi Sang Pitra
Mantra
pakulan Sang Dewa Pitara,
Mangkesira
linepasakan, muliha sira mareng swargasire, Away sira anutaken dalam ring
Nairiti, Dhalana ring Airsanya tutakenira.
(Upacara
pengabenan, hal. 43)
Artinya:
Mantra sang Dewa Pitara sekarang kamu dilepaskan,
pulang kamu kesurga, jangan kamu mengikuti jalan yang barat daya, yang ditimur
laut ikut.
ADAKAH SETAN ADA KONSEP
AJARAN
AGAMA HINDU?
Sebelum kami menjelaskan dan agar mengetahui
jawabannya terlebih sangat perlu mengetahui dahulu apa itu manusia, dengan itu
akan terjawab adakah sebenarnya setan itu jika dikaitkan dalam konteks ajaran
agama Hindu. Para Rsi, Muni dan pertapa di India bermeditasi selama
bertahun-tahun sampai mencapai ketingkat transcendental,
dan menulis dalam Weda dan purana tentang alam semesta dan manusia. Manusia
adalah Ātman yang dibungkus oleh tiga lapisan badan yaitu:
1. Sthoola
Sarira atau badan
fisik dan etherik
Badan ini adalah badan lapisan yang paling luar
yang mana sebagai badan kasar yang suatu saat akan terluka, patah, mati,
dibakar dan lain sebagainya yang mengalami pertumbuhan dari bentuk postur tubuh
kemampuan bekerja dan lain sebagainya dimana terjadi dalam kurun waktu lama
secara perlahan-lahan. Badan fisik dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a.
Anamaya Kosha
atau lapisan makanan
Anamaya Kosha terbentuk dari zat padat,
cair dan gas. Tuhan telah menciptakan badan fisik yang sempurna sebagai tempat
tinggal sang jiwa. Pilar-pilarnya adalah sistem kerangka tulang, sistem otot
sebagai dindingnya, suplai makanan dan energi melalui sistem pencernaan. Pergantian udara melalui saluran
pernapasan dan suplay sari-sari makanan makanan melalui sirkulasi darah.
Sisa-sisa makanan dibuang melalui salauran pembuangan atau anus dan saluran
kemih atau kencing, sistem pengeluaran juga terjadi pada kuku dan hidung.
Sistem pengeluaran cairan saat berolah raga atau berkerja mealui sistem saluran
pori-pori yang sering disebut keringat yang terdapat pada seluruh bagian
permukaan kulit, selain itu juga pengeluaran dari air mata dan air ludah, zat
lilin dan pengelupasan sel epithelita
melalui kuping dan kulit serta pada hidung. Karena itulah maka mandi dengan
sabun secara teratur sangat perlu agar kulit badan tetap bersih menghindarkan
dari penyakit yang mana penyebaran penyakit berawal dari kulit dan meresap
kedalam.
Sistem yang paling besar didalam tubuh adalah
sistem saraf atau sistem oprasi pusat .sistem ini mengirim sensasi eksternal
seperti sentuh (panas dan dingin, sakit, memerintah seluruh anggota badan untuk
bergerak dan berdian, merasakan lapar, bersuara, pandangan, penciuman, dan sistem
rasa lainya yang ada didalam tubuh ini mulanya diperintah oleh sistem sarap
pusat yang mana menerima pesan atau respon dari anggota badan itu sendiri dan
sistem pusat inilah yang akan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. Didalam
mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu sering kali sarap atau otak/pikiran
ini meminta pertimbangan kepada jalur hati atau kecerdasan disebut juga
perasaan, apakah benar atau salah, tetapi kadang kala dan lebih banyak pikiran
dalam memutuskan sesuatu kurang koordinasi dengan hati atau kesadaran jiwa.
Itulah yang menyebabkan sering kali tindakan kita tidak sesuai dengan Tata
Susila dan peraturan yang ada karena pikiran atau saraf pusat ini bergerak
sendiri hanya menerima rangsangan dari luar dan tanpa mempertimbangkan terlebih
dahulu.
Emosi pikiran dapat dikendalikan oleh hati atau
perasan jiwa orang tersebut melalui latihan-latihan yoga atau pengenadalian
indriya serta pemusatan pikiran setiap hari. Maka akan ada kepercayaan pikiran
terhadap perasaan atau jiwa itu sendiri. Jika pikiran telah terkendalikan tidak
ada kemarahan, pertengkaran, perkataan buruk dan lain sebagainya karena setiap
keputusan pikiran untuk mengerakkan anggota badan selalu atas pertimbangan
perasan atau jiwa Ātman itu sendiri.
Secara singat dipaparkan bagian atau sistem yang
memberikan repon atau sesnsai kepada saraf pusat adalah sebagi berikut:
v Kulit adalah amplop atau pembungkus daging
dan tulang serta bagian organ dalam lainya seluruh badan ini dan juga memberi
bentuk pada badan. Ia melindungi badan dari berbagai ganguan luar. Kulit paling
pertama menerima rangsangan sentuhan secara langsung dri luar baik dari
bersentuhan maupun dari suhu udara seperti luka, dicubit, dan panas serta
dingin. Maka dengan mendapat rangsangan itu kulit mengirim pesan kepada otak,
dan otak mengelola kembali dan mengirim pesan kepada seluruh badan bahwa pesan
dari kulit itu juga diberitahukan kepada beberapa bagian sistem untuk
menangapi, seperti gatal maka otak akan memerintahkan tangan untuk mengaruknya
agar gatal itu segera hilang.
v Telinga adalah sistem pendengaran yang
menerima rangsangan berupa suara dan getara yang ada dialam ini, baik merdu,
bising, keras dan lain sebaginya. Di Dunia ini ada berjuta-juta orang dan
berjuta binatang serta getaran-getaran benda mati maupun benda alam lainya yang
memberikan respon yang berbeda-beda kepada telinga kita untuk segera
disampaikan kepada otak atau saraf pusat, maka berjuta-juta pula yang didengar
oleh telinga. Identifikasi perbedaan suara juga dilakukan disana. Tuhan
menciptakan telinga yang begitu sensitive sehingga dari begitu banyaknya suara,
gendering bisa menangkap suara yang di inginkannya. Telinga juga bisa
membedakan tekanan dan vibrasi setiap suara yang manis, lembut, keras, licik,
merdu, menyedihkan, marah, tajam, meyakitkan dan penuh kasi. Yang mana telingga
terlebih dahulu memberikan pesan kepada otak apakah suara itu pantas didengar
atau tidak itu kehendak dari perintah otak, telingga hanya suatu alat yang mana
pengendalinya ada pada otak itu sendiri.
