Minggu, 10 Mei 2015

SETIAP MANUSIA TERLAHIR PASTI AKAN MATI



PENDAHULUAN

 
Kematian adalah sesuatu yang sangat menakutkan dan sangat menyedihkan bagi yang ditinggalkanya serta merupakan Sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh semua mahluk yang ada dimuka Bumi ini. Kematian datang begitu saja tidak dapat dibeli atau ditukar dengan dalih apapun, kematian adalah hukum yang paling pelit, paling tidak bisa diajak kompromi, dia datang seakan tanpa diundang seakan memaksa bagi mereka yang belum siap untuk menghadapi kematian itu. Karena banyak yang beranggapan kematiaan adalah suatu pemisahaan yang abadi benarkah demikian? Tetapi bagi orang bijaksana yang berpengetahuan tinggi kematian merupakan suatu anugrah istimewa baginya, karena bagi mereka kehidupan ini adalah sebuah penderitaan dan sebuah hukuman yang terombang-ambing dalam lautan kesedihan dan kebahagiaan semu. Maka sangatlah ditunggu kematian itu, baginya apabila kematian telah datang berarti hukuman akan segera berakhir.
Berbicara tentang kesedihan dan kebahagian semu, kematian itu juga merupakan bukan akhir dari segalannya. Mati sama halnya menganti baju yang telah rusak atau sudah usang dan mencari baju yang baru dan baik, dan mengapa itu harus disesali dan disedihkan jika kita tahu kematian itu bukan ujung dari perjalanan hidup ini. Banyak lagi antara masyarakat awam mengatakan jika kita mati kita akan tinggal dikuburan dan sendirian dan semua teman dan keluarga akan meninggalkan kita, maka mereka banyak berpikiran sebelum meninggalkan dunia ini nanti maka sekarang semasih hidup mereka disibukkaln dengan pemuasan keinginan dan nafsu belaka dan mengumpulkan harta benda sebanyak-banyaknya karena menganggap hanya sekarang waktunya bersenag-senang jika sudah mati tidak lagi. Nah itulah anggapan yang sangat perlu dibenahi dan peneragan yang lebih mendalam tentang kematian.
Nah... bila berbicara tentang kematian tidak lengkap bila tidak membicarakan suatu kelahiraan. Kelahiran merupakan sesuatu yang pasti dialami oleh semua mahluk. Menusia lahir kedunia ini banyak jenisnya ada yang cantik, ganteng dan sebagianya itu semua siapakah yang mengatur ada yang ditempat orang kaya ditempat orang miskin itu semua siapa yang mengatur apakah kita yang sengaja yang memilih. Itu semua kita tidak tahu  mungkin demikian atau tidak. Dan mengapa harus terlahir menjadi manusia apakah tidak bisa menjadi dewa saja itu juga kita tidak tahu. Kelahiran akan menambah jumlah komonitas penduduk didunia ini, setiap kelahiraan pasti memiliki keunikan tersendiri yang mungkin menjadi  bekalnya dalam menjalani kehidupan di Dunia ini.




MENGAPA KITA HARUS MATI SIAPA YANG MEMAKSA


Dalam setiap kehidupan jika ada kelahiran pasti ada kematian, itulah kebenaran hukum alam semesta ini. Rta  itulah kebenaran yang abadi yang setiap apa yang ada di dalamya akan terbawa oleh hukum ini baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Kematian adalah salah satu bentuk hukum kebenaran yang gampang kita jumpai  dimana alam konsep agama Hindu kematian memiliki arti yang amat penting yang mana kematian adalah salah satu bagian dari proses hukum Punarbawa dan Renkarnasi. Kematian adalah suatu proses pergantian badan kasar yang telah rusak atau tidak layak digunakan menuju ketempat atau badan yang baru dalam bentuk kelahiran kembali atau renkarnasi menjelma kedunia dalam bentuk sesuai dengan karma yang kita perbuat. Kematian tidak dapat dihindari mesti kita telah dianugrahi umur panjang seperti Bisma putra Gangga yang diberkati mati atas kemauannya sendiri serta umur panjang tetapi bukan berarti ia lepas dari hukum alam semesta Tuhan, melainkan ia tetap menemui kematiaanya sesuai dengan karmanya. Dan juga walaupun seorang titisan Dewa sekalipun seperti Krisna dan para Awatara yang turun ke Dunia tidak pula lepas dari ikatan Dunia atau hukum alam semesta ini. telah nyata disebutkan dalam Sloka Bhagawad Gita bahwa. Dimana Dharma dipertaruhkan dan adhrma meraja rela maka aku dilahirkan dari Zaman-kezaman. Itu adalah realita Tuhan menikuti aturan-aturannya sendiri.  Mereka tetap terikat dengan aturan-aturan yang ada meski mereka adalah Tuhan yang membuat aturan itu sendiri mereka tetap mematuhinya, itulah kebenaran hukum alam atau Dharma. Hindu mengatakan yang mati adalah hanya badan wadat atau badan kasar ini saja sedangkan roh ini tidak akan pernah mati dan senantiasa mengikuti arus hukum kebenaran atau kembali bersatu dengan Barhman jika tugas dan penebusan dosa telah selesai.
Bila suatu hukum alam tidak menyenangkan, manusia dapat memakai kemauan dan kecerdasannya untuk mengaturnya. Manusia bisa mencampuri hukum alam hanya bila mempunyai pengetahuan, karena ia tidak dapat melenyapkan kekuatan alam manapun, juga tidak mencegah suatu keadaan apa pun. Manusia dapat menetralkan, dapat membelokkan prilakuknya bila ia mempunyai kekuatan. Karma tidak lebih suci dari pada hukum-hukum alam lainya. Semua hukum alam bersifat ilahiah dan manusia bergerak didalamnya. Manusia dapat memanfaatkan hukum apa bila ia dapat memahaminya sehingga ia menjadi majikan dari hukum itu sendiri.
Banyak orang berpendapat bahwa hukum-hukum alam berbeda dan terpisah dari hukum-hukum yang lain. Hukum-hukum yang lain adalah bagian dari hukum alam, seperti hukum listrik, hukum Gravitasi, hukum pertumbuhan, hukum pikiran, mati dan kelahiran dan sebaginya. Semua hukum adalah bagian dari tata hukum alam. Hukum alam bersifat universal tidak mengenal hukuman, tetapi suatu kondisi yang tanpa kecuali mengikuti hukum lainya. Hukum alam adalah kelanjutan suatu kondisi bila suatu kondisi ada, maka kondisi lainya akan muncul, bila suatu kondisi berubah maka kondisi lainya akan berubah. Air yang mengalir pada suatu tempat yang miring, sesuai dengan hukum Gravitasi, orang yang meninggal sesuai dengan hukum kehidupan, orang yang memukul temanya kemarin tetapi besoknya ia dipukul juga oleh tukang parkir itu adalah contoh hukum Karma Phala yang mana suatu kondisi menimbulkan kondisi yang lain.
Hukum alam bukanlah suatu perintah, ini perlu ditekankan kuat-kuat, alam tidak memerintahkan ini atau itu, alam berkata, “Inilah keadaannya, bila ini terjadi pasti akan diikuti oleh suatu kondisi yang lainya”. Hukum alam adalah perubahan yang tidak pernah berubah. Bila manusia tidak ingin hasilnya, ubahlah kondisi yang mendahulunya. Bila manusia tidak mengetahuinya ia hidup tanpa daya, menjadi korban dan dibanting-banting oleh daya-daya alam. Bila ia bijaksana ia menjadi majikan, dan daya-daya alam akan mematuhinya, tidak memaksa tetapi perlu pengetahuan untuk memanfaatkannya.
Bayangkan kalau dalam alam ini tidak ada hukum. Dalam alam semesta yang tidak meiliki hukum alam maka segala usaha akan gagal, akal akan tidak ada manfaatnya. Penghuni alam semesta akan menjadi liar, gemetar dalam daya-daya yang tidak dapat diperhitungkanya. Ia tidak akan berani bergerak karena tidak tahu apa akibatnya. Penghuni alam bergerak dengan aman dan pasti karena adanya kepastian hukum alam. Inilah kebenaran yang sebenarnya memaksa manusia untuk mematuhuhinya, kita patuh bukan berarti kita dibawah kendalinya tetapi berjalan searah dengan hukum yang ada tidak menentang tetapi sejalur. Apabila menentang kematian itu tidak mungkin, bila menentang gaya gravitasi Bumi itu juga tidak mungkin, tetapi kita dapat mengimbangi dengan mempelajarinya menjadi suatu ilmu pengetahuan dan dapat dimanfaatkan. Jika tidak ada kematian mungkin Dunia ini akan penuh dengan mahluk hidup dan mungkin tidak ada tempat lagi untuk berdiam. Itulah pengaturan alam yang kita harus mengikutinya.
Seperti dalam ajaran Islam juga mengatakan tentang kematian pada yang hidup di bumi yaitu di dalam kitab Al-Quran  tercantum ayat-ayat tentang kematian diantaranya adalah:
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, dan sesunguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijatuhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka  sunguh dia telah  berutang. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan..(Qs. Ali Imran : 185)
Dalam ayat ini mengatakan hal yang sama seperti apa yang dikatakan dalam kitab-kitab agama Hindu, bahwa setiap yang hidup pasti akan mati, setiap yang mati akan mendapatkan karmanya atau perbuatannya selama hidup di Dunia.
Hidup dan mati adalah dua hal yang pasti dirasakan oleh setiap mahluk yang berjiwa. Kalau mahluk itu hidup pasti akan mati. Sebab dalam Al-Quran telah dikemukakan dalam berbagai tempat tentang firman-firman Allah yang menegaskan bahwa yang menjadikan hidup dan mati adalah Allah . jadi kita sebagai mahluk yang berjiwa takkan pernah terlepas dari kematian seperti dalam ayat berikut:
Dan dialah yang menghidupkan dan mematikan dan dialah yang mengatur pertukaran siang dan malam, maka apakah kamu tidak memahaminya?.  (QS. Al-Mu’minum : 80)
Karena itu kita sebagai mahluk yang masih hidup yang lebih penting marilah kita menginggat kematian dan apa yang akan terjadi sesudah mati. Kecuali bersegeralah untuk melakukan amal saleh sebelum kedatangan mati. kematianpun memiliki jenis dan pembagian yang dikatakorikan sebagai kematian yang wajar dan tidak wajar seperti dibawah ini akan kami jelaskan mana yang disebut mati yang dilarang dan mati karena kodrat itu sendiri.
1. Kematian karena Hukuman Mati
Di antara mereka yang masih terikat pada bumi terdapat korban-korban hukuman mati yang berwatak criminal dan keras. Juga mereka yang di hukum melalui bentuk hukuman tertentu yang dilegalisasikan. Orang-orang malang ini pada waktu meninggal secara paksa terlempar dari alam fisik, biasanya tercekam oleh rasa takut, ngeri dan benci yang amat sangat, dan kadang-kadang dipenuhi nafsu keinginan untuk balas dendam. orang-orang yang mati dalam keadaan seperti ini, tanpa cinta kasih, mendapati dirinya terbungkus dalam badan etherisnya, hidup ditengah-tengah dilingkungan yang buruk dan suram, dalam kebingungan dan kekacauan. Hal terbaik yang harus dilakukan oleh orang ini adalah berusaha memberikan hal-hal yang mulia, atas dasar cinta kasih. Jika ada seseorang yang dicintainya, biarkanlah ia merasakan cinta itu dalam wujud yang semulya-mulyanya. Usaha dan perasaan ini akan menjauhkannya dari keadaan buruk yang dialaminya. maka ia akan memasuki keadaan tenang dan masa tidur yang mendahului kebangkitan dialam astral.
Orang-orang yang dihukum mati karena kejahatannya yang ia lakukan sangat kejam dan menyakitkan, dapat menahan nasib buruk ini dengan sabar karena mengetahui bahwa hukum alam semesta dengan tanpa keliru sedikitpun akan mengembalikan kepada setiap jiwa buah karma hasil perbuatannya, apakah itu dilakukan dalam kehidupan sekarang atau dalam kehidupan sebelumnya. Dosa-dosa akan terbayar lunas pada waktu yang ditetapkan. Kepedihan selanjutnya yang tidak perlu hanya dapat timbul dari perasaan benci, sakit hati atau dendam kesumat.
Orang yang jahat dan penuh nafsu tentu saja akan sangat keras keinginannya untuk melanjutkan kebiasaannya. Jika barang kali ia terbunuh dalam suatu serangan criminal. Maka ia akan dilemparkan dengan kesadaran sepenuhnya didalam suatu keadaan dimana ia bebas untuk melanjutkan apa yang diperbuatnya, walau tanpa control fisik. Kerinduan akan pengalaman inderawi menjadi demikian kerasnya sehinga ia merasa otomatis ditarik untuk mencoba memperolehnya melalui sesorang penganti yang masih hidup.
Tanpa dapat dilakukan ai akan ditarik kearah orang-orang yang masih hidup yang mempunyai kecenderungan-kecenderungan yang sama dengannya. Terutama kepada mereka yang dapat dipengaruhinya, yaitu orang-orang yang secara emosional belum dewasa.
Ia secara wajar cenderung terjerumus kedalam lingkungan-lingkungan kejahatan, kedalam suasana-suasana kelaliman dan maksud-maksud jahat serta pemuasaan nafsu-nafsu jasmani yang berlebihan. Desakan-desakan dari dalam dirnya dapat berubah menjadi desakan yang tidak dapat dikendalikan. Orang-orang yang malang yang dimasukinya, pada saat demikian dapat melakukan kejahatan bagaimanapun kejamnya. Orang-orang yang jiwanya tidak mantap, terutama yang masih muda, jika ia sering menginjunggi tempat-tempat kejahatan, ia akan mengundang anasir kejahatan semacam itu untuk memasukinya.
Mereka yang memiliki kecenderungan mengarah kepada kejahatan perlu digolongkan sebagai orang-orang yang sakit dan perlu diurus untuk pengobatanya, maka sering dijumpai penjara atau lembaga permasyarakatan guna untuk menyadarkannya dari kelakuan jahatnya ada juga lembaga yayasan mental yang gunanya sama. Jika karena perbuatan yang dilakukannya menyebabkan ia harus dihukum mati (Demi Hukum) maka sebaiknya, sebelum dihukum mati, ia harus diajar atau dilatih jiwannya agar kuat dan pikirannya tidak ada dendam dan kebenciaan yang akan menyesatkan perjalannya, sebab jika ia mati pikiran jahat yang belum disembuhkan itu akan bergentayangan seperti Signyal Inframerah atau blutut yang bisa memasuki alam pikiran manusia yang masih hidup  yang memiliki signyal yang sama maka dengan itu kejahatan tidak akan pernah selesai. Maka lebih baik mereka yang dihukum mati karena kejahatan seperti Ambrosi, Imam Samudra dan lainnya yang kejahatannya kelas internasional maupun yang biasa, jangan mereka asal dihukum mati tanpa ada pelatihan atau pengobatan jiwa yang takut, dendam, sedih dan benci itu dipulihkan agar tidak menjadi penyakit dimasa depan. Asaal tidak diulur-ulur atau malah hukuman mati itu tidak terjadi Karena ada permainan politik praktis itu jangan sampai terjadi. Kematian yang seperti ini jika dilihat dari cara dan roses kematian dapat digolongkan kematian yang tidak wajar karena tanpa kehendak hatinya, kematian seperti ini akan menimbulkan masalah dikemudian hari jika tidak segera lima lapisan tubuh atau unsur badan itu dikembalikan keasalanya karena itu juga akan menjadi penyakit pada Dunia. Selain rohnya akan terikat oleh Panca Maya Kosa juga oleh karmanya maka ia akan bergentayangan dialam pikiran manusia, Pikiran yang dihukum mati tadi akan bergelimpangan dan akan memasuki dan mempengaruhi pikiran yang sama dengannya sebagai pelanjut dari keinginan jahatnya. Maka dari itu usahakanlah memantapkan jiwa agar tidak dimasuki oleh pikiran-pikiran jahat orang yang sudah mati maupun orang yang masih hidup karena itu akan mencelakakan diri kita dan juga menambah beban sang jiwa dalam hal menasehati setiap tindakan yang menyimpang itu.

2. Mati Karena Bunuh Diri
Apapun alasannya, bunuh diri itu tindakan yang tidak benar dan melanggar kodrat kehidupan, meloncat diatas kepala Tuhan melebihi kemauan penciptannya bagaikan robot yang membuhuh penciptannya itu tindakan yang tidak benar. Mengapa orang tersebut nekad bunuh diri? tentu dikarenakan pikiran dan jiwanya tidak mantap, mereka tidak segera menebalkan Sradha dan bhaktinya kepada Tuhan dengan mempelajari ajaran-ajaran Tuhan atau agama dan mendenganrkan kata-kata bijak disetiap kebingungannya, makanya pikirannya dipengeruhi oleh signyal-signal jahat dari pikiran jahat orang yang sudah mati yang ada disekitarnya dan juga pikiran jahat orang yang pandai mengendalikan dan pempergunakan pikirannya untuk menghancurkan pikirannya kepada orang lemah. Maka dari itu dari sekaranglah agar buhuh diri itu tidak terjadi pada diri kita mulailah bersembahyang dan mempelajari ajaran-ajaran Tuhan serta Beryoga atau menenangkan pikiran, memusatkan pikiran dan menyatukan kehendak dengan Tuhan maka dengan itu kemungkinan besar akan terhindar dari kekuatan jahat tersebut.
Orang yang bunuh diri menemukan dirinya dalam keadaan yang amat memilukan dialam halus. Penderitaan yang dialaminya jauh lebih berat dibandingkan derita yang harus dihadapi di Dunia. Jadi pendapat yang mengatakan bunuh diri itu untuk menyelesaikan segala permasalahan yang ada di Dunia adalah dusta, kenyataannya adalah bunuh diri karena lari dari masalah sebenarnya adalah menambah masalah selain masalah yang ada di Dunia itu akan terus mengejar kita kemana kita pergi karena itu adalah sebuah karma yang harus dinikmati juga harus mendapat permasalahan baru karena harus bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukanya yaitu dengan mengakhiri hidupanya. Selain dari itu mereka yang mati bunuh diri itu akan menikmati sisa waktu yang ditringgalkan di Dunia di alam Baka dengan penderitaan juga. Jadi apakah kita masih memilih bunuh diri untuk lari dari masalah, itukah manusia yang bijaksana yang mempunyai akal dan budhi pengetahuan yang lebih dari binatang, binatang saja tidak akan melakukan hal yang sebodoh itu mengapa kita melakukan hal itu, apakah kita pantas dikatakan manusia yang terkenal derajatnnya lebih tinggi dari binatang.
Untuk menyelesaikan masalah yang ada di Dunia tidak lain adalah pasrah dan jalani dengan berdoa selalu kepada Tuhan, sebab apa yang akan terjadi pasti aka terjadi tidak akan bisa menghentikannya tetapi semua akan baik-baik saja karena “Apapun yang terjadi dimasa lalu, kemarin, hari ini, besok, dan seterusnya adalah yang terbaik untuk kita dan yang terbenar dari yang benar mengapa kita mesti mengeluh jika kita tahu semua akan baik-baik saja lebih baik jalanilah hidup apa adanya itulah sejati kita. Realitas itulah mestinya kita pahami dan tanamkan dalam diri kita semua agar pikiran kita tertutup dari singnyal-singnyal jahat yang akan menghancurkan diri kita. Selesaikan masalah dengan lari kehadapan Padma Tuhan yaitu bersembahyang ditempat-tempat suci yang agung, menangislah disana, berbicaralah disana, curhatlah disana bayangkan Tuhan menemanimu dan mendengarkan semua perkataanmu, taungkan segala permasalahan yang menyelimuti pikiran dan jiwamu disana, maka dengan menagis dan mengeluarkan semuanya semua masalah akan hilang, pikiran akan tenang dan damai. Dengan datangnya ketenangan maka akan timbul semanagt baru dan ide-ide baru untuk menyelesaikan masalah yang sesulit apapun yang kamu alami pasti ada jalan keluar yang diberikan setelah menangis dan bersujud dikaki Padma Tuhan.
Percayalah pada dengan kata-kata ini karena penulis telah mencobanya berkalai-kali dan hasilnya sangat membanggakan sebab cara itu adalah cara memperbaiki jiwa yang goyah akibat pikiran yang tak terkendalikan lagi akibat masalah-masalah yang terus datang dan menumpuk disetiap hati bahkan setiap detik kehidupan. Maka cobalah sekarang jangan mengulur waktu sebab semakin banyak waktu dan masalah yang ditumpuk semakin bahayalah diri kita, lebih baik kerjakan apa yang kita bisa dan jangan membuang waktu, pelajarilah segala pelajaran ini dengan didukung cara-cara lain seperti Yoga dan hiburan, ditempat yang indah yang bisa membuka cakrawala pikiran yang tertutup seperti, dipegunungan yang menghijau dengan angin bertiup sepoi-sepoi menyegarkan jiwa, sejuk dan damai penuh dengan suara-suara burung-burng dan gemercikan air telaga yang asri, jika tidak ditemui lagi seperti itu karena hutan dan gunung sudah gundul maka carilah kaset atau CD yang menyuarakan suara alam yang damai. Selain dari itu ada juga dengan berteriak sekeras-kerasnya pada lautan dan padang rumput, bicarakan semua permasalahanmu dan menagislah maka dengan itu sedikit-demi sedikit permasalahanmu akan sirna.
Ada juga cara lain seperti bercerita atau curhat kepada Orang Tua atau teman dekat yang bisa dipercaya dengan demikian permaslaahan yang ada dipikirran akan berkurang, dengan demikian akan mendapat masukan dari teman atau orang yang mendengarkann cerita kita. Juga bisa dengan membaca buku-buku keagamaan yang banyak memberikan petuah suci serta cara lain yang masih banyak sesuai dengan karakter individu itu sendiri yang kesemuannya menghindarkan diri melakukan bunuh diri.
Orang yang sudah melakukan bunuh diri itu adalah karena tidak bisa menahan amukan atau gelombang pikiran yang semakin lama semakin membesar. Jika orang tersebut melakukan hal tersebut agar roh dan pikirannya tidak terlalu bergentanyag atau gelisah di alam sana maka Cinta kasihlah yang dapat meredakannya dari orang-orang yang ia cintai seperti pacar, Orang tuanya, sahabat dan lain sebagainya dengan mendoakannya setulus hati memohon agar diberikan bimbingan menjalani kehidupan disana agar tidak tersesat. semakin banyak yang mendoakannya semakin besar pula Pibrasi yang dipantulkan untuk meredakan kegelisahan sang roh akibat pikirannya disana. Maka mendoakan seseorang yang salah mati itu akan memberikan karma baik kepadanya dan menambah karma baik kepada yang mendoakannya pula artinya semua mendapat untung. Karenanya dalam agama Hindu ada sistem pengabenan yang tujuannya mendoakan agar yang meninggal mendapat jalan yang terang dan mengambalikan unsur yang membungkusnya. Pentingnya pengabenan itu dilakukan dan jangan ditunda lagi yang tujuannya dan manfaatnya sangat besar bagi yang meninggal dan juga kepada yang masih hidup. “Janganlah engkau lakukan hal yang dibenci oleh Tuhan jika engkau menginginkan kedamaian dihatimu selamanya, lakukanlah apa yang seharusnya kamu lakukan janganlah engkau menundanya selama masih diberikan waktu”.

3. Mati Karena Kecelakaan yang tiba-tiba
Ada kasus kecelakan yang meninggal Dunia secara tiba-tiba misalnya tabrakan atau lain sebagainya, seseorang yang terlempar keluar dari badan fisiknya, dalam kesadaran sepenuhnya dan dalam keadaan sedang melakuna sesuatu pada saat kematiaanya akan mungkin meneruskan kegiatannya itu di alam halus untuk sementara waktu, karena ia tidak menyadari bahwa ia telah mati . Ini disebabkan karena badan astralnya telah terlepas dari badan fisiknya dengan seluruh badan etheriksnya masih dalam keadaan utuh yang berarti bahwa semua sat astral dan etheris yang sangat dekat pada badan fisik masih mengelilinginya. Karena itu ia masih sadar sepenuhnya akan Dunia fisik walau Dunia ini mulai memberi pemandangan-pemandangan yang agak berbeda.
Untunglah bahwa keadaan yang tidak menyenagkan itu tidak berkelanjutan dan segera berubah menjadi keadaan yang selaras dengan ciri dan fisik orang itu, namun dengan sifat pengalaman yang dialaminya. Mereka yang selama hidupnya bersifat ramah tamah, patuh dan suka damai, tentu saja tidak mempunyai daya tarik bagi lingkungan-lingkungan kasar dan penuh kekerasan. Boleh dikatakan kesadarannya buyar menghindari lingkungan suasana semacam itu. Orang yang bersifat tidak mementingkan diri sendiri dan berlatih mulia segera menjadi tidak inggat apa-apa tentang segala sesuatu yang terjdai disekitarnya sewaktu mengalami kecelakaan yang membuat ia meninggal sehingga tidak menimbulkan kesedihan baginya. ia segera memasuki keadaan tidur yang tenang dan serasi yang berlangsung sampai ia bangun secara wajar di alam astral yang lebih tinggi atau alam baka yang artinya akan dibangunkan seuatu karmanya sendiri apakah kesurga atau keneraka.
Kematian yang seperti ini dapat dikatakan kematian Salah pati masih dikatakan wajar karena kematiannya bukan atas kehendaknya tetapi takdir atau karmanya terdahulu yang menyebabkan kematian itu. Walau cara kematiannya sering dikatakan tidak wajar tetapi bila dikaji dari sisi pengetahuan ajaran agama kematian Karena kecelakaan masih wajar karena suatu pembayaran atau pembakaran karmanya yang pernah dilakukan. kematian ini juga akan menimbulkan penyakit Dunia jika tidak segera mengembalikan unsur-unsur lapisannya dan mendoakannya agar sang jiwa tidak dibingungkan dengan pikirannya sendiri. Kematian ini sama sekali tidak melangar aturan Tuhan atau melangkahi meloncat diatas kepala Tuhan tetapi Hukum alamlah yang mengaturnya bukan kesalahan yang sengaja.

4. Mati karena Dibunuh oleh orang lain
Kematian karena dibunuh oleh orang lain atau binatang juga termasuk kematian yang wajar dalam arti pandangan agama atau pengetahuan akal budhi, yang mana kematian seperti ini adalah bagian dari pembayaran karma yang mana manusia atau binatang itu sebagai alat untuk pembayaran karmanya itu. Manusia atau binatang yang membunuhnya adalah digerakna oleh karmanya sendiri sebagai hasil perbuatannya terdahulu, mungkiin akibat kesalahannya berkata, berbuat atau bertingkah laku dikehidupan sekarang ini atau dimasa lalu yang ia tidak ketahui sendiri.
Walau dalam penafsiran atau analisis pembaharuan pengetahuan agama yang terbaru di Bali mengatakan kematian karena dibunuh adalah mati yang salah, tetapi saya tidak mengatakan itu salah karena kenapa? Mengapa harus disalahakan itu tidak bisa dihindari dan bukan atas kehendak yang sepenuhnya disadari seperti bunuh diri. Itu terjadi diluar kuasa kendalinya dan merupaka takdir. Kematian karena itu tidak mempunyai kesalahan sedikitpun karena kematianya tidak menimbulkan karma baru melainkan pengurangan karma. Kematian ini memang jika dipandang dengan kasat mata terlihat tidak wajar tidak seperti mati tidur atau mati sehabis sembahyang, memang kematiannya merusak badan kasarnya tetapi bukan berarti merusak badan jiwa dan pikirannya, dengan itu kematian ini masih bisa dikatakan wajar.