v Mata adalah alat pengelihatan yang
berfungsi melihat dan menerima cahaya yang diberikan oleh benda-benda yang ada
didepannya yang juga beraneka ragam. Tuhan telah menciptakan mata sebagai
kamera yang sangat sempurna. Mata bisa melihat banyak warna, Dunia dan alam
yang buruk maupun yang indah. Semua itu akan ditrasper kepada saraf pusat untuk
dikelola kembali guna untuk penilaian terhadap apa yang telah dilihat, dan otak
akan memerintahkan kembali selanjutnya. Mata juga sebagai suatu cermin yang
menunjukkan gelombang pikiran yang berbentuk sikap marah, mata akan memerah dan
mengeluarkan air mata, kasih, nafsu, nikmat, sakit dan keinginan yang mana juga
perintah dari otak itu sendiri.
v Hidung merupakan organ yang begitu
hebatnya untuk mencium segala macam bau. Hidung mempunyai kelenjar yang mana
untuk mengatur suhu udara yang sering berubah-ubah di alam ini. Ada juga
lapisan Cicilia yang halus yang
berfungsi untuk membersihkan udara yang dihirup, selain itu juga dalam hidung
terdapat rambut-rambut pendek yang gunanya juga sama untuk menyaring udara yang
kotor yang berbentuk padat sedangkan lapisan halus itu untuk menyaring udaran
dari gas atau oksigen yang tercemar agar tidak masuk kedalam paru-paru yang
akan menyebabkan penyakit. Hidung bisa merasakan 4000 jenis Bau melalui saraf Olfactory. Ketika makanan beraroma enak
maka hidung akan mengirim pesan kepada otak agar dapat memerintahkan tangan
untuk megambil, mulut untuk memakannya dan pada saat itu juga perut terangsang
serta memberikan signyal juga dengan keluarnya air liur mengalir. Hal ini
meningkatkan selera makan. Dan sebaliknya bau busuk akan menyebabkan mual dan
muntah-muntah.
v Mulut merupakan Gyanendriya yang kelima pada badan anda. Ia mempunyai dua fungsi
yaitu untuk makan dan untuk berbicara. Baba pernah mengatakan orang harus
berkelakuan seperti si lidah mungil yang lembut yang hidup diantara 32 gigi
yang keras, tetapi selalu menemukan jalan hidupnya yang aman diantara mereka.
Seperti halnya lidah, berbicara demikian manis dan penuh kasih yang tidak
mengundang responts kasar dari siapapun dan sebaliknya berbicara kasar yang
mendapat tanggapan kasar juga. Mulutlah ujung dari sebuh perjalanan anda jika
mulut ini berbicara tidak benar maka kesulitan akan anda dapatkan seperti
pepatah mengatakan, “Karena ucapan orang
bisa menemukan bahagia, karma ucapan
orang mendapatkan penderitaan, karma ucapan mempunyai teman yang baik hati dan
karma ucapan pula mempunyai musuh” maka jagalah kata-kata anda yang keluar
dari mulut anda. Tentang makanan, Baba mengatakan bahwa makanan haruslah Satwik, yaitu harus mengandung sayur
hijau, susu, buah-buahan, roti, kacang-kacangan dan sebagainya. Bahkan uang yang didapat secara tidak
benar akan juga merusak badan. Vibrasi dari makanan itu sangat halus mempengaruhi sistem saraf dan
pemikiran anda. Maka dari itu makan makanan yang tidak menimbulkan vibrasi
tidak baik dan carilah makan itu dari cara yang benar agar tubuh dan karma
buruk yang akan anda dapatkan.
Sistem saraf dalam badan
berkerja seperti kabel-kabel telpon dan listerik, yang menghubungkan satu sama
lainya, bersamaan dengan salurah darah yang beredar seluruh badan yang
memberikan tenaga serta berpusat di saraf otak. Prana mengalir melalui sistem saraf menuju ke sistem sel tubuh.
Manusia masih bisa hidup selama prana sakti masih mengalir didalam tubuhnya,
kalau terhenti maka manusia itu sudah dikatakan mati, karena organ-organ, sel
dan sebagainya telah rusak atau tidak berfungsi lagi.
b.
Pranamaya Kosha atau lapisan energi
Pranamaya kosa
ini diartikan sebagai lapisan badan energi karena tersusun dari alam semsta
yang sering disebut Panca Maya Kosa yaitu Bayu, Teja, Akasa, Apah dan Pertiwi
yang mana suatu saat nati badan tidak berfungsi lagi atau kata kasarnya sudah
mati maka unsure ini akan kembali pada asalahnya. Akan tetapi kembalinya itu akan
lama bersamaan dengan terurainya badan ini bila dikubur tetapi untuk
mempercepat kembalinya maka dalam konsep Hindu dikenal dengan Kremasi atau
pengabenan guna mempercepat kembalinya unsur tersebut seperti yang telah
diuraikan diatas serta guna untuk mendoakan memberikan dukungan kasih sayang
agar rohnya segera meninggkat ke alam yang lebih suci. Bila lapisan ini tidak
segera dikembalikan maka arwahnya akan kesulitan mencapai alam berikutnya dan
badan etheriks yang dipakianya akan selalu muncul disamping dimana masyatnya
berada dengann itu sering disebut hatu kuburan atau setan, tetapi setan disini
tidak bisa melukai manusia hanya menampakkan diri pada orang yang peka
terhadapnya. Maka dengan alasan dan tolak ukur ini dapat diartikan bahwa setan
dalam agama Hindu memang ada tetapi hanya ada bila badan kasarnya masih belum
bersatu dengan alam semesta.
2. Sukshma Sarira atau badan astral dan
mental
a.
Suksama sarira atau badan astral
Adalah badan
yang lebih halus lagi dimana roh disana
hidup dan menikmati atau mengunlagi segala kejadian di Dunia yang semasa
hidupnya mengunakan alam ini untuk memenuhi kebutuhan seperti keinginan, nafsu,
perbuatan dan lain sebaginya maka setelah matinya badan kasar ini ia akan masuk
alam astral ini sebagai pengingatan kembali sang roh atas pertanggungjawaban
atau mengingatkan bahwa roh pernah mengunakan alat ini. Kehidupan dibadan ini
lamanya sesuai kita mengunakan badan ini selama hidup di bumi alam fisik ini,
ada yang lama atau juga ada yang sebentar bahkan hanya melewati begitu saja
karena selama hidupnya tidak pernah mengunakannya. Di alam ini roh akan
mengalami kematian yang ketika setelah mati dialam fisik, mati dialam Etheriks
dan dia jika sudah semua tuntas di alam satral ini ia akan tidur nyeyak atau
mati menuju alam yang lebih halus yaitu alam pengadilan dimana disana ia
diputuskan apakah ia akan dilahirkan atau melanjutkan ke alam mental atau
surga.
b.
Alam Mental atau alam surga
Alam ini adalah
alam kebahagiaan yang sudah tidak mengingat semua kejadian di alam-alam
sesudahnya, dialam ini manusia hanya mendapatkan kesenagan dan kebahagiaan yang
sudah tidak diikuti oleh karmanya terdahulu baik dari pikiran maupun keinginan.
Tetapi bila dialam ini masih melakukan kesalahan atau bagaimana dapat juga
dilahirkan ke Dunia atau renkarnasi jika terus berhubunan dengan manusia di
bumi.
3. Karana Sarira atau badan penyebab disebut
Atman.
Alam ini adalah
alam dimana alam ini alah penyebab terjadinya kehidupan ini. Badan ini adalah
pribadi Tuhan Percikkan kecil dari Tuhan yang bebas dari segala keterikatan dan
keinginan yang sama seperti Sifat-sifat Tuhan. Badan ini akan terpengaruh
apabila lahir menjadi manusia ia akan diikat oleh lima lapisan tubuh kasar yang disebut Panca
Maya Kosa dan berbagai lapisanan kehidpuan yaitu Badan Kasar atau badan pertama
yang akan mengalami kematian pertama. Setelah itu menuju alam etheriks yang
masih dipengaruhi oleh badan kasarnya, selanjutnya badan astral yang
dipengaruhi oleh tujuh lapisan keinginan dan nafsu dan karana itu selalu
menyertai setiap kehidupannya. Setelah itu menemukan mati yang ketiga menuju
alam mental atau surga atau mungkin ia akan dilahirkan lagi ke Dunia karena
karmanya belum selesai atau tugas renkarnasinya belum selesai juga. Maka ia
tidak bisa melanjutkan kehidupannya di alam-alam berikutnya.
Dalam pemaparan
berbagai lapisan tubuh dan lain sebagainya maka dapat artikan bahwa setan dalam
agama Hindu memang ada tetapi memiliki berbagai ragam jenis dan fungsinya.
Hantu yang sering muncul di kuburan adalah hantu sebagai pengingat saja bahwa
badan kasarnya itu belum terurai dan mengingatkan kepada yang masih hidup agar
segera mengembalikanya agar rohnya tidak susah mencapai alam berikutnya. Setan
ini tidak akan muncul jauh dari badan kasarnya dan tidak akan bisa membunuh
manusia yang masih hidup secara langsung kecuali dipergunakan wujudnya oleh
orang yang masih hidup yang bisa memperguankan pikirannya untuk melampui
pikiran ornag biasa tetapi itu jarang terjadi. Setan yang dapat mencelakakan
manusia adalah setan pikiran orang yang sudah mati yang tidak wajar atau mati
karena kejahatannya yang luar biasa seperti. Orang mati ditembak karena
merampok atau mati bunuh dir karena keputus asaanya akibat cinta ditolak atau
masalah lainnya lalu ia mengakhiri hidupnya.
Orang yang
demikian walaupun badan fisiknya sudah mati tetapi rohnya akan terikat oleh
pikiran yang masih penasaran itu untuk melanjutkan keinginannnya atau dendamnya
sewaktu di Dunia fisik Maka pikiran itu akan tetap berada dimana ia mati
bersama mengikat rohnya juga, pikiran itu akan mempengaruhi pikiran manusia
yang searah dengannya yang memiliki volume yang sentral, maka pikiran orang
mati itu akan mempengaruhinya dan mengajaknya untuk melakukan keinginan pikiran
yang sudah mati itu sehinggaa orang yang masih itu jika belum kuat jiwanya maka
celakalah dia tetapi bila jiwanya kuat maka selamatlah dia dari setan yang
tidak berwujud itu.
Sebenarnya setan
yang tampak oleh mata manusia itu tidaklah sangat membahayakan manusia yang
masih hidup hanya kadang kala ada orang yang tidak kuat melihatnya karena
kelemahan jiwanya bisa saja jatuh sakit dan ketakutan yang luar biasa bisa saja
meninggal tetapi bukan berarti hantu itu bisa membunuh kita secara langsung.
Dan yang benar adalah setan yang tidak berwujud itulah yang sangat membahayakan
manusia seperti setan pikiran orang yang mati salah itulah patut dihiandari
tentu caranya menguatkan jiwa dan pikiran dengan ajaran agama dan ketabahan
jiwa agar tidak cepat putus asa dan menerima hidup apa adanya. Setan ini ini
bisa tidak ada jika kita mampu mengarahkan diri dan orang lain agar tidak
berlaku jahat selama hidupnya dan sebelum kematiaanya diusahakan jangan masih
terikat pada duniawi baik dendam, benci, sakit hati dan lain sebagainya yang
hanya menghambat sang roh berjalan. Lebih baik iklaskan diri dan tuntun orang
yang mau mati itu tuk pasrah tanpa keinginan dan pikiran sebelum ia
menghembuskan nafas terakhirnya. Maka dengan itu tidak ada lagi pikiran-pikiran
atau signyal-signyal hitam berkeliaran di alam fisik ini yang menutup pikiran
sejati kita. Maka dari sekaranglah merubah sikap dengan mengiklaskan segala apa
yang terjadi jangan menajdi beban yang sangat menakutkan dan pasrahkan segala
yang akan terjadi dari apa yang kita lakukan baik itu dari kesalahan kita
maupun orang lain dan percaya pada keadaan bahwa “Apapun yang terjdai dimasa lalu, kemarin, hari ini, besok dan seterusnya
adalah yang terbaik dan yang benar untuk kita. Itulah realitas yang tidak bisa dihindari yang disebut hukum
alam atau hukum Karma manusia.