TAKUT AKAN KEMATIAN


             Apakah kita pantas untuk takut mati itu jawabannya menurut dari individu seseorang, jika ia takut mati berarti ia masih merasa punya hutang dan dosa yang masih membelenggu pikirannya dan masih terikat akan objek-objek indriya-nya. Indriya adalah kuda-kuda liar atau kera-kera nakal yang sangat susah dikendalikan, jika itu tidak kau kendalikan maka dosa dan tangungjawabmu semakin lama akan semakin bertambah dan membelenggu pikiranmu, maka keresahanlah yang akan kamu rasakan dan ketakutan akan kematinpun muncul setiap saat mendengar kematian dan membayangkan kematian itu dalam pikiranmu, karena merasa belum siap dan masih binggung. Maka dari itu kendalikanlah pikiranmu. Seperti dalam Bhagawad Gita mengatakan pusatkanlah pikiranmu padaku serahkanlah semuanya padaku dengan itu aku akan datang untuk menolongmu. Sangat jelas dikatakan jika pikiran terpusat hanya kepada Tuhan maka Tuhan akan mengantarkan kita menuju kekerajaannya yang damai. Maka sudah jelas bahwa pikiran adalah Kusir yang sangat cerdas bisa membawa kita kemana saja sesuai dengan perintah.  Tetapi bagi orang yang selalu mengikat indrya-nya dan selalu berbuat baik melaksanakan Dharma dan menjalankan karma terdahulu ia tidak akan pernah takut untuk menghadapi kematian justru baginya kematian adalah anugrah. Tetapi walaupun kita terus takut akan kematian karma belum siap tetapi Hukum telah menentukan berapa lama kita di Dunia, dan juga selama di Dunia belum juga bisa menyelesaikan tugas dan kesajiban serta menebus dosa maka karma itu akan dipetik di akhirat.
      Dimana sekarang banyak orang takut bila membicarakan kematian seakan raksasa yang akan menjemput mereka, itu dapat dianalisa, bahwa manusia sekarang lebih banyak dosanya dari pada karma baiknya itulah ciri-ciri zaman Kali Yuga, dimana Adharma mengalahkan Dharma. 
      Kematian meurut Sri Satya Sai Baba dalam Buku yang berjudul Hukum Karma Mengatakan bahwa: “ Bangunlah setiap hari seolah-olah kamu bangun dari kematian. Kematian adalah tidur panjang, tidur adalah kematian singkat. Bangun dipagi hari adalah kelahiran”, “Inilah amanat penting berharga yang diberikan oleh kitab-kitab suci, lanjutkan tugasmu yang sah (menuurut Hukum), laksanakan kewajibanmu, bertingkahlah sesiai dengan hak-hakmu, tetapi jangan biarkan keterikatan tubuh. Sejauh berkaitan dengan keluarga harta, reputasi, pengetahuan dan keahlian, bersikaplah hanya sebagai wali, sebagai orang yang dipercaya atau yang diberi kuasa mengurusnya. Tinggalkan mereka dengan senang hati bila tiba saatnya engkau harus meninggalkan Dunia ini.
      Kematian digambarkan oleh beberapa orang sebagai serangan terror Tuhan Yang mengendarai kerabau raksasa dan menukik diatas manusia dengan sebuah jerat. Jerat itu adalah buatannya sendiri. Beliau tidak menerkam. Ia memberi peringatan awal tentang kedatangannya untuk mengambil nyawanya. Peringatan dalam bentuk isyarat, seperti rambut uban, rontoknya gigi, menurunnya pengelihatan, ketulian pendenganran, mengerutnya kulit dan sebagainya. Beliau itu nama lain dari waktu (Kala). Waktu itulah yang merangkak secara pasti menjemput dan menggunting tali pusat kehidupan, maka oleh karena itu pergunakanlah kemampuan itu untuk berkarma, untuk membebaskan diri dari sergapan waktu. Hukum karma tetap menuntut harapan, karena dengan karma akibat bisa dibuat. Jangan mengikat diri dengan jalan mencari buah karma, persembahkan karma itu pada kaki padma Tuhan dan biarkan itu memulyakannya. Jangan memusingkan keberhasilan dan kegagalan usaha, sehingga kematian tidak memiliki jerat untuk mengikat. Kematian akan tiba sebagai pembebas, bukan sebagai pemenjara. Kematian bukanlah perpisahan, melainkan peralihan dan kelulusan.
      Tidur adalah kematian singkat, dan kematian adalah tidur yang panjang. Bangun dari tidur adalah kelahiran, kelahiran adalah bangun dari tidur panjang. Sai Baba mengajarkan doa tidur dalam buku Anandadayi, “Ya Tuhan, semua perbuatanku baik dan buruk ku persembahkan padamu. Aku tidak tahuapakah besok pagi aku masih hidup. Lindungilah aku. Saya sekarang dalam kematian dan jatuh di pangkuanmu. Ampunilah kesalahan-kesalahan saya, pranamku padamu”.  Dan pada saat bangun pagi duduklah ditempat tidur dan berdoa yang disebut Brahma Muhurtam yaitu: “Dengan perlindunganmu saya masih hidup. Mohon berkatilah saya, berikan saya kebijaksanaan supaya jangan berbuat dosa. Hari ini saya akan berkata yang benar, suci dan penuh kasih. Hari ini saya akan berbuat yang benar suci dan penuh kasih. Hari ini saya akan berpikir yang benar, suci dan penuh kasih. Semoga hari ini saya bermanfaat bagi semuanya yang menjadi pelayan Tuhan Yang sempurna, pranamku padamu”.
      Bagaimanakah halnya orang mati karena membela Negara, apakah mereka akan masuk surga?. Baba Menjawab, “Bila kamu masuk angkatan perang hanya untuk penghidupan, jelas berbeda. Tetapi mereka yang mati demi membela tanah air, merekalah yang mencapai Virasvarga. Dan bagaimana jika tugasnya selain membela Negara juga untuk menghidupi keluarga apakah mereka akan masuk surga? “jika mereka dengan serius dan tanpa balasan sedikitpun dari Negara dan menghidupi kelurga dengan hasil dari gajih tanpa mengeluh maka ia juga akan masuk surga”.
      Bagaimana halnya bagi anak-anak yang meninggal ketika masih kecil, bayi atau barangkali mati dalam kandungan? Secara umum mereka dianggap masih suci belum ternoda. Baba mengatakan, “Anak-anak yang mati dibawah umur 15 tahun tidak akan mengalami kelahiran kemabali. Orang tua dari anak yang mati harus sehat dan tidak menderita suatu penyakit. Anak itupun harus lahir dalam keadaan sehat dan tidak menderita penyakit keturunan. Bila mana anak semacam itu mati memang benar, dia tidak dilahirkan kembali. Sebelum umur 15 tahun, pikiran dan hati mereka belum dikotori oleh nafsu, kemarahan dan sebagianya. Bila mana seorang yogi mempunyai sisa karma seperti tinggal dalam perut, kesengsaraan masa bayi, dan lainya mereka harus mengalaminya sebentar lalu mati. Inilah kelahiran yang terakhir bagi mereka”.
      Apakah mereka yang bunuh diri itu sudah memenuhi takdirnya? Apakah karmanya harus mati bunuh diri? Baba mengatakan, “Bunuh diri itu tidak boleh. Bagaimanapun sulitnya kehidupan ini kau harus bisa mengatasinya, jangan menyerah kalah. Setiap manusia mempunyai hidup yang sudah ditentukan waktunya. Seperti tinggal dirumah sewaan. Sebelum kau pergi mengosongkan rumah itu kau harus mempersiapkan rumah lain. Sama saja sebelum pergi meninggalkan badan, tuhan menyediakan badan lain dengan jangka waktu yang sudah ditentukan menurut hutang piutang karma. Bila mana kematian disebabkan oleh kesengajaan, kau melepas kesempatan untuk menyelesaikan karmamu dan pada akhirnya seharusnya mendapat tempat yang ditentukan  menjadi terbelengkalai. Bunuh diri menyebabkan kau macet ditengah jalan ini keadaan yang sangat menakutkan, tidak ada tempat kosong dalam ciptaan Tuhan. Tuhan telah mengisinya dengan roh-roh dan mahluk-mahluk yang tidak terlihat. Bunuh diri menyebabkan mereka mengerumuni dan menakut-nakutimu. Lagi pula seorang jivi sadar dan merasakan kehadiran Tuhan hanya selama satu jam dalam seluruh hidupnya. Pertama, lima belas menit waktu melepaskan badan dalam kematian. Kedua, lima belas menit sesudah keluar dari badan ibunya dan ketiga, tiga puluh menit pada waktu perkawinan. Tuhan hadir mendampingi Jivi itu pada ketiga pristiwa penting ini. Karena itu jangan menghancurkan kehidupan yang telah diberikan oleh Tuhan. Jalani kehidupan ini dengan benar. Orang yang menghadapi semua percobaan hidup ini dengan tenang dan selalu ingat pada Tuhan, suatu hari pasti akan menerima anugrah Tuhan. Jangan bimbang akan kebenaran ini hadapilah dengan keyakinan kepada Tuhan”.
      Pada prinsipnya semua yang dilakukan sekarang seperti Sadhana adalah untuk mempersiapkan keadaan pada masa-masa mendatang pada setiap kelahiran. Penebusan dosa atau Prayascita dan Sadhana bisa mengurangi penderitaan akibat masa lalu. Keduanya tidak bisa menghapuskan karma tetapi bisa mengurangi beban karma. Hutang-hutang karma tidak bisa dihindari karena merupakan hukum karma. Tetapi bakti dan Sadhana bisa membuat sisa-sisa karma itu terasa ringan bagi setiap orang.
 Adanya kesadaran merupakan bukti adanya kehidupan. Jika sang roh meinggalkan badan jasmani, itu berarti bahwa kesadaranlah yang meninggalkan badan jasmani tersebut dan setelah itu badan jasmani tidak lagi memiliki kesadaran dan disebut mayat. Jadi kita adalah suatu unit kesadaran yang disebut roh. “Badan ini bukanlah aku; aku adalah roh yang bersemayam dalam sesosok badan untuk sementara waktu”.
Seperti dalam kitab Sarasamuscaya Sloka 33 mengatakan:
Mrtam sariramutsrjaya kastalostasaman anah,
Muhurttamuparudyatha tato yatni paranmukhah, (rudyatha).
Artinya:
Pada saat kematian, tinggallah jasmani yang tak berguna ini yang pasti akan dibuang tak bedanya dengan pecahan periuk. Nah itulah yang dipeluk-peluk, diratapi oleh keluarga untuk sementara waktu dan pada akhirnya mereka akan meninggalkannya juga. Hanya itulah yang dapat dilakukan oleh sanak keluarga secara langsung. Maka dari itu usahakanlah berbuat Dharma sebagai sahabatmu untuk mengantarkan engkau mencapai alam kehidupan dengan kebebasan abadi

      Dalam sloka diatas dijelaskan bahwa pada saat kematian tinggal jasmani yang tak berguna bagaikan sampah yang akan busuk lalu dibuang itulah kenyataan badan yang tak lagi mempunyai kesadaran. Sampah yang dibuang itulah yang akan ditangisi oleh sanak keluarga dan setelah itu ditinggalkanya, mereka tidak dapat mengantar kita sampai ditujuan, untuk apa itu disedihkan, jika mereka tak lagi peduli dengan kita. Usahakanlah pada saat-saat menemui ajal kematian hilangkan segala kesedihan yang berasal dari pikiran dan perasaan karena itu akan menghambat perjalanan sang roh di alam baka, sebab pikiran telah terselubunggi dengan kesedihan maka kesedihan itu pula yang akan mengikuti kita kemana kita pergi dan dia akan mengikat sang roh, maka janganlah ingat pekerjaan, jangan ingat pada Utang, jangan ingat pada sanak keluarga, suami, istri dan lain sebagainya tetapi ingatlah kepada satu yaitu Tuhan sebutlah nama-nama suci Tuhan agar karma atau nama-nama itu yang akan menemani dikelak nanti bukan kesedihan. Dengarkanlah sabda Sri Kresna dalam Bhagawad Gita VIII, 5,6,7 dan 8 untuk bekal menghadapi kematian mengatakan;
 “Barang siapa pada waktu ajal tiba   Berpulang, meninggalkan jasmani ini  Dengan mengenang aku selalu, datang kepadaku  Ini tidak dapat diragu-ragukankan lagi.  Apa saja yang terpikirkan saat ajal tiba, Meninggalkan badan jasmani ini, oh kunti putra. Ia aka sampai pada keadaan yang terpikirkan itu Sebab ia harus terus menerus terbenam dalam pikiran itu. Sebab itu, kapan saja ingatlah padaku Selalu, dan berjuanglah terus maju Dengan pikiran dan budhi pekerti tetap padaku Engkau pasti datang padaku Dengan pikiran tak mengembara kemana-mana, Terpusat berkat latihan tak henti-hentinya Dia yang melaksanakan meditasi pada yang maha utama Pergi, oh parta, menuju Brahman yang maha suci”.