HUBUNGAN KEMATIAN DAN
KELAHIRAN
Badan manusia ini terbungkus oleh lima lapisan tubuh yang disebut Panca Maya Kosa itulah yang ditandalkan
dan dikembalikan keasalnya sedangkan pikiran dan roh ini tidak akan pernah
mati, dan mengapa pikiran juga tidak mati? Karena dipikiranlah segala dosa dan
papa berdiam, pikiran akan menikuti sang Roh kemana dia pergi, pikiran akan
selalu mengikat sang roh sehingga
terbentuklah karma memaksa sang roh harus mengikuti perintah dari karma
itu. Dari karma itulah terwujudnya kehidupan
yang seperti sekarang ini. Seperti dalam Sarasamuscaya Sloka 1.3 (10) Karma itu pengikut yang setia sebagai
berikut:
Artha
grhe nirwartante smasane mitrawandhawah,
Sukrtam
duskrtam caiwa chayawadanugacchati
Artinya:
Kekayaan itu hanya
tertinggal dirumah setelah kita meninggal Dunia, kawan-kawan dan sanak
keluarga hanya mengikuti samapi di kuburan. Hanya karmalah, yaitu perbuatan
baik atau butuk yang mengikuti jiwa kita sebagai bayangannya. Emas, perak dan
barang perhiasan, yaitu semua harta beda kekayaan tidak ada yang mengikuti kita
meninggalkan Dunia. Tempat batasannya hanyalah rumah, kekayaan yang dimiliki,
kemudia dibagi oleh anak-anak, cucu dan anak-anak dari cucu kita. Jika
anak-anak dan cucu-cucu dan sanak keluarga yang lain itu jahat maka percekcokan
tidak bisa dihindari. Malah mungkin mereka saling bunuh. Sanak saudara atau
keluarga lainnya, batas mereka mengantarkan kita hanya sampai dikuburan. Yang
mengikuti sang mati selanjutnya hanyalah karma. Walau arwah telah meninggalkan
badan, namun karma itu tetap mengikuti. Jika perbuatan selama hiodup ini baik
ia akan mencapai sorga. Kemana sang jiwa pergi (Prana) kesana jugalah karma
itu.
Dalam sloka ini sudah sangat jelas sekali bahwa
kalau kita meninggal hanya karma yang setia bukan teman-tema, keluarga atau
bahkan harta kekayaan kita tetapi perbuatan kitalah yang tersimpan dalam
pikiran yang mengikuti kita kemana kita pergi maka dari itu selama kita hidup
berkarmalah yang baik dan benar agar kelak nanti agar yang mengikuti dan
membayangi kita buka karma yang buruk sebentuk raksasa, jangan berpendapat
bahwa hidup ini hanya sekali tetapi berkali-kali jika dikehidupan sekarang kita
lengah dan membentuk karma yang muruk maka dikehidupan selanjutnya celakalah
kita mungkin dilahirkan menjadi orang yang sangat menderita dan cacat bahkan
dilahirkan menajdi binatang atau tumbuhan. Membentuk karma yang baik harus
selalu berlandaskan pada konsep Dharma, menjalani hidup di Dunia ini harus
belandaskan pada Catur Purusa Harta adalah empat tujuan hidup manusia yang
berdasar pada Dharma artinya segala perbuatan dan tingkah laku untuk mencari
Artha harus berdasarkan Dharma atau kebenaran, dan harta yang didapat dari
kebenaran harus untuk kewajiban kita sebaai manusia baik ber Yadnya,
bersedekah, menyekolahkan anak dan sebagainya itu disebut Kama, sedangkan
setelah kama dijalankan dan semua berdasarkan Dharma Maka tujuan yang terakhir
untuk mencapai moksa akan tercapai.
Dari penjelasan diatas sudah jelas jika demikian
bisa dilakukan maka karma baiklah yang
kan mengikuti kita kemana kita pergi. Dan karma itu terletak pada pikiran maka
kendalikanlah pikiranmu seperti dalam Bhagawad Gita Krisna mengatakan kepada
Arjuna, wahai arjuna jika pikiranmu selalu tertuju padaku dan selalu
menyembahku maka aku akan menolongmu dan akan sampai ditempatku. jadi
dikatakan dalam sloka itu adalah kita hendak menjaga pikiran ini agar
kebahagiaan itu selalu menyertai perjalanan hidup ini.
Hubungan kematian dan kelahiran sangat erat karena
kematian dan kelahiran merupakan suatu
siklus yang tidak asing lagi bagi ketiga badan kita yaitu badan fisik,
emosi dan mental. Kelahiran
dan kematian merupakan tahapan dari suatu siklus. Jadi kelahiran kembali
merupakan bagain dari kematian. Seseorang mati adalah untuk dilahirkan
kembali..(Gede Karmajaya : 2001).
Perjalanan sang roh dalam melalui proses
perjalanan hidup dan mati, renkarnasi ke Dunia dengan membawa karma itulah
siklus kehidupan. Hubungan antara kelahiran dan kematian tidak bisa dipisahkan,
jika tidak ada kematian akan tidak ada kelahiran jika tidak ada kelahiran akan
tidak ada kematian begitulah seterusnya maka roda perputaran jagat raya ini
tidak akan berjalan dengan sempurna, itulah hukum alam semesta yang dibuat oleh
Tuhan itu sendiri dan selalu dikontrol dan melingkupi kedalam hukum tersebut
dengan langsung mengambil alih perputaran hukum kematian dan kelahiran seperti
Awatara dan titisan lainya.
Perjalanan kehidupan sang roh atu Ātma adalah
seperti bola yang bulat mana kala permukaannya kadang dibawah kadang diatas.
Sama halnya kehidupan jika perbuatan kita buruk maka kehidupan dalam Dunia akan
menderita dan jika karma kita baik maka kelahiran akan menjadi lebih baik
itulah seterusnya, itulah yang menjadi tugas kita untuk dapat membebaskan diri
dari hukum kelahiran dan kematian dengan berbuat atas dharma dengan tidak
mengharapkan hasil dan tidak mengharapkan rugi. Menjaga pikiran agar tidak
terbawa objek-objek indriya. Manusia yang bisa bebas dari hukum ini adalah
manusia yang bisa menyeimbangkan dirinya artinya tidak bersedih saat menemukan
atau menghadapi kesedihan atau kekalahan, kerugian, penderitaan dan sebagainya,
tidak berbahagian atau bergirang saat menghadapi kebahagiaan, kemenangan,
kemasyuran dan sebagainya. Tetapi berada ditengah-tengah keadaan tersebut,
tidak pernah merasa senag dan susah dalam kehidupan ini, bersifat netral
seperti sifat dari Ātman atau Tuhan itu sendiri yaitu kosong adalah berisi,
berisi adalah kosong artinya Tuhan atau sejati kita ada dalam kekosongan jiwa,
pikiran dan keheningan batin, sifat yang tak ternodai oleh kesedihan dan
kebahagiaan dialah yang akan mencapai dan menyatu dengan Tuhan selamanya dan
tidak akan mengalami kelahiran dan kematian lagi.
Selayaknya orang untuk memandang kematian dan
kelahiran kembali sebagai siklus penyegaran dan pembaharuan yang lebih besar
dari pada tidur. Pandangan ini akan merupakan pandangan normal jika pengetahuan
instingtif manusia tentang jiwa dalam hal ini, diperkenankan untuk mempengaruhi
sikap-sikapnya, dan bukan rasa takut dan kepercayaan yang dimasukkan kedalam
hatinya sebagai keadaan hidup. Suatu contoh yang baik, tentang konflik antara
pikiran umum dan intuisi yang lebih dalam mengenai soal tersebut adalah
kenyataan bahwa kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak ada untuk
selama-lamanya, sekalipun mungkin kita mengira demikian sebenarnya. Di alam
bawah sadar setiap orang menyadari adanya unsur tak termusnahkan dalam dirinya.
1. Mengapa Kelahiran Itu Berbeda-beda
Kelahiran adalah proses bangun dari tidur panjang
dengan kesegaran baru dan badan yang baru, kelahiran tidak dapat dipisahkan
dari pertanyaan-pertanyaan demikian. Mengapa aku dilahirkan, apa sebab aku
dilahirkan seperti ini, mengapa harus dilahirkan dengan fisik seperti ini dan
sebaginya. Kelahiran ke dunia ini adalah merupakan siklus sebab akibat, akibat
dilahirkan karena suatu sebab yang kita tidak tahu dan semua sebab pasti
menimbulkan akibat, kelahiran inilah merupakan jawaban dari akibat itu yang
dapat kita terima dengan akal sehat yang disebut Hukum karma. Hukum karma
menyisihkan sebuah sebab dan akan menjadi akibat yang selalu tersimpan di dalam
Ruang karana itulah yang menyebabkan kelahiran kita ke dunia yang berbeda-beda
setiap orang.
Renkarnasi merupakan salah satu jawaban yang
sangat jelas tentang seseorang yang selalu berbuat jahat, tetapi hidupnya
sekarang selalu beruntung dan senang. Demikian juga banyak orang yang selalu
berbuat baik, tetapi dalam hidup ini ia selalu menderita dan tidak
beruntung. Dalam keterangannya mereka
yang selalu berbuat jahat tetapi hidupnya selalu beruntung, ia menerima karma
baiknya pada masa kehidupannya sebelumnya. Demikian juga sebaliknya, ia yang
selalu berbuat kebaikan tetapi selalu menderita karena adalah ia menerima karma
buruknya yang terdahulu. Maka dari itu jangan bersedih jika hidupmu selalu
merasakan sedih baik dari pekerjaan, karir, percintaan, persahabatan, kesialan,
dan lain sebagainya tetapi berbahagialah dalam hatimu karrena karma burukmu
yang terdahulu kini telah dipetik untuk penghapusan selamanya agar tidak lagi
melekat lagi dalam rohmu. Dengan merasakah karma buruk yang terdahulu beban
sang Ātma dari karma akan berkurang dan jangan dari pengurangan itu justru kita
tertarik dan putus asa dan melakukan hal-hal yang dibenci oleh tuhan seperti
yang telah saya uraikan dipembahasan kematian diatas. Nikmatilah karma itu
dengan sambil membentuk karma yang baik bukan menambah karma yang buruk itu
sama halnya akan memperpanjang penderitaan cukuplah sekarang merasakan
penderitaan dengan rasa syukur dari dalam hati dengan mengakhirinya dengan
perbuatan baik dan tanpa keterikatan dengan alam duniawi ini tentunya jangan
sekaligus tetapi bertahap sedikit demi sedikit seperti anjuran aturan dalam
agama Hindu menjalankan ajaran Tuhan
seperti melaksanakan Catur Asrama, Melaksanakan ajaran Tri Hita Karana karena
itu merupakan karana yang akan tersimpan menolong dikemudian hari, Panca Srada,
Tat Wam Asi, Panca dan Nyama Bratha, Melaksanakan Yadnya, Tri Kaya Prisuda,
Catur Purusa Harta, dan sembah sujud kepada Tuhan meninggalkan semua masalah
ditelapak tangan dan cakupkan ditengah-tengah kening dan ucapkan rasa Syukur
yang mendalam. Dengan itu mungkin akan segera berakhir penderitaan kita
dikemudian hari.
Banyak orang berkata melakukan perbuatan buruk
saja susah apalagi perbuatan baik sunguh lebih sulit, itulah perkataan orang
yang tidak mempunyai niat kuat untuk merubah dirinya dari kegelapan dunia.
Kapan kita bisa tanpa adanya percobaan secara terus menerus, hari ini mungkin
gagal apakah besok-besok akan terus gagal tidak mungkin bila kita terus
mencobanya secara sunguh-sunguh dan kepercayaan akan kekuatan diri pasti suatu
saat akan bisa menemukaanya.
Berpikirlah bahwa kelahiran ini sebagai cermin
kita bahwa keadaan sejati kita baru sampai disini kita tinggal memilih tiga
pilihan saja yaitu, apakah kita akan maju dengan berbuat yang lebih mulia, atau
kita tetap seperti ini berharap tidak melakukan apa, atau mungkin kita mundur dan
tidak menghiraukan perintah Tuhan dan larangannya berbuat jauh dari Tata Susila
dan asas kebenaran Tuhan, hidup hanya melayani keinginan alam yang tidak kekal.