      Dalam sloka ini sudah sangat jelas bahwa pikiran sebelum matilah yang akan membawa kita kemana setelah mati apakah gentayangan, apakah lahir pada sanak keluarga atau bagaimana sesuai dengan pikiran sebelum kita mati. Maka dari itu usahakanlah menjaga pikiran kita sebelum meninggal nanti, bersihkan badan dan bersembahyanglah jika telah ada pirasat untuk mati.
      Maka dari itu berusahalah mengerjakan pekerjaan yang akan membawa keluar dari ikatan yang sempit ke dalam kecermerlangan yang lebih luas. Kerjakan tugas ditempat bisa mengabadikan buah dari karma kepada Tuhan, saat itu dapat mencurahkan waktu dan tenaga untuk membagikan kebahagiaan, keterampilan atau pengetahuan kepada orang lain.
      Setiap manusia adalah renkarnasi Tuhan. Setiap orang adalah perwujudan Tuhan.Aham atau prinsif Atma yang ada dalam diri manusia semua adalah Tuhan. Karena itu setiap individu adalah perwujudan Tuhan. Bila seseorang bertanya, dimanakah Tuhan, sejumlah orang berkata bahwa Tuhan ada didalam hati mereka. Ini bukan jawaban yang tepat. Bila orang berkata bahwa Tuhan ada didalam hati mereka, ini berarti ia lebih besar dari Tuhan. Karena itu tidak patutlah mengatakan Tuhan ada dalam diri seseorang. Kenyataan yang sebenarnya yaitu manusia adalah Tuhan, segala sesuatu ada didalam Tuhan.
Sarvatah paani padam
Tat sarvatokshi shiromukham
Sarvatah shruti malloke
Sarvamaavrutya tishthati.
Artinya:
Dengan tangan, kaki, mata kepala, mulut dan telingga meliputi segala sesuatu, Tuhan meliputi seluruh alam semesta.

      Seperti dalam konsep orang Bali mengatakan, kenapa orang yang mati selalu lahir kembali pada keturunanya dalam garis purusa bukan dari luar daerah atau dari luar negeri. Itu semua dikarenakan leluhur atau yang menjelma itu, sebelum dia meningglkan dunianya dahulu pikirannya masih terikat pada keluarga itu, masih cemas atau tidak sangup untuk meninggalkanya, maka hukum akan kembali mengantarkannya kepada apa yang belum diiklaskanya dan kembali lahir pada keluarga itu sendiri dengan ketidak samaan seperti dahulu. Maka dari itu agar engkau cepat terbebas dari belenggu kelahiran dan kematian maka engkau harus  menghilangkan kesedihan, hilangkan semua ikatan duniawi, persaudaraan dan keluarga sebab itu semua adalah palsu yang asli adalah kenyataan Tuhan yaitu pikiran dan perasan tanpa kesedihan dan kebahagiaan.
      Begitu juga bagi orang yang ditinggalkanya, mengapa harus bersedih jika kamu tahu dia yang meninggal tidak akan kembali. Yang kau sedihkan hanya mayat, sampah yang tak berguna sedangkan dia telah berjalan jauh bersama karmanya, dia tidak akan memikirkanmu lagi walau kamu bersedih dan sangat bersedih dia tidak bisa melanggar jalur hukum dunia ini. Dari pada bersedih dan tak merelakanya lebih baik kamu doakan menyebut nama suci Tuhan dan memohon padanya supaya rohnya selalu disertai kekuatan Tuhan mencapai kedamaian, memohon pengampunan dosa diselama kehidupannya di Dunia dan memohon agar jika dilahirkan kembali agar lahir menjadi manusia yang lebih tinggi derajatnya dari sebelumya.



KEMANAKAH SETELAH KITA MATI


Itu adalah pertanyaan setiap ingsan yang ada dimuka bumi ini, orang gilapun bisa berpikir demikian. Jawaban dari pertanyaan itu sudah ada dalam pemaparan masalah diatas, bahwasanya kematian hanya sebagai proses hukum alam semesta yaitu pelepasan arwah dari badan kasar yang sudah rusak atau usang menuju kehidupan dimana karma itu yang memberikan jalan. Yang jelas, kemana kita akan pergi, kemana saja karma membawa kita, karma ada karena kita, kita yang mengadakan karma itu, pasti kita tahu kemana kita akan pergi. Jadi dalam kata-kata tadi sudah cukup jelas memaparkan kemana setelah kita mati.
Jika kita sadar akan karma kita yang pernah kita lakukan baik itu perbuatan maupun wasana, kita akan tahu kemana selanjutnya setelah mati. Para Dewa sekalipun tidak bisa menentang hukum karma ini, perjalanan sang roh selanjutnya adalah diatur oleh karma kita sendiri. Mungkin akan lahir kembali, lairpun ada menjadi orang cacat, orang miskin, orang yang kaya dan sebagainya, itu hanya karma individulah yang mengatur, tak akan ada yang bisa ikut campur dalam urusan ini.
Mulanya dalam cerita kuna orang Bali diceritakan perjalanan sang roh setelah mati. Ketika kita mati, sebelum kematian sehari atau dua hari sebelumnya telah ada yang memberitahukan lewat mimpi atau firasat tidak enak atau mungkin didatangi langsung oleh para pengikut Sang Yama Dipati. Ia akan mengatakan kalau segeralah kamu mempersiapkan diri aku akan mengajakmu pulang bersama aku. Setelah itu pikiran manusia itu akan binggung sampai ia tidak sadar mengatakan dengan keluarga-keluarganya mungkin dengan berpamitan dengan teman-teman dan lain sebagainya, itulah kelainan-kelainan yang terjadi. Setelah penjemputan tiba, rohpun telah lepas dari tubuh ini secara keseluruhan, tetapi selama awal kematian itu roh belum sadar kalau dirinya telah mati ia masih berada dalam lokasi itu, melihat banyak orang yang datang kerumahnya, tetapi bila ditanya tidak ada yang menyahut. Setelah itu mayat dimandikan iapun melihatnya dan ia terkejut kenapa ada aku yang dimandikan. Disanalah ada piuning dari pendeta dan saat itu juga ada suara dari langit bahwa kamu sudah mati,. Sang rohpun tiba-tiba berada didalam hutan belantara dengan jalan setapak matahari terik panas, sang roh berjalan dan menemukan sebuah pancuran air disanalah sang roh memberihkan diri. Disanalah baru ia sadari bahwa dia telah mati karena bayangan dirinya telah tidak ada lagi.
Setelah itu roh berjalan menuju sebuh desa yang banyak penduduknya, dan sebelumnya dia melihat sebuah pintu gerbang yang ada dua penjaga, disanalah kita ketahui mati kita wajar atau tidak wajar jika wajar maka boleh masuk dan melanjutkan menjalankan karma berikutnya jika tidak wajar maka disanalah sang roh ditolak dan disuruh kembali ke Dunia dimana ia melepaskan badanya. Jika tidak diterima maka roh akan berkeliaran tanpa tujuan kemana ia akan pergi makanya disanalah sang roh melakukan pengabdian sampai tiba saatnya ada panggilan menjadi pesuruh alam sana.
Bila dikaitkan dengan konsep agama Hindu sangat berkaitan sekali dimana jika kita mati bunuh diri tidak ada tempat yang kosong baginya, sama halnya cerita ini jika tidak wajar maka ia akan ditolak masuk pintu gerbang karma. Maka janganlah sekali-sekali melakukan hal yang dilarang oleh agama seperti bunuh diri dan kejahatan lainya karena itu akan menyusahkan diri kita nanti.
Ada pendapat mengatakan bahwa segala kenyataan kehidupan sesudah kematian badan fisik adalah hal yang tidak bisa diketahui. Akan tetapi setelah perkembangan penyelidikan observasi, riset tentang keadaan setelah kematian, maka keadaan di alam sesudah mati menjadi benar-benar dipahami.
Studi-studi tentang ilmu pengetahuan dan agama baik yang kuno maupun yang moderen, yang bersifat studi banding (Komperatif) telah menghasilkan pengetahuan yang amat luas tentang kehidupan sesudah mati kemudian dibenarkan atau dibuktikan dengan pengamatan secara langsung dengan mengunakan daya kekuatan yang terpendam dalam diri manusia yang disalurkan dalam bentuk kemampuan yang sudah dikembangkan, yang disebut kekuatan ketajaman batin atau ilmu kebatinan. Dari sana terhimpun pengetahuan yang bersamaan dengan filosofisnya mementuk apa yang disebut sebagai kebijaksanaan kuno (Ancident Wisdom) dari uamat mansuia. Dan sumber itu dapat kita ambil pengetahuan sebagai gambaran sekilas badan fisik setelah kematian.
Soal “Kematian sesudah mati” ini pada umumnya digemari oleh setiap orang, karena tiap-tiap orang suatu saat pasti akan mengalami kehilangan orang yang dicintai, karena kematian. Tiap-tiap orang pada umumnya ingin mengetahui keadaan-keadaan di alam sesudah mati.
Langkah pertama untuk menuju kedalam pemahaman tentang kehidupan sesudah mati adalah mempertanyakan siapakah aku? Pertama-tama  kita harus memahami bahwa sesunguhnya, bahwa badan ini bukanlah aku, tetapi aku adalah roh yang bersamayamdi dalam sebuah badan. Sebagai roh, kita telah ada sebelum tubuh seorang bayi terbentuk untuk lahir sebagai manusia., maka kita sebagai roh lebih dahulu memasuki dan bergabung dengan tubuh seorang bayi di dalam kandungan.
Badan ini adalah pakaian sementara yang kita kenakan untuk hidup di Dunia. Kita adalah roh yang bersemayam dalam sesosok badan, sebagai roh, suatu saat kita akan meninggalkan badan yang kita pakai ini dan saat itulah badan yang kita pakai itu mati dan disebut mayat. Tetapi sang roh sendiri tetap abadi.
Roh merupakan suatu pribadi hidup, yang setidak-tidaknya merupakan gabungan dari: Ātman – Buddhi – Manas (pikiran).
Keterangan diatas jangan dibingungkan mengenai istilah Ātman huruf awalnya besar dengan ātman yang huruf awalnya kecil. Jika Ātman yang ini adalah kesadaran murni adalah komponen pribadi yang abadi. untuk dapat sebagai manusia di Dunia ini, sang roh masuk dan terbungkus dalam berbagai lapisan badan. mengenai berbagai lapisan azaz, bagaimana manusia tersusun ialah skemanya:

1.      Phisik atau badan kasar
Badan ini dibangun oleh sari-sari makanan, yang tersusun dari benda padat seperti tulang, benda cair, seperti darah, cairan atau lendir dan cairan lainya, dan lain sebaginya yang disebut Panca Maha Butha, Yaitu Akasa Bayu, Teja, Pretiwi, Apah. Itulah yang membentuk badan ini, dan inilah yang suatu saat mati atau tidak berfungsi lagi yang disebut mayat.

2.      Badan Etheriks
Badan yang terbentuk dari bahan sangat halus, yang tidak dapat ditangkap dengan indriya biasa, Badan ini merupakan pasangan badan fisik yang bentuknya serupa. Ia dapat dipisahkan dari badan fisik walaupun tidak dapat pergi jauh sekali dari badan fisik. Pada saat kematian, sang aku meluncur keluar dari badan fisik bersama-sama dengan badan etheriks. Jika benang penghubung (Sutratama) antara badan fisik dan badan etheriks terputus, itulah disebut kematian, dimana nafas yang satu-satunya telah terhenti. Badan etheriks ini berada didekat mayat. Badan ethriks ini yang sering tampak sebagai hantu kuburan oleh orang yang agak peka. Oleh orang yang waskita, badan etheriks ini akan tampak berwarna keunguan, ia akan perlahan-lehan terurai bersama terurainya badan fisik dalam kuburan. Disitulah alasannya mengapa dalam agama Hindu pengabenan atau mengembalikan unsur badan ini dikembalikan karena agar tidak menjadi penyakit bumi atau setan yang mengangu akibat pikiran-pikiran jahat orang yang sudah mati dan orang yang masih hidup.

3.      Badan Prana
Seluruh alam berserta isisnya tercakup dalam lautan besarnya kehidupan. Alam semesta ini hanyalah zat hidup yang diobyektifkan atau yang didiferensiasikan. Setiap organisme, dari yang paling kecil hingga yang paling besar menarik kedalam dirinya sejumlah kekuatan hidup yang terkandung dalam kehidupan universal ini. Kekuatan hidup yang terlihat dalam susunan badan manusia inilah yang disebut badan Prana atau juga badan lapisan disebut Panca Maya Kosa yang suatu saat nanti dapat tidak berfungsi atau dikatakan mati, dan harus segera dikemabalikan lagi keasalnya yaitu alam semesta ini.

4.      Badan Astral
Badan astral adalah tempat kedudukan segala nafsu dan keinginan. Badan astral selalu mengubah warnanya sesuai dengan pikiran. Jika seseorang kehilangan kesabaran, muncullah kilatan-kilatan warna merah padam. Jika seseorang memendam rasa cinta, maka akan tampak warna merah jambu. Badan astral orang yang berpikiran rendah dan hewaniah adalah kasar, tebal, padat dan gelap warnanya. Sebaliknya badan astral orang yang telah maju dalam moralitas dan kerohanian adalah lembut, cerah, memancar dan terang warnanya. Dengan berpikir mulia kita mensyucikan badan astral. Selain itu kemurnian badan astral ditopang oleh kemurnian badan fisik. Badan astral meiliki sifat seperti magnet yang dapat menarik zat astral yang sesuai dengan lingkungan sekelilingnya dan sesuai dengan emosi seseorang. Jika seseorang berpikiran mulia, maka badan astral akan menarik zat astral yag mendukung kemuliyaan tersebut jika seseorang berpikiran penuh dengan kemarahan maka badan astral akan menarik zat-zat tertentu yang mendukung kemarahan tersebut.
Ada sifat lain dari badan astral yaitu pada keadaan melek badan astral seseorang menyatu dengan badan fisik. Jika tertidur maka badan astralnya melayang diatasnya (sementara itu badan etheriks terpisah bersebelahan dengan badan fisiknya). Pada orang normal, badan astral yang terpisah dari badan kasar memiliki bentuk berupa awan yang tanpa bentuk. Apabila terjadi sesuatu yang mengakibatkan badan ini bergerak pergi dari badan fisik yang sedang tidur, maka badan ini segera terbangun dan badan astral segera masuk kembali. Pada seorang ahli yoga, ia bisa mengunakan badan astralnya untuk pergi kesegala tempat dan jarak jauh dengan penuh kesadaran. Badan astral dari ahli yoga ini tampak serupa dengan badan fisiknya dan dengan sarana badan astral  ini ia dapat mewujudkan dan menampakkan dirinya ditempat yang jauh di Dunia ini atau bahkan pergi kealam astral dengan penuh kesadaran. Badan ini sering disebut badan alam keingian yang mana tidak bisa lepas terpisah dari badan kasarnya walaupun pergi sejauh mungkin tetapi bila ada suatu masalah di alam astral badan fisik ini akan terbangun dan menarik badan astral ini kembali masuk, atau juga sering disebut mimpi buruk.

5.      Badan Pikiran
Zat yang menyusun badan pikiran berasal dari jenis zat yang paling halus dan lembut. Dalam zat ini sang diri menyatakan diri sebagai akal. Jika kita menggamati orang yang belum berkembang, kita akan melihat badan pikirannya akan sulit untuk dikenali, sehingga perlu perhatian istimewa untuk melihat keseluruhannya. Pada orang yang lebih maju, badan pikiran yang dimiliki tampak jelas dan pasti, dikelilinggi warna yang indah, penuh daya, yang merupakan perwujudan dari di alam mental. Badan pikiran berbentuk bundar oval yang membungkus manusia. Selalu memikirkan kebaikan adalah salah satu cara meningkatkan pertumbuhan badan pikiran. Berpikir yang logis, runtut dan penuh konsentrasi adalah aspek lain yang lebih penting dalam membantu pertumbuhan badan pikiran. Dalam badan pikiran ini ada lapisan dikenal dengan badan karana. Badan karana adalah gudang penyimpanan atau rekaman karma kita. Ini merupakan benih yang akan menuntun perjalanan hidup kita pada penjelmaan berikutnya.

6.      Budhi
Buddhi adalah kecakapan mengenai saluran pengalirannya pengetahuan ketuhanan, yang membedakan mana baik mana yang jahat atau juga disebut nurani terdalam. Setiap manusia mempunyai nurani terdalam hanya saja nurani ini perlu diisi den dikuatkan lagi dengan ilmu-ilmu pengetahuan tentang kebaikan dan kebenaran seperti pengetahuan ajaran Tuhan. Tingkatan ini sering disebut susupati. Badan pada lapisan disebut Anamaya Kosa (Bada kebahagiaan). Para yogi bisa pindah kebadan ini dan menarik mati kebahagiaan yang abadi. Bagi mereka hal ini bukanlah tahyul melainkan spuatu kenyataan pengalaman.

7.      Atman
Azasi dasar dari segala sesuatu, azas yang tidak terpisahkan dari Yang Maha Esa adalah Ātman ini. kita bisa membaca tentang suatu saat yang akan tiba bagi manusia, yang jika tidak tercapai dalam kehidupan ini, pasti akan tercapai dalam kehidupan berikutnya; manakala tumbuh dalam cinta kasih, kebijaksanaan, kekuasaan, pengalaman kemanunggalan dengan segala sesuatu. Kesadaran yang benar-benar mengembang dan merangkum segala sesuatu, merangkum semua kesadaran lain yang benar-benar merupakan universalitas. Disana ia benar-benar mengalami bahwa segala mahluk adalah tunggal dengan dirinya yang terdalam.
Tetapi tak ada kata-kata yang dapat membantu menjelaskan atau melukiskan apa yang melampaui pemahaman untuk menjelaskan Ātman tersebut. Hanya melalui meditasi yang sabar dan lama dan pengalaman yang sesunguhnya. Dalam ilmu yoga tingkat selanjutnya dibagi menjadi tiga lapisan utama yang meliputi Ātman, Anupadaka dan Adi yang masing-masing bagi lagi menjadi lapisan-lapisan yang lebih spesifik.
Dengan demikian pada proses awal dari kematian, badan etheriks terlepas sepenuhnya dari badan jasmni. Kadang-kadang tidak lama setelah mati, badan etheriks itu tampak kelihatan oleh orang yang bisa melihatnya yang tidak jauh dari mayatnya. Tentunya badan etheriks ini tidak punya banyak kesadaran dan tidak akan bicara dan berbuat sesuatu. Badan etheriks ini biasanya tampak berwarna keunguan. Lambat laun badan ethetiks juga akan hancur seperti juga halnya badan fisik. Disinilah salah satu alasna kenapa Kremasi lebih dianjurkan dari pada penguburan sebagai cara pengembalian badan fisik dan etheriks keasalnya dengan lebih cepat.
Pada saat badan etheriks terpisah dari badan fisik maka orang itu tiba-tiba sadar bahwa ia berada disebelah badan fisiknya. Dania sadar sepenuhnya dalam wahana badan etheriksnya. Meskipun demikian ia belum meninggalkan alam Dunia fisik. Lingkaran alam fisik masih terlihat olehnya. Ia melihat badan fisiknya yang terbaring ditempat tidur. Ia melihat kamar dan prabotannya. Ia juga melihat orang-orang yang melayat kerumahnya, maka dengan itu ia akan merasa kalau dia sudah mati. Ketika seseorang keluar dari badan fisiknya hal yang segera disadarinya ialah kebebasan, rasa ringan dan perasaan terapung. Tidak ada yang perlu ditakuti tentang keluarnya ia dari badan fisiknya. Biasanya sangat jelas bahwa wujud orang yang akan mati menjadi tenang dan sering kali tersenyum dan kadang-kadang seperti ada seseuatu cahaya yang menandakan kematian itu bukan hal pemisahan tetapi perpindahan alam.
Biasanya selama priode pelepasan badan etheriks ini, terjadi suatu pandangan kembali secara cepat dari semua kejadian yang telah dialami selama kehidupan yang telah dijalani. pengulangan secara cepat dari jalannya hidup searang, seolah-oleh merupakan rekaman riwayat hidup yang merekam semua hubungan-hubungan dan pristiwa-pristiawa yang dialami, semua ini merupakan babak terakhir dari suatu proses yang telah berkerja sepanjang hidupnya. Dan mereka yang meninggal akan mengerti bahwa ia tidak bisa berkomunikasi dengan kawan dan keluarganya di alam fisik. ia sadar bahwa ia kini mengunakan badan halus dan tidak mungkin bisa melanjutkan hubungan dengan dunia fisik dan penduduknya. Pengalaman ini biasanya membinggungkan, dan didalam dirinya muncul harapan untuk mendapatkan perhatian dan pertolongan. Dan pada saat itu biasanya sanak keluarga dan teman-teman yang sudah terlebih dahulu memasuki alam-alam halus akan datang menolong. Karena hubungan cintak kasih, mereka itu akan hadir untuk menyambut kedatanlgannya dibadan halus. Misalnya, ornag pada waktu hidupnya orang yang sangat taat dan berbakhti, dan oleh karena itu guru yang mulia kepada siapa ia telah tunjukkan aspirasi-aspirasinya akan hadir dalam bentuknya yang dimulyakan untuk membantu orang tadi menuju ke alam atas. Atau bila tidak sahabat atau sanak keluarga yang datang maka ia akan disambut  oleh salah seorang penolong Gaib yang bertugas menyambut pendatang baru. Mereka menyambut dan menjelaskan perubahan yang terjadi dan membantu pendatang menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
Biasanya setelah mati si individu berdiri disamping badan fisik, sambil mengalami masa kesadaran sepenuhnya yang singkat dan terang serta perasaan lega pula bebas. Situasinya adalah sama seperti bila anda menghayal bahwa anda sedang menghadapi kematian diatas ranjang dengan penuh rasa sakit. Kemudian secara tiba-tiba anda menjadi sadar bahwa anda bukan saja tidak berada ditempat tidur tersebut, tetapi pada waktu yang sama berada ditempat lain, entah dimana, sambil melayang-layang dengan gembira melintasi padang rumput yang menghijau disuatu daratan tinggi dipegunungan. Katakan saja pada suatu petang hari dalam musim kemarau, dimana cahaya matahari yang hangat dan anggin yang sepoi-sepoi basah dan harum membelai  anda yang membuat seluruh diri anda mengetar dalam keindahan ekstasi, penuh warna-warni dan keserasian
·         Melepas Badan Etheriks
Seperti yang telah diuraikan, proses pertama dari “mati” adalah meninggalkan badan fisik dan dengan hidup dengan badan etheriks. Kemudian yang diharapkan dari proses mati yang baik adalah agar badan etheriks juga secepatnya ditingalkan dan untuk selanjutnya hidup mengunakan badan astral  dan memasuki badan halus berikutnya yaitu tingkatan badan astral. Dan badan astral inipun juga harus dilepaskan untuk bisa memasuki alam surga. Di alam surga sebelumnya ada dialam pengadilan disana akan diproses kembali proses renkarnasi ke Dunia atau untuk mencapai tingkatan alam para Dewa dan setelah mencapai tingkatan para Dewa maka akan menujulah roh itu dikeabadian Tuhan yang agung.
Jadi untuk kebaikan, badan etheriks harus segera ditinggalkan, Karena akan menghambat proses peningkatan sang roh. Ada kejadian-kejadian dimana proses melepaskan badan etheriks menjadi terganggu sehingga si individu bisa tetap hidup dalam badan etheriks  dalam waktu yang amat lama dan tetap hidup dalam lingkungan dunia fisik tetapi dengan mengunakan badan etheriks. Kejadian ini dikarenakan karma seseorang mungkin selama hidupnya masih terikat pada hal-hal duniawi, tidak iklas meninggalkan kekayaanya maka badan ini akan susah untuk ditnggalkan. Untuk memperingannya dalam ajaran agama Hindu dikenal dengan pengabenan mendoakan agar ia segera melupakan hal-hal duniawi guna cepat melepaskan badan etherik tersebut. Alam dimana mengunakan badan etherik ini tidak sama dialami oleh setiap individu menurut dari keterikataannya selama hidup di Dunia dan segala karmaya juga mempengaruhi. Sebaliknya jika orang tersebut dengan rela dan tanpa keterikatan selama hidupnya di dunia ia akan dengan mudah meninggalkan badan etheriknya setelah kematian badan fisiknya selanjutnya menuju badan yang lebih halus atau badan astral. Keadaan rela yang santai ini menghasilkan rasa nyaman, hilangnya kesadaran dari badan etheriks, dan menghasilkan tidur yang sangat nyeyak dan tenag sebelum memasuki alam astralnya. Berlangsungnya tidur ini dapat terjadi untuk beberapa saat saja, atau beberapa hari saja, atau beberapa tahun, dan kadang-kadang lebih lama lagi menurut keadaaanya.
Disini penulis tidak mengajurkan untuk meniggalkan pekerjaan duniawi tetapi penulis mengajurkan agar pekerjaan itu jangan sebagai benda yang kekal, anggap saja semua itu adalah titipan Tuhan untuk kita pergunakan memenuhi keperluan kehidupan ini. Jangan sampai benda-benda pemuas indriya itu menjadi mengikat kita, jangan sampai benda-benda itu mengatur kita tetapi kitalah yang mengikat dan mengatur benda-benda tersebut untuk dipergunakan meningkatkan kwalitas sang roh demi kehidupan selanjutnya yang lebih cemerlang. Sadarilah semua yang ada di Dunia ini baik kesenangan, kesedihan, kekayaan, jabatan, ketenaran dan lain sebaginya tidaklah kekal adanya hanyalah sifatnya sementara. Dengan itu kita harus memulai mendewasakan pemikiran dan jiwa agar mampu menghadapi perubahan seperti perubahan dari alam fisik kea lam selanjutnya yang situasinya sangat berbeda. Ingat pula bahwa kita hidup bukan hanya di Dunia ini tetapi hidup terjenjang dan bertangga di alam-alam selanjuutnya sebelum kembali lagi ke Dunia ini jika masih ada kesempatan untuk renkarnasi ke Dunia, maka perhatikan dan renungkan kembali tindakan anda.