Itulah pilihan yang hendak diputuskan dari sekarang dan dipertimbangkan sebelum
terlewatkan jauh diatas bukit kehidupan. Bagi Tuhan tidak ada istilah
terlamabat memperbaiki diri asal ada kemauan dan usaha maka semuannhya akan
berhasil.
Tidak dapat dipungkiri dikehidpan zaman moderen
ini semuanya serba susah, semua serba kompleks, perubahan begitu cepat,
pengaruh buruk lebih banyak dari pada pengaruh baik. Pengaruh buruk ada
dimana-mana baik dari media elektornik maupun media cetak, dari prilaku
masyarakat, budaya yang telah bercampur baur, politik praktis dan lain
sebaginya akan sangat sulit menemukan kebenaran dizaman ini tetapi bukan
berarti kita terhanyul kedalamnya bukan. Bahwa dizaman inilah Adharma
mengalahkan dharma, kejahatan melapaui kebaikan, sangat susah menemukan orang
yang benar-benar jujur dan setia mungkin ada tetapi perbandingannya sangat
kecil, tetapi perlu diketahui bahwa hanya dizaman inilah orang seharusnya
berbahagia seperi perkataan Sri Bhagawan Satya Sai Baba mengatakan hanya dengan
mengucapkan nama smaranam atau
mengulang-ulang nama suci Tuhan didalam setiap bidang kehidupanmu engkau akan
terbebas dari penderitaan lahir dan kematian. Artinya bila kita tanamkan jati
diri dari menyebut selalu nama Tuhan kita akan terbiasa untuk berbuat baik.
Maka inilah keistimewaan dari Zaman ini.
Perbedaan yang ada di dunia ini hanyalah karma
yang menadakannya, keadaan itu tidaklah abadi, jika demikian apakah kita pantas
heran melihat orang yang selalu berbahagia meski selalu berbuat jahat atau
tidak pernah bekerja, itu pendapat yang kurang benar, jika kamu ingin merubah
kehidupanmu rubahlah prilakumu dan pemikiranmu menjadi lebih baik dan jika
sudah demikian tingkatkanlah maka dikehidupan yang akan datang mungkin engkau
akan lebih baik darinya. Walau kita semua tahu hidup ini adalah gudangnya
masalah tetapi walau demikian janganlah kita lari dari masalah jalanilah
masalah ini dengan senang hati semakin banyak kita mengalami masalah semakin
dewasalah jiwa kita, jangan dibiarkan hidup tanpa masalah karena itu tidak
bermakan. Seperti dalam pusisi berikut yang mengatakan keterkaitan antara
kesalahan dan kesalahan dengan keresahan membentuk dan menjalani karma yaitu:
Kesalahan
dan masalah adalah sama,
sebab
kesalahan adalah masalah, masalah adalah kesalahan,
Bagaikan
hidup seperti kesalaan,
Adalah
hidup penuh dengan masalah.
Jika
hidup sebuah keresahan,
Disaat
kesalahan menjadi masalah.
Saat
masalah menjadi keresahan,
Hanya
kesalahan yang dapat dilakukan,
Dan
disaat kesalahaan menjadi keresahan,
Itulah
yang namanya masalah.
Keresahan
masalah adalah masalah,
Jangan
lakukan kesalahan,
Yang
hanya menambah masalah.
Dan
jangan membuat masalah,
Jika
tak ingin keresahan ada dihatimu,
Karena
keresahan awal dari kesengsaraan
Dari Puisi penulis ini menjelaskan bahwa hidup di
dunia ini memang suatu rangkaian antara kesalahan menjadi masalah, masalah
menjadi keresahan dan keresahan itu meningkat menjadi kesengsaraan. Yang
artinya jika jiwa ini telah resah maka kesengsaraan yang akan kita rasakan dan
jika kesengsaraan kita rasakan maka itulah yang dinamakan neraka dalam arti
neraka yang ada di dunia . Apabila kesalahan yang yang dilakukan tidak atas
kesengajaan tetapi akibat kesialan atau bukan kehendak hati itulah yang
dinamakan memetik karma buruk terdahulu maka biarkan kesengsaraan dan keresahan
itu ada dan bergelimpangan dalam diri jangan itu membuat kita gelap pikiran
tetapi sadarilah bahwa itu hasil panen yang dulu kita tanam. Dan apabil
kesalahan itu kita lakukan secara sengaja akibat dari penderitaan dan kesialan
itu tidak kita sadari maka itu lain artinya, itu adalah suatu tindakan melawan
karma yang akibatnya menanam bibit karma buruk dalam ruang karana kita yang
pasti kita petik lagi. Jadi jika demikian tentu kesengsaraan kita tidak akan
pernah selesai jika kita tidak menyudahinya dari sekarang.
Sadarilah hidup ini sebuh perjalanan yang cukup
panjang jangan berkepanjangan perjalanan itu dipenuhi dengan kesalahan yang
dilakukan dengan sengaja apalagi tidak bertangung jawab, merasa tidak bersalah
saja sehingga timbul pembicaraan. “Tuhan tidak adil kepada saya, mengapa
terus-menerus dikasi penderitaan, mana kebahagiaan itu Tuhan tidak adil…..”.
Itu adalah perkataan atau pemikiran orang yang tidak bertangunggjawab atas
segala apa yang dia tanam dahulu, sadarilah dan renungkan dari sekarang mengapa
saya menderita dan saya harus bagaimana itulah hendaknya sebagai awal pemikiran
kita. Seperti dalam puisi penulis tuliskan tentang kehidupan ini yaitu:
hidup
adalah sebuah pertanyaan yang sangat besar dalam hati setiap orang yaitu
siapakah aku, darimana aku berasal, apakah aku, bagaimana aku ada, mengapa
harus begini, mau kemana kau, apa yang harus aku perbuat, manakah yang benar
dan yang salah, mengapa harus bersedih dan berbahagia, mengapa ada cinta dan
semua ini, siapa sebenarnya yang mengatur, tidakkah aku bisa tahu tentang semua
ini, wahai aku berikan jawabannya jangan sampai aku terjatuh.
Hidup
ini adalah sebuah pangung sandiwara,
Hidup
ini adalah sebuah lagu maka nyayikanlah,
Hidup
ini adalah sebuh PR besar maka kerjakanlah sebelum berlalu jauh.
Inilah kenyataan yang dihadapi oleh setiap orang
yang jawabannya adalah ada pada diri kita sendiri, semua yang ada Karena ada
yang mengadakannya yaitu kita sendiri. Maka untuk menyudahinya sadarilah diri
terdahulu lalu bertindaklah sesuai ajaran Tuhan. Keseimbangan dalam diri itulah
ajaran Bhagawad Gita yang sebagai jawaban dari pertanyaan penulis dalam bentuk
puisi tersebut yang mana setiap orang pasti mempunyainya. Dan jangan pula kita
pasrah dan menyerahkan semua pada nasib yang kita terima dengan tidak melakukan
usaha dan perubahan disetiap harinya sama halnya bohong. Perlu juga diketahu
jika membicarakan tentang karma hendaknya kita perlu tahu dari mana karma itu
dibentuk dan bagaimana karma itu dihasilkan.
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa semua
keadaan kita akibat dari karma kita juga. Karma terbentuk dari lapisan-lapisan
pembungkus roh itu sendiri, jiwa atau atma sudah mengerti akan itu sebuah
keharusan dan sebuh larangan tetapi karena terbungkus oleh berbagai lapisan
seperti yang saya uraikan diatas jiwa menjadi kupa dan tidak dapat berbuat
banyak untuk bertindak. Roh dipaksa oleh keinginan, nafsu, harapan dan lain
sebaginya sifat bawaan dari badan-badan kita itulah yang yang nantinya dari
keinginan timbul tindakan dari tindakan timbullah hasil, dari hasil, atau
disebut dari karma menghasilkan hasil. Seperti kata Krisna dalam Bhagawad Gita
menyatakan “Tidak ada perbuatan badan atau pemikiran yang tidak bernilai, semua
bernilai dan semua akan diperhitungkan oleh hukum”. Itulah perkataan bijak yang
menyatakan awalnya karma adalah dari keinginan dan nafsu dan sifat lainya dalam
tubuh.
Ada tiga macam Karma yang berhubungan dengan masa
lalu, sekarang atau masa yang akan datang yang semuannya bernilai dan harus
dinikmati yaitu:
1. Sancita karma Phala adalah Phala atau
hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan
masih merupakan benih yang menentukan kita yang sekarang. Ini dalam arti
situasi kehidupan kita buka pekikiran kita atau bukan semua ditentukan oleh
karma terdahulu tetapi keadaan dimana kita berada diatur oleh karma itu. Karma Phala
inilah yang menjadi salah satu pembicaraan dalam penulisan ini dari awal paragraf yang mana penjelasannya sudah
bisa kita pahami diatas.
2. Pradabha Karma Phala adalah Phala atau
hasil dari perbuatan kita yang langsung dinikmati pada saat kehidupan ini tanpa
ada sisa. Sebagai contoh misalnya kita memukul orang dengan secara sengaja
tentu kita akan dipukulnya sebagai balas dendamnya itu salah satu contoh yang
mudah dipahami. Karma ini sangat cepat berekasi langsung diterima bila kita
belajar pasti pintar, bila kita makan pasti kenyang, bila kita ditusuk pasti
rasanya sakit, bila Ambrosi mengebom Bali maka ia ia akan dihukum itulah karma
yang langsung didapat dan dapat dilihat secara jelas, tetapi bila karma itu
tidak tuntas akan menyisakan untuk bekal nanti juga.
3. Kriyamana Karma Phala adalah Phala atau
hasil perbuatan yang tidak sempat kita nikmati pada saat kehidupan sekarang
maka akan menyisakan untuk di kehidupan berikutnya. Contohnya bila kita
menyakiti orang yang lemah dengan memotong bagian-bagian tubuhnya atau
mengejeknya tetapi sebelum kita menikmati hasilnya kita sudah meninggal dunia
maka dikehidupan selanjutnya mungkin kita dilahirkan dengan kecacatan bagian
tubuh fisik sesuai apa yang dilakukan dahulu terhadap orang itu, atau keadaan
lainnya. Maka jangan bersedih bagi orang yang lahir cacat bahwa kamu kini
sedang membayar hutang yang tidak kamu pahami, maka pahamilah agar tidak salah
paham dan terlarut dalam kesdihan yang berkepanjangan. Lebih baik belajar
tentang diri dulu dengan didukung ilmu pengetahuan agama Keyakinan anda dan
belajar serta berusaha berbuat benar meski fisik dan nasib kita tidak mendukung
tetapi jangan mematahkan semangat untuk berjuang tuk diri sendiri dan semua
mahluk. Untuk menguatkan sang jiwa yang terbelenggu maka kita hendaknya
bergerak memberikannya dukungan sprirual seperti yang saya uraikan diatas yaitu
dengan ajaran pengetahuan Tuhan dan Yoga. Maka dengan itu jiwa akan bisa
mengontrol badan ini untuk tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dari aturan.
2. Tujuan
Kita Dilahirkan Di Dunia
Dari penjelasan yang cukup panjang diatas maka
tujuan kita dilahirkan ke dunia tidak lain adalah Pertama untuk penyegaran sang
jiwa dari badan yang usang menuju yang baru dari kematian atau tidur panjang di
alam-alam yang lebih halus. Selain dari itu lahir adalah proses dari
penyelesaian karma dahulu atau kesalahan dikehidupan dahulu. Membentuk karma
baik yang jauh dari keterikatan suka duka untuk mencapai moksha seperti tujuan agama
Hindu yaitu kebahagiaan lahir dan batin. Untuk meningkatkan kwalitas sang roh.