·         Memasuku Badan Astral
Segera setelah bebas dari badan etheriks, maka roh akan mengalami tidur yang nyeyak sekali. Setelah terbangun dari tidurnya, sang roh sudah berada dikawasan alam astral. Alam astral adalah salah satu kawasan alam di alam semesta, yaitu alam yang setingkat leih halus dari alam fisik ini. Ada berbagai hal yang menonjol di alam astral, diantaranya, banyak penduduk dari kawasan alam astral itu memiliki kecakapan yang mengherankan untuk merubah bentuknya dengan sangat cepat. Benda yang berada dialam itu tampak seolah-olah terlihat dari segala sisi, dari dalam dan luarnya. Oleh Karen aitu, bagi orang yang berlum berpengalaman pergi kealam itu akan menjumpai kesulitan di alam itu dan lagi sesuai dengan karmanya di Dunia fisik ini. Ia akan sulit mengerti tentang apa yang sebenarnya ia lihat.
Oleh karena itu ada baiknya memulai dengan seketsa umum dari kawasan alam astral  dengan mencoba memberikan suatu gambaran tentang alam itu, sebagai latar belakang dari segala kegiatannya yang mengherankan. Semua orang yang pernah mengunjungi alam ini mengakui, bahwa untuk menceritakan dengan jelas tentang pemandangan dialam astral kepada mereka yang pengelihatan mata astralnya belum terbuka, adalah seperti berbicara dengan orang buta tentang keanekaragaman warna dilangit saat matahari terbenam. Mengenai kebutuhan hidup di alam astral semua tersedia dengan mudah, kegiatan yang mereka lakukan sangat bervariasi dan tanpa beban “Kebutuhan hidup” yang usaha mana menyita begitu banyak waktu bagi kita yang masih berada di alam fisik ini. Semua gizi yang diperlukan oleh badan astral dapat diserap secara langsung dari atmosfer, sedangkan pencernaannya berlangsung tanpa disadari seperti halnya bernafas bagi badan fisik. Perjalanan tidak tergantung pada kendaraan ataupun keharusan jalan langkah demi langkah. Jika berpikir berada disuatu tempat cepat atau lambat kita akan berada ditempat itu sesuai dengan keinginan, melayang atau meluncur tanpa dibebani gaya garvitasi bumi seperti halnya dalam mimpi.
Pertama-tama harus dimengerti, bahwa alam astral dikelompokkan dalam tujuh tingkatan. Tetapi yang dimaksud dalam tingkatan disini bukan tingkat seperti anak tangga. tetapi tingkatan kehalusannya yang berbeda, seperti halnya alam astral ada disini menembus alam fisik ini tetapi tidak terlihat oleh mata biasa manusia di alam fisik. Seperti halnya cahaya matahari yang menembus air danau yang jernih. Masing dari tingkatan alam astral juga saling menemus. Sehingga disini di atas alam bumi ini alam astral exist dalam ruang yang sama dengan alam fisik ini. alam Pertama-tama harus dimengerti, bahwa alam astral dikelompokkan dalam tujuh tingkatan.. Masing-masing dari tingkatan alam astral juga saling menemus. Sehingga disini di atas alam bumi ini alam astral exist dalam ruang yang sama dengan alam fisik ini. Alam astral lebih besar dari pada alam dunia ini, sampai bebrapa ribu Mil diatas permukaan bumi.
Pada umunya, orang yang memiliki nafsu dan emosi yang paling kasar membuat ia tinggal dibagian terendah dibadan astral ini, yang mana keadaan disana sangat terombag-ambing oleh emosinya sendiri. Jika keinginan pokok baginya atau pikirannya berkisar pada hal-hal keduniawian, mungkin ia akan sadar di alam astral bagian yang keenam dan disekitar orang-orang yang mempunyai hubungan erat dengan dirinya waktu masih berada id dunia yang artinya ia dibawa kesana-sini oleh keadan duniwai terdahulu atau mengingat kembali. Bagian alam astral yang kelima dan keempat memiliki sifat hampir seperti alam keenam, tetapi di alam astral yang kelima dan keempat, pandangan kita tentang Dunia makin tidak penting lagi.
Selanjutnya kita sampai pada alam astral bagian yang ketiga. Di sini tampak segala hal yang dibuat oleh pikiran manusia itu sendiri. Jiwa itu membangun kota-kotanya sendiri, tetapi tidak membangun seluruh kota. Mereka mewarisi suatu tempat, desa atau kota yang merupakan buatan pendahuluannya. Artinya pikiran selama di Dunia fisik baik memikirkan kota, desa, sejarah dan keadaan apapun yang dipikirkan terdahulu di alam ini akan tampak dan sang roh akan dibawa kesana-kemari oleh pikiran tersebut sebagai arena mengingatkan kembali sang jiwa terhadap apa yang ia lakukan selama di Dunia.
Jika kita datang dibagian kedua, rupanya ia menjadi tempat bagi orang-orang yang hanya memikirkan kepentingan diri dan orang-orang beragama yang tidak memiliki sifat rohaniah., melaksanakan praktek agama untuk kepentingan kebahagiaannya sendiri (bukan berupa persembaha tulus atas dasar kasih yang tanpa pambrih). Kita dapat melihat jiwa-jiwa memakai mahkota emas dan menyembah Tuhan bagi negeri dan waktunya telah diwujudkan secara materialistis yang sangat kasar.
Kemudian kita sampai kepada bagian yang pertama alam astral, yang tempatnya khusus bagi mereka yang semasa hidupnya di Dunia mencurahkan perhatian dan tenaganya pada pekerjaan dengan pikiran yang sifatnya materialistris. Hal ini mereka jalankan bukan untuk kepentingan sesama manusia, sebab niatnya hanya hanya untuk menguntungkan dirinya sendiri, karena ambisinya dan juga hanya untuk latihan bagi pikirannya saja. Orang-orang seperti itu sering berada pada bagian tersebut sampai lama sekali sesuai dengan karma yang pernah dilakukannya.
Jiwa orang-orang yang telah meniggal Dunia, dapat dengan mudah sekali pergi dari inggris ke Australia hanya menurut apa yang dibayangkan dalam alam pikirannya. Disanalah sang roh dipaksa untuk mengikuti perjalanan pikiran yang dulu dilakukannya seperti kita sedang naik kereta yang sopirnya gila dibawa kemana-mana. Dialam inilah semua tindakan yang kita lakukan di Dunia diingatkan kembali kepada sang roh, baik itu melalui empat tingkatan, satu, dua atau bahkan melalui semua tingkatan menurut kita selama di Dunia mengunakan semua itu, baik semua sifat-sifat ketuju alam astral itu. Jika kita mampu mengendalikan semua itu sewaktu di Dunia seperti seorang yogi yang mampu memusatkan pikirannya maka ia akan dengan mudah melewati alam ini tidak berlama-lama disana dan menuju alam yang lebih halus lagi. jadi agar tidak berlama-lama dialam sesudah mati hendaknya kita membekali diri tentang ilmu sesudah mati. Mengetahui kalau kita hidup bukan hanya di Dunia fisik ini melainkan melewati berbagai tingkatan.
Dengan memiliki pengetahuan kerohanian dan dapat melaksanakannya kita kita akan mudah menyelesaikan tugas renkarnasi yang berlanjut kealam dewata dan seterusnya kealam Brahman atau alam maha abadi Tuhan Yang Maha Esa.

Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa kehidupan ini adalah sebuah perjalanan proses evolusi sang roh menuju kesempurnaan manunggal Brahman atau Tuhan itu sendiri. Mati dalam badan fisik ini hanya baru awal dari proses kematian masih ada kematian lainya di alam sana. Kelahiran bisa terjadi dari pengadilan sang jiwa atau raja Yama Dipati, dapat juga terlahir dari alam surga bahkan sang roh yang sudah berada di alam dewata bisa terlahir ke Dunia menjadi manusia jika di alam surga ia masih melakukan kesalahan. Jadi kelahiran itu tidak menetap dari suatu pengadilan timbangan karma kita, walau kita telah beranjak ke alam yang sangat suci tetapi bisa juga melakukan kesalahan.
Tetapi dianak panah yang menunjukkan arah Manusia yang menikmati karmanya dan membentuk karma baru menuju kolom moksa mengartikan bahwa, jika manusia itu selama hidupnya selalu memuja Tuhan tanpa mengharapkan hasil apapun, hidupnya tidak terikat benda-benda duniawi, kebahagiaan dan kesedihan, dan keadaan Dunia. Ia selalu memusatkan pikiraanya dan menyatukan jiwanya kepada yang tak terpikirkan yang itu sang Jiwatman Tuhan, hidupnya netral tanpa keinginan dimana jiwa dan pikirannya telah sampai pada tahap kesadaran Atman yaitu kosong adalah berisi, berisi adalah kosong itulah karakter alam dan Tuhan ini. Dengan begitu ia akan langsung mencapai moksa menyatu dengan pribadi Tuhan seperti Baba Ji dan para Rsi dizaman dahulu. Dan jika belum mampu seperti itu kita bisa mengapai moksha dengan mengikuti tahapan hukum kehidupan . Maka berkarmalah yang baik agar meningkatkan kwalitas sejatimu dan jika mampu beradalah ditengah-tengah seperti yang dilakukan para yogi atau krisna sang awatara yang terbebas dari kesedihan dan kebahagiaan serta keterikatan dunia maka ia akan langsung manunggal dengan Tuhan Brahman.


MENGAPA HARUS ADA PENGABENAAN


Mengapa ada pengabenan itu adalah suatu pertanyaan yang akan diujarkan oleh masyarakat moderen seperti sekarang yang mana semuanya serba praktis tidak mau ribet tetapi sebelum menjawab pertanyaan itu lebih dahulu mengerti arti dan tujuan Ngaben itu dilaksanakan maka dari itu dengan sendirinya akan terjawab pertanyaan tadi.
Ngaben secara umum didefenisikan sebagai upacara pembakaran mayat, kedatipun dari asal-usul etimologi, itu kurang tepat. Ngaben sesunguhnya berasal dari kata Beya artinya biaya atau bekal. Kata Beya ini dalam kalimat aktif (melakukan pekerjaan) menjadi menyanin. Boleh juga disebut Ngabeyanin. Kata ini kemudian diucapkan dalam kata pendek menjadi Ngaben.
-              Pitra Yadnya berasal arti kata Pitra dan Yadnya, pitra artinya leluhur dan Yadnya artinya korban suci jadi pitra yadnya adalah korban suci yang ditunjukkan kepada leluhur. Istilah ini dipakai untuk menyebutkan jenis ngaben yang diajarkan pada lontar Yama Parwana Tattwa
-              Pranawa adalah aksara Om Kara nama jenis ngaben yang mempergunakan huruf suci sebagai simbul sewa.
-              Swasta artinya lenyap atau hilang adalah nama jenis ngaben yang sewanya tidak ada
-              Sewa Prateka adalah jenis ngaben untuk sewa atau mayat yang baru meninggal belum sempat diberikan upacara penguburan
-              Sewa Wedhana adalah jenis ngaben yang dilakukan untuk mayat yang telah mendapatkan upacara penguburan atau Ngurung.
-            Asti Wedhana adalah upacara bagi tulang yang sewanya telah dibakar

A.    Dasar Hukum Pitra Yadnya
Pitra yadnya adalah korban suci kepada leluhur. Leluhur yang dimaksud adalah seperti Ibu, bapak, kakek buyut dan lain-lain yang merupakan garis lurus keatas. Yang menurunkan kita. Kita ada karena ibu dan bapak, ibu dan bapak ada karena kakek dan nenek begitu seterusnya. Jadi kita ada atas jasa mereka. Kita telah berutang kepada mereka, utang kepada leluhur disebut Pitra Rna, utang ini harus dibayar. Membayar utang kepada leluhur dengan melaksanakan Pitra Yadnya. Jadi Pitra Yadnya merupakan suatu pembayaran utang kepada leluhur. Hal ini yang menjadi dasar hukum dari pada Pitra Yadnya itu. Upacara penghormatan leluhur dengan tradisi Hindu disebut Sradha. Hal ini dijelaskan dalam Menawa Dharma Sastra I. Sloka 82 Berikut:
“Upacara Pitra Yadnya yang harus kamu lakukan hendaknya setiap harinya melakukan Sradha dengan mempersembahkan nasi atau dengan air dan susu, dengan umbi-umbian dan dengan demikian ia menyenangkan para leluhur”

Demikian juga Itihasa Ramayana Bab I Sloka 3, memberikan landasan Hukum akan adanya Pitra Yadnya itu. Yaitu sebagai berikut, “Sangat bijaklah Sang Dasaratha, tahu beliau pada weda, bhakti kepada dewa-dewa, tidak pernah lupa memuja leluhur, kasih beliau kepada keluarga semua”

B.     Jenis-jenis Pitra Yadnya
Pitra Yadnya secara garis besar dapat dibagi dua yaitu:
1.      Pemeliharaan ketika ia masih hidup
Pemeliharaan orang tua ketika masih hidup, berupa memelihara kesehatan menjamin ketenangan batinya dan selalu memuaskannya. Memuaskan batin orang tua dapat ditempuh dengan macam-macam cara, namun cara yang terpenting adalah selalu mengindahkan nasehatnya dan mohon restu untuk segala tindakan yang akan diambil. Inilah beberapa hal  yang dapat menentramkan hati orang tua itu. Inilah pelaksanaan Pitra Yadnya selama masih hidup.
2.      Penyelenggaraan upacara setelah kematiaan
Pelaksanaan upacara setelah kematian yang dimaksud adalah penyelenggaraan upacara untuk jenazah atau sewanya, juga menyelenggarakan penysucian rohnya untuk dapat kembali kepada asalnya. Adapun perincian uapacara kematian adalah:
-  Membersihkan sewanya atau Mresihin
-      Mendem atau ngurung sementara karena suatu hal belum bisa diaben.
-      Ngaben atau atiwa-tiwa
-      Mroras atau memukur
Upacara a s/d d disebut sewa wedana, yang artinya penyelenggaraan upacara terhadap sewanya yang pokok. Sedangkan upacara Mroras adalah upacara penysucian rohnya, atau atma wedana. Roh atau atma yang telah disucikan disebut Dewapitra yaitu pitra yang telah mencapai tingkatan dewa (siddhadewata).
Oleh karena itu upacara setelah Mroras, tidak lagi tergolong Pitra Yadnya tetapi sudah masuk Dewa Yadnya. Upacara ini adalah Ngalinggihang atau nuntun Dewa Hyang. Kemudian setelah Dewa Hyangnya melinggih, maka setiap enam bulan sekali diadakan upacara ngodalin. Demikianlah Pitra Yadnya merupakan hukum yang wajib dilaksanakan oleh umat Hindu, sebagai balas jasa dan pembayaran utang kepada leluhurnya.

C.    Landasan Filosofis Pitra Yadnya
Manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Menurut ajaran agama Hindu manusia itu terdiri dari tiga lapisan yaitu Raga Sarira, Suksma Sarira dan Antahkarana Sarira. Raga Sarira adalah badan kasar. Badan yang dilahirkan karena nafsu (Ragha) antara ibu dan bapak. Suksma Sarira adalah badan astral, atau badan halus yang terdiri dari alam pikiran, perasaan, keinginan dan nafsu (Citta, Manah, Indriya dan Ahamkara). Antahkarana Sarira adalah yang menyebabkan hidup atau Sanghyang Atma.
Ragha Sarira atau badan kasar manusia terdiri dari Unsur Panca Maha Butha, Yaitu: Prthiwi, Apah, Bayu dan angkasa. Prthiwi adalah unsur tanah, yakni bagian-bagian badan yang padat, seperti tulang, daging dan kulit. Apah adalah zat cair, yakni bagian-bagian badan yang cair seperti kelenjar, ion-ion tubuh, darah merah dan putih, air mata, cairan otak dan lain sebagainya. Teja adalah api yakni panas badan atau suhu dan tenaga dalam tubuh ini juga termasuk api. Bayu adalah angin, seperti nafas yang memompa jantung yang membuat manusia bisa hidup jika tidak ada udara maka manusia bisa mati. Dan Akasa adalah ether, yakni unsur badan yang terhalus yang menjadi rambut, kuku dan lain sebagainya.
Proses terjadinya Ragha sarira adalah sebagai berikut. Sari-sari Panca Maha Butha yang terdapat pada berbagai jenis makanan terdiri dari enam rasa, yang disebut sad rasa yautu: Madhura (Manis), Amla (Asam), Tikta (Pahut), Kothuka (Pedas), Ksaya (Sepet), Lawana (Asin). Sad rasa tersebut dimakan dan diminum oleh manusia laki maupun perempuan. Dalam tubuh diperoses disamping menjadi tenaga, ia menjadi kama. Kama Mag (Sperma Wanita) dan kama Putuh (Sperma Laki-laki). Dalam melakukan hubungan sperma ini bertemu dan bercampur melalui pengentalan jadilah dia janin, badan bayi. Sisanya menjadi air Nyom, darah, lamas (kakere) dan Ari-ari.
Percampuran kedua kama ini dapat menjadi janin, bila mana ātma masuk atau turun kedalamnya. Konon atma ini masuk kedalam unsur kama yang bercampur ini, ketika ibu dan bapak dalam keadaan lupa, dalam asiknya menikmati rasa. Disamping Panca Maha Butha yang kemudian berubah mejadi janin ikut juga Panca Tan Matra, yakni benih halus dari Panca Maha Butha itu. Panca Tan Matra ini dalam janin bayi juga memperoses dirinya menjadi Suksma Sarira Yakni, Citta, Manah, Indriya  dan Ahamkara.  Citta terdiri dari unsur yang disebut  Tri Guna,  Yaitu:  Satwam, Rajas, Tamas.  Ketiga unsur ini membentuk akhlak manusia. Manah adalah alam pikiran dan perasaan, Indriya alam keinginan dan nafsu dan Ahamkara adalah alam keakuan dan emosi. Alam transparan ini dapat merekan dan menampung hasil-hasil yang dikerjakan oleh badan atau pengendali Citta tadi. Bekas-bekas ini nantinya merupakan muatan bagi si ātma yang akan pergi kealam pitra.
Ketika manusia itu meninggal, Suksma Sarira dengan Ātma akan pergi meninggalkan badan. Ātma yang sudah begitu lama menyatu dengan Sarira, atas kungkungan Suksma Sarira, sulit sekali meninggalkan badan ini. Padahal badan sudah tidak dapat difungsikan, lantaran beberapa bagian sudah rusak, hal ini merupakan penderitaan bagi Ātma.
Untuk tidak terlalu ātma terhalang perginya, perlu badan kasarnya diupacarakan untuk mempercepat proses kembalinya unsur Panca Maha butha, demikian juga bagi sang Ātma perlu dibuatkan upacara untuk pergi kealam pitra dan memutuskan keterikatan dengan badan kasarnya proses inilah yang disebut Ngaben.
Kalau upacara ngaben tidak dilaksanakan dalam kurun waktu yang cukup lama, badan kasarnya akan menjadi bibit penyakit, yang disebut Bhuta Cuwil, dan ātmanya akan mendapat neraka, seperti yang dijelaskan pada Lontar Tattwa Loka Kretti, Lampiran 5a):
“Kalau orang mati ditanam pada tanah, selamanya tidak diupacarakan Ngaben, sesunguhnya akan menjadi penyakit bumi, kacau, sakit, merana di dunia, menjadi Gadgad  (Tumbuhnya)”
“Apapun sawa yang tidak diupacarakan (ngaben), ātmanya akan berada di Neraka, bertempat ditegal yang sangat panas, yang penuh dengan pohon madhuri reges, terbakarnya oleh sengatan matahari, menagis tersedu-sedu, menyebut anak cucunya yang masih hidup, katanya oh anakku, tidak sedikit belas kasihanmu kepada leluhurmu. Memberikan bubur dan air seteguk, saya dulu punya tidak ada yang saya bawa, kamu juga menikmati, pakai baik-baik, tidak ingat sama ayah dan ibu, air tirta pengentas, pemastuku, semoga kamu umur pendek, demikian kutukannya. Dasar-dasar pikiran tersebut menjadi landasan adanya upacara ngaben itu”

Bila diperbandingkan arti dari Ngaben dengan sloka ini ada kesamaan dan ada juga pertentangan, ngaben adalah biaya atau memberikan bekal perjalanan sang roh dan juga termasuk pembayaran utang, melepaskan unsur Panca Maha Buthanya. Yang mana sang roh itu tidak dapat lagi berhubungan apalagi mengkutuk keturunannya yang berada dalam Dunia karena sang roh telah menjalani perjalanan dari perintah karma terdahulu walaupun ia menderita karena belum diabenkan itu karena karmanya yang masih melekat yang mempersulit jalanya. Salah satunya jika selama di bumi ia malas atu tidak akur dengan akak cucu maka anak cucu akan merasa males untuk mengembalikan unsur tersebut atau mengabenkannya, itu adalah contoh karma yang nyata maka ia disana merasa terbebani. Sedangkan anak yang melakukan hal tersebut akan membentuk karma baru dalam hidupnya dan akan membuhkan nati.
Keturunanya hanya bisa melakukan tugas dan kewajibannya buka menuruti kemaun dari leluhur yang belum nyata itu leluhur kita karena dalam konsep agama Hindu manusia yang sudah mati tidak akan kembali ke Bumi melainkan meneruskan proses hukum alam dan menjalankan karma baik ia dihukum maupun lahir kembali. Keturunan hanya memberikan bekal dan membalas budhi kepada leluhur sebagwa wujud konsep Tri Hita Karana. Sementara jika ada leluhur yang datang kepada manusia meminta-minta agar diabenkan  dan mengancam jika tidak ia akan menederita selamanya dan keturunan itu akan sakit-sakitan, maka itu mungkin adalah jin atau setan yang merubah wujudnya menjadi leluhur kita atau mungkin itu adalah utusan Tuhan yang akan menjalankan karma keturunan yang dimintai mengabenkan itu atau memetik hasil perbuatan terdahulu dengan beryadnya atau lain sebagainya seperti sakit dan lain-lain. Yang pasti yang mati tetaplah mati tidak akan kembali ke Dunia  tetapi karma kitalah yang membuat bayangan dia kembali ada dan mungkin mengangu kita.

D.    Maksud dan tujuan Pitra Yadnya
Ngaben itu dimaksudkan adalah untuk memperoses kembalinya Panca Maha Butha pada badan yang menyatu  dengan Panca Maha Butha di dalam besar ini dan mengantarkan membekali Ātma dengan karma dan doa kealam pitra dengan memutuskan keterikatan dan karmanya dengan badan duniawi itu
Kemudian yang menjadi tujuan upacara ngaben adalah agar Ragha sarira cepat dapat kembali kepada asalnya, yaitu Panca Maha Butha dialam ini dan bagi Ātma dengan selamat dapat pergi ke alam Pitra. Oleh karenanya, ngaben sesungunya tidak bisa ditunda mestinya begitu meninggal segera harus di Aben
Agama Hindu di India sudah menerapkan cara ini sejak dulu kala, sang Yudhisthira mengabenkan para pahlawan yang gugur dimedan juang di tegal Kuruksetra, seketika dengan sarana Catur Wija. Para pembesar India seperti Nyoya Indira Gandhi, dalam waktu yang singkat sudah diaben. Tidak ada upakara yang menjelemit, hanya perlu pancake tempat pembakaran, kayu-kayu harum sebagai kayu apinya mantar-mantra atu kidung-kidung yang terus-menerus mengalun.
Sementara di Bali sudah memperaktekkan hal yang serupa hanya saja masih diperbolehkan menunggu atau mencari waktu yang tepat karena di Bali memakai sistem sasih atau hari baik untuk melakukan uapacara Yadnya. Dan mungkin masih menunggu sank keluarga agar berkumpul dahulu. Sedangkan sarana yang dipergunakan sangat berbeda di India hanya memperginakan Catur Waja sdangkan di Bali mengunakan bebantenan yang sebenarnya tujuan dan maksudnya sama semua itu kembali pada sejarah agama Hindu dahulu masuk ke Bali, tidak bisa mengunakan bahas tulisan karena masyarakat di Bali sebagian besar tidak mengenal tulisan. Untuk mempermudah pelaksanaan upacara agama maka para Rsi terdahulu membuat banten sebagai penganti dari mantra-manta yang digunakan di India atau yang ada dalam Weda, yang disesuaikan dengan tradisi yang ada di Bali.
Didalam keadaan yang tidak memungkinkan sawa bisa dipendem atau dikubur yang penting tidak lewat dari setahun karena itu akan menjadi Bhuta Cuwil, didalam penguburan pun ada upacara Tirta Pengentas sebagai surat izin kepada bumi. Upacara ngaben ini ada yang sederhana yang telah ditetapkan dalam lontar dapat dilaksanakan oleh siapapun dalam keadaan bagaimana juga. Yang penting tujuan utama ngaben dapat dilaksanakan. Tujuan upacara ngaben lebih diperinci lagi pada Pawisik Sang Wiku kepada sang Ātma berikut:
1.      Melepaskan Sang Ātma dari ikatan duniawai
Mantar Om sang Kekejering Rat,
Agniberaken Ātma, paratma, Marikita atmapitara,
Dewa Pitara kita, hulun angentasakeni ri kita”
(Upacara pelebon Hal. 41)
Artinya:
Om Sang Kekerjaring Rat (sang mengetarkan Dunia), terbangkanlah Ātma ini, pratama, berjalan kamu tmapitara, saya mengantarkan lepas padamu’

2.      Untuk mendapatkan keselamatan dan kesenangan
 Om amangulih ring sang magawe hayulawansire sang amilepas,Sama amangguhan suka rahayu, Luputa ring ila-ila, upadrawa, skala niskala, Umangguhang sukha rahayu, dhirgahayusayowana wet hurip,  Om Sriya wean namah Swaha”
(Upacara Pengabenan, Hal. 42)
Artinya:
Om Kembali kepada yang beryadnya dan bagi mereka yang dilepas (Sang Pitara), sama-sama mendapatkan keselamatan dan kesenangan, umur panjang awet muda dan hidup, Om Hormat kepada kecemerlangan.

3.      Untuk mendapatkan sorga bagi Sang Pitra
Mantra pakulan Sang Dewa Pitara,
Mangkesira linepasakan, muliha sira mareng swargasire, Away sira anutaken dalam ring Nairiti, Dhalana ring Airsanya tutakenira.
(Upacara pengabenan, hal. 43)
Artinya:
Mantra sang Dewa Pitara sekarang kamu dilepaskan, pulang kamu kesurga, jangan kamu mengikuti jalan yang barat daya, yang ditimur laut ikut.






ADAKAH SETAN ADA KONSEP AJARAN
AGAMA HINDU?

Sebelum kami menjelaskan dan agar mengetahui jawabannya terlebih sangat perlu mengetahui dahulu apa itu manusia, dengan itu akan terjawab adakah sebenarnya setan itu jika dikaitkan dalam konteks ajaran agama Hindu. Para Rsi, Muni dan pertapa di India bermeditasi selama bertahun-tahun sampai mencapai ketingkat transcendental, dan menulis dalam Weda dan purana tentang alam semesta dan manusia. Manusia adalah Ātman yang dibungkus oleh tiga lapisan badan yaitu:
1.      Sthoola Sarira atau badan fisik dan etherik
Badan ini adalah badan lapisan yang paling luar yang mana sebagai badan kasar yang suatu saat akan terluka, patah, mati, dibakar dan lain sebagainya yang mengalami pertumbuhan dari bentuk postur tubuh kemampuan bekerja dan lain sebagainya dimana terjadi dalam kurun waktu lama secara perlahan-lahan. Badan fisik dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a.       Anamaya Kosha atau lapisan makanan
Anamaya Kosha terbentuk dari zat padat, cair dan gas. Tuhan telah menciptakan badan fisik yang sempurna sebagai tempat tinggal sang jiwa. Pilar-pilarnya adalah sistem kerangka tulang, sistem otot sebagai dindingnya, suplai makanan dan energi melalui sistem pencernaan. Pergantian udara melalui saluran pernapasan dan suplay sari-sari makanan makanan melalui sirkulasi darah. Sisa-sisa makanan dibuang melalui salauran pembuangan atau anus dan saluran kemih atau kencing, sistem pengeluaran juga terjadi pada kuku dan hidung. Sistem pengeluaran cairan saat berolah raga atau berkerja mealui sistem saluran pori-pori yang sering disebut keringat yang terdapat pada seluruh bagian permukaan kulit, selain itu juga pengeluaran dari air mata dan air ludah, zat lilin dan pengelupasan sel epithelita melalui kuping dan kulit serta pada hidung. Karena itulah maka mandi dengan sabun secara teratur sangat perlu agar kulit badan tetap bersih menghindarkan dari penyakit yang mana penyebaran penyakit berawal dari kulit dan meresap kedalam.
Sistem yang paling besar didalam tubuh adalah sistem saraf atau sistem oprasi pusat .sistem ini mengirim sensasi eksternal seperti sentuh (panas dan dingin, sakit, memerintah seluruh anggota badan untuk bergerak dan berdian, merasakan lapar, bersuara, pandangan, penciuman, dan sistem rasa lainya yang ada didalam tubuh ini mulanya diperintah oleh sistem sarap pusat yang mana menerima pesan atau respon dari anggota badan itu sendiri dan sistem pusat inilah yang akan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. Didalam mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu sering kali sarap atau otak/pikiran ini meminta pertimbangan kepada jalur hati atau kecerdasan disebut juga perasaan, apakah benar atau salah, tetapi kadang kala dan lebih banyak pikiran dalam memutuskan sesuatu kurang koordinasi dengan hati atau kesadaran jiwa. Itulah yang menyebabkan sering kali tindakan kita tidak sesuai dengan Tata Susila dan peraturan yang ada karena pikiran atau saraf pusat ini bergerak sendiri hanya menerima rangsangan dari luar dan tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu.
Emosi pikiran dapat dikendalikan oleh hati atau perasan jiwa orang tersebut melalui latihan-latihan yoga atau pengenadalian indriya serta pemusatan pikiran setiap hari. Maka akan ada kepercayaan pikiran terhadap perasaan atau jiwa itu sendiri. Jika pikiran telah terkendalikan tidak ada kemarahan, pertengkaran, perkataan buruk dan lain sebagainya karena setiap keputusan pikiran untuk mengerakkan anggota badan selalu atas pertimbangan perasan atau jiwa Ātman itu sendiri.
Secara singat dipaparkan bagian atau sistem yang memberikan repon atau sesnsai kepada saraf pusat adalah sebagi berikut:
v  Kulit adalah amplop atau pembungkus daging dan tulang serta bagian organ dalam lainya seluruh badan ini dan juga memberi bentuk pada badan. Ia melindungi badan dari berbagai ganguan luar. Kulit paling pertama menerima rangsangan sentuhan secara langsung dri luar baik dari bersentuhan maupun dari suhu udara seperti luka, dicubit, dan panas serta dingin. Maka dengan mendapat rangsangan itu kulit mengirim pesan kepada otak, dan otak mengelola kembali dan mengirim pesan kepada seluruh badan bahwa pesan dari kulit itu juga diberitahukan kepada beberapa bagian sistem untuk menangapi, seperti gatal maka otak akan memerintahkan tangan untuk mengaruknya agar gatal itu segera hilang.
v  Telinga adalah sistem pendengaran yang menerima rangsangan berupa suara dan getara yang ada dialam ini, baik merdu, bising, keras dan lain sebaginya. Di Dunia ini ada berjuta-juta orang dan berjuta binatang serta getaran-getaran benda mati maupun benda alam lainya yang memberikan respon yang berbeda-beda kepada telinga kita untuk segera disampaikan kepada otak atau saraf pusat, maka berjuta-juta pula yang didengar oleh telinga. Identifikasi perbedaan suara juga dilakukan disana. Tuhan menciptakan telinga yang begitu sensitive sehingga dari begitu banyaknya suara, gendering bisa menangkap suara yang di inginkannya. Telinga juga bisa membedakan tekanan dan vibrasi setiap suara yang manis, lembut, keras, licik, merdu, menyedihkan, marah, tajam, meyakitkan dan penuh kasi. Yang mana telingga terlebih dahulu memberikan pesan kepada otak apakah suara itu pantas didengar atau tidak itu kehendak dari perintah otak, telingga hanya suatu alat yang mana pengendalinya ada pada otak itu sendiri.
v  Mata adalah alat pengelihatan yang berfungsi melihat dan menerima cahaya yang diberikan oleh benda-benda yang ada didepannya yang juga beraneka ragam. Tuhan telah menciptakan mata sebagai kamera yang sangat sempurna. Mata bisa melihat banyak warna, Dunia dan alam yang buruk maupun yang indah. Semua itu akan ditrasper kepada saraf pusat untuk dikelola kembali guna untuk penilaian terhadap apa yang telah dilihat, dan otak akan memerintahkan kembali selanjutnya. Mata juga sebagai suatu cermin yang menunjukkan gelombang pikiran yang berbentuk sikap marah, mata akan memerah dan mengeluarkan air mata, kasih, nafsu, nikmat, sakit dan keinginan yang mana juga perintah dari otak itu sendiri.
v  Hidung merupakan organ yang begitu hebatnya untuk mencium segala macam bau. Hidung mempunyai kelenjar yang mana untuk mengatur suhu udara yang sering berubah-ubah di alam ini. Ada juga lapisan Cicilia yang halus yang berfungsi untuk membersihkan udara yang dihirup, selain itu juga dalam hidung terdapat rambut-rambut pendek yang gunanya juga sama untuk menyaring udara yang kotor yang berbentuk padat sedangkan lapisan halus itu untuk menyaring udaran dari gas atau oksigen yang tercemar agar tidak masuk kedalam paru-paru yang akan menyebabkan penyakit. Hidung bisa merasakan 4000 jenis Bau melalui saraf Olfactory. Ketika makanan beraroma enak maka hidung akan mengirim pesan kepada otak agar dapat memerintahkan tangan untuk megambil, mulut untuk memakannya dan pada saat itu juga perut terangsang serta memberikan signyal juga dengan keluarnya air liur mengalir. Hal ini meningkatkan selera makan. Dan sebaliknya bau busuk akan menyebabkan mual dan muntah-muntah.
v  Mulut merupakan Gyanendriya yang kelima pada badan anda. Ia mempunyai dua fungsi yaitu untuk makan dan untuk berbicara. Baba pernah mengatakan orang harus berkelakuan seperti si lidah mungil yang lembut yang hidup diantara 32 gigi yang keras, tetapi selalu menemukan jalan hidupnya yang aman diantara mereka. Seperti halnya lidah, berbicara demikian manis dan penuh kasih yang tidak mengundang responts kasar dari siapapun dan sebaliknya berbicara kasar yang mendapat tanggapan kasar juga. Mulutlah ujung dari sebuh perjalanan anda jika mulut ini berbicara tidak benar maka kesulitan akan anda dapatkan seperti pepatah mengatakan, “Karena ucapan orang bisa menemukan bahagia, karma ucapan orang mendapatkan penderitaan, karma ucapan mempunyai teman yang baik hati dan karma ucapan pula mempunyai musuh” maka jagalah kata-kata anda yang keluar dari mulut anda. Tentang makanan, Baba mengatakan bahwa makanan haruslah Satwik, yaitu harus mengandung sayur hijau, susu, buah-buahan, roti, kacang-kacangan dan sebagainya. Bahkan uang yang didapat secara tidak benar akan juga merusak badan. Vibrasi dari makanan itu sangat halus mempengaruhi sistem saraf dan pemikiran anda. Maka dari itu makan makanan yang tidak menimbulkan vibrasi tidak baik dan carilah makan itu dari cara yang benar agar tubuh dan karma buruk yang akan anda dapatkan.
Sistem saraf dalam badan berkerja seperti kabel-kabel telpon dan listerik, yang menghubungkan satu sama lainya, bersamaan dengan salurah darah yang beredar seluruh badan yang memberikan tenaga serta berpusat di saraf otak. Prana mengalir melalui sistem saraf menuju ke sistem sel tubuh. Manusia masih bisa hidup selama prana sakti masih mengalir didalam tubuhnya, kalau terhenti maka manusia itu sudah dikatakan mati, karena organ-organ, sel dan sebagainya telah rusak atau tidak berfungsi lagi.

b.      Pranamaya Kosha atau lapisan energi
Pranamaya kosa ini diartikan sebagai lapisan badan energi karena tersusun dari alam semsta yang sering disebut Panca Maya Kosa yaitu Bayu, Teja, Akasa, Apah dan Pertiwi yang mana suatu saat nati badan tidak berfungsi lagi atau kata kasarnya sudah mati maka unsure ini akan kembali pada asalahnya. Akan tetapi kembalinya itu akan lama bersamaan dengan terurainya badan ini bila dikubur tetapi untuk mempercepat kembalinya maka dalam konsep Hindu dikenal dengan Kremasi atau pengabenan guna mempercepat kembalinya unsur tersebut seperti yang telah diuraikan diatas serta guna untuk mendoakan memberikan dukungan kasih sayang agar rohnya segera meninggkat ke alam yang lebih suci. Bila lapisan ini tidak segera dikembalikan maka arwahnya akan kesulitan mencapai alam berikutnya dan badan etheriks yang dipakianya akan selalu muncul disamping dimana masyatnya berada dengann itu sering disebut hatu kuburan atau setan, tetapi setan disini tidak bisa melukai manusia hanya menampakkan diri pada orang yang peka terhadapnya. Maka dengan alasan dan tolak ukur ini dapat diartikan bahwa setan dalam agama Hindu memang ada tetapi hanya ada bila badan kasarnya masih belum bersatu dengan alam semesta.


2.      Sukshma Sarira atau badan astral dan mental
a.       Suksama sarira atau badan astral
Adalah badan yang lebih halus lagi dimana  roh disana hidup dan menikmati atau mengunlagi segala kejadian di Dunia yang semasa hidupnya mengunakan alam ini untuk memenuhi kebutuhan seperti keinginan, nafsu, perbuatan dan lain sebaginya maka setelah matinya badan kasar ini ia akan masuk alam astral ini sebagai pengingatan kembali sang roh atas pertanggungjawaban atau mengingatkan bahwa roh pernah mengunakan alat ini. Kehidupan dibadan ini lamanya sesuai kita mengunakan badan ini selama hidup di bumi alam fisik ini, ada yang lama atau juga ada yang sebentar bahkan hanya melewati begitu saja karena selama hidupnya tidak pernah mengunakannya. Di alam ini roh akan mengalami kematian yang ketika setelah mati dialam fisik, mati dialam Etheriks dan dia jika sudah semua tuntas di alam satral ini ia akan tidur nyeyak atau mati menuju alam yang lebih halus yaitu alam pengadilan dimana disana ia diputuskan apakah ia akan dilahirkan atau melanjutkan ke alam mental atau surga.
b.      Alam Mental atau alam surga
Alam ini adalah alam kebahagiaan yang sudah tidak mengingat semua kejadian di alam-alam sesudahnya, dialam ini manusia hanya mendapatkan kesenagan dan kebahagiaan yang sudah tidak diikuti oleh karmanya terdahulu baik dari pikiran maupun keinginan. Tetapi bila dialam ini masih melakukan kesalahan atau bagaimana dapat juga dilahirkan ke Dunia atau renkarnasi jika terus berhubunan dengan manusia di bumi.



3.      Karana Sarira atau badan penyebab disebut Atman.
Alam ini adalah alam dimana alam ini alah penyebab terjadinya kehidupan ini. Badan ini adalah pribadi Tuhan Percikkan kecil dari Tuhan yang bebas dari segala keterikatan dan keinginan yang sama seperti Sifat-sifat Tuhan. Badan ini akan terpengaruh apabila lahir menjadi manusia ia akan diikat oleh lima lapisan tubuh kasar yang disebut Panca Maya Kosa dan berbagai lapisanan kehidpuan yaitu Badan Kasar atau badan pertama yang akan mengalami kematian pertama. Setelah itu menuju alam etheriks yang masih dipengaruhi oleh badan kasarnya, selanjutnya badan astral yang dipengaruhi oleh tujuh lapisan keinginan dan nafsu dan karana itu selalu menyertai setiap kehidupannya. Setelah itu menemukan mati yang ketiga menuju alam mental atau surga atau mungkin ia akan dilahirkan lagi ke Dunia karena karmanya belum selesai atau tugas renkarnasinya belum selesai juga. Maka ia tidak bisa melanjutkan kehidupannya di alam-alam berikutnya.
Dalam pemaparan berbagai lapisan tubuh dan lain sebagainya maka dapat artikan bahwa setan dalam agama Hindu memang ada tetapi memiliki berbagai ragam jenis dan fungsinya. Hantu yang sering muncul di kuburan adalah hantu sebagai pengingat saja bahwa badan kasarnya itu belum terurai dan mengingatkan kepada yang masih hidup agar segera mengembalikanya agar rohnya tidak susah mencapai alam berikutnya. Setan ini tidak akan muncul jauh dari badan kasarnya dan tidak akan bisa membunuh manusia yang masih hidup secara langsung kecuali dipergunakan wujudnya oleh orang yang masih hidup yang bisa memperguankan pikirannya untuk melampui pikiran ornag biasa tetapi itu jarang terjadi. Setan yang dapat mencelakakan manusia adalah setan pikiran orang yang sudah mati yang tidak wajar atau mati karena kejahatannya yang luar biasa seperti. Orang mati ditembak karena merampok atau mati bunuh dir karena keputus asaanya akibat cinta ditolak atau masalah lainnya lalu ia mengakhiri hidupnya.
Orang yang demikian walaupun badan fisiknya sudah mati tetapi rohnya akan terikat oleh pikiran yang masih penasaran itu untuk melanjutkan keinginannnya atau dendamnya sewaktu di Dunia fisik Maka pikiran itu akan tetap berada dimana ia mati bersama mengikat rohnya juga, pikiran itu akan mempengaruhi pikiran manusia yang searah dengannya yang memiliki volume yang sentral, maka pikiran orang mati itu akan mempengaruhinya dan mengajaknya untuk melakukan keinginan pikiran yang sudah mati itu sehinggaa orang yang masih itu jika belum kuat jiwanya maka celakalah dia tetapi bila jiwanya kuat maka selamatlah dia dari setan yang tidak berwujud itu.
Sebenarnya setan yang tampak oleh mata manusia itu tidaklah sangat membahayakan manusia yang masih hidup hanya kadang kala ada orang yang tidak kuat melihatnya karena kelemahan jiwanya bisa saja jatuh sakit dan ketakutan yang luar biasa bisa saja meninggal tetapi bukan berarti hantu itu bisa membunuh kita secara langsung. Dan yang benar adalah setan yang tidak berwujud itulah yang sangat membahayakan manusia seperti setan pikiran orang yang mati salah itulah patut dihiandari tentu caranya menguatkan jiwa dan pikiran dengan ajaran agama dan ketabahan jiwa agar tidak cepat putus asa dan menerima hidup apa adanya. Setan ini ini bisa tidak ada jika kita mampu mengarahkan diri dan orang lain agar tidak berlaku jahat selama hidupnya dan sebelum kematiaanya diusahakan jangan masih terikat pada duniawi baik dendam, benci, sakit hati dan lain sebagainya yang hanya menghambat sang roh berjalan. Lebih baik iklaskan diri dan tuntun orang yang mau mati itu tuk pasrah tanpa keinginan dan pikiran sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya. Maka dengan itu tidak ada lagi pikiran-pikiran atau signyal-signyal hitam berkeliaran di alam fisik ini yang menutup pikiran sejati kita. Maka dari sekaranglah merubah