Menurut perkiraan penulis tentang kelahiran ini
adalah bahwa sebelum manusia pertama dilahirkan ke dunia perjalanan ini
memiliki sejarah yang sangat penjang dari kesaktian Tuhan Abadi. Tuhan yang ada
disana berada tanpa permainan, Tuhan telah bosan dengan permainan yang
sudah-sudah. Dengan itu Tuhan memiliki Ide bahwa ia akan menciptakan alam para
Dewa yang mana Tuhan sendiri sebagai raja yang tertinggi yang dibagai menjadi kerajaan
kecil seperti rara dewa indra penguasa surga dan raja-raja lainya. Tuhan
membentuk aturan-atura tertentu yang memiliki sangsi, tetapi Tuhan berpikir
lagi hukuman yang pantas dan enak adalah menjadi maunusia. Dengan itu Tuhan
memberikan kekuatan kepada ketiga Manifestasinya untuk membuat, memelihara dan
melebur dunia dan jagat raya ini
berserta isinya. Maka dengan adanya jagad
raya ini Tuhan menyatakan kepada seluruh para dewa bahwa siapa yang
melakukan kesalahan melanggar aturan Hukum maka ia dilahirkan ke dunia.
Dari itu ada salah satu dewa yang melanggar aturan
itu maka dewa itu diturunkan ke dunia dengan segala awidyanya dari lapisan
badan tadi, dialah manusia pertama di dunia yang disebut Manu dari manu disebut
manusia, kurang lengkapnya dia di dunia maka Tuhan menciptakan lagi
pendampingnya yaitu perempuan untuk bisa melngsungkan keturunan yang diciptakan
dari tulang rusuk sang manu yang bertujuan mengoda kaum laki-laki dan sebagai
ibu dari manusia. Maka dari itu manusia berkembang semakin lama semakin banyak.
Jika ada dewa yang melakukan kesalahan maka ia akan turun melalui manusia itu
dan jalur kelahiran. dan Tuhan kurang merasa lengkap lagi Maka Tuham
menciptakan Jin dan bhuta kala lainnya yang menjaga alam ini sifat dua sisi
satu untuk menjaga dunia satu untuk mengoda manusia agar menghancurkan dirinya
dan alam ini. Itulah keasikan Tuhan dalam permainannya itu beliau menciptakan
dua sisi yang berbeda yang selalu berdampingan agar enak dirasakan. untuk
penjelasan lebih rinci kami tidak tuliskan hanya kami memberikan gambaran
sekilas mengenai dunia ini.
RENUNGAN TENTANG DIRI SENDIRI
KELAHIRAN DAN KEMATIAN
KARENA KARMA
TENTANG
PERJALANAN HIDUP YANG TAHU KAPAN BERHENTINYA
I KETUT PASEK GUNAWAN
TAHUN 2009
KATA PENGANTAR
Om Swastyatu
Segala puji dan syukur
penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat anugrahnya dan Asung Kertha Wara Nugrahanyalah
penulis dapat menyusun buku ini sesuai dengan harapan dengan judul ”Kelahiran
dan Kematian Karena Karma (tentang perjalanan hidup yang tidak tahu kapan
berhentinya)”.
Penulisan buku ini
mengambil acuan dari beberapa sumber buku dan kitab suci agama Hindu, yang pada
dasarnya kebenarannya dapat dipercaya. Sumber acuan tersebut dijadikan dasar
yang dikaitkan dengan pengalama seperti bhagawadgita, sarasamuscaya, slokantara,
menawadharma sastra, dan pustaka lainnya yang berkaitan dengan buku yang
penulis susun. Buku ini penulis sajikan berdasarkan atas keresahan yang dialami
setiap manusia dalam menghadapi kematian yang terjadi pada didirnya, keluarga
dan orang yang ada disekitarnya, sehingga buku ini diharapkan dapat menambah
referensi untuk memahami dan mengerti apa itu kelahiran dan kematian.
Penulis menyadari
penulisan buku ini masih banyak terdapat kekurangan karena penulis menyadari
penulis masih dalam proses belajar. Dengan demikian penulis sangat mengharapkan
masukan dan saran untuk kebaikan buku ini selanjutnya.
Om santih, santih, santih om
Penulis
Singaraja, 10 Agustus 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................ iv
Pendahuluan ............................................................. 1
Mengapa Kita Harus Mati Siapa yang
memaksa...... 3
1. Kematian Karena Hukum Mati ....................... 7
2. Mati Karena Bunuh Diri ................................. 9
3. Mati Karena Kecelakaan yang Tiba-Tiba ........ 13
3. Mati Karena Dibunuh oleh Orang Lain .......... 14
Takut Akan Kematian................................................ 16
Kemanakah Setelah Kita Mati................................... 25
Mengapa Harus Ada Pengabenan ............................. 43
A. Dasar Hukum Pitra Yajna .............................. 44
B. jenis-Jenis Pitra Yajna .................................... 45
C. Landasan Filosofis Pitra Yajna ...................... 46
D. Maksud dan Tujuan Pitra Yajna .................... 49
Adakah Setan Dalam Konsep Agama Hindu............
53
1. Badan Fisik dan Etherik ................................. 53
2. Badan Astral dan Mental ................................ 59
3. badan Penyebab .............................................. 60
Hubungan Kematian dan Kelahiran ......................... 63
1. Mengapa Kelahiran Berbeda-beda.................. 66
2. Tujuan Kita Dilahirkan ................................... 74
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA
Agung Oka, I Gusti, 1993. Slokantara.
Jakarta: Hanuman Cakti.
Kajeng, I Nyoman. Dkk. 2005. Sarasamuscaya
dalam Bahasa Sansekerta dan Jawa Kuna. Surabaya: Paramita.
Pudja, Gede. 1983. Menawadharmasastra
Weda Smerti Compendium Hukum Hindu. Jakarta: Departemen Agama RI.
Pudja, Gede. 2005. Bhagawadgita
(Pancama Weda). Surabaha: Paramita.
Sudharta, Tjoko. 2004. Slokantara
Untaian Ajaran Etika, Teks, Terjemahan dan Ulasan. Surabaya. Paramita.
Jendra, I wayan. 2004. Hukum Karma.
Surabaya: Paramita,.
Krmajaya, I Gede. 1999. Hukum Evolusi
Sang Roh (Brahma Candra). Surabaya: Paramita.
Singgin, Wikrama, I Nyoman. 2002. Ngaben Upacara Dari Tingkat Sederhana sampai
Utama.Surabaya: Paramita.
Karmajaya, Gede. 2001. Alam Kehidupan Sesudah Mati. Surabaya:Parmita.
Tim Penyusun. 2004. Buku Pelajaran Agama
Hindu untuk SLTA 3 (Semeoster 1 & 2). Surabaya: Paramita.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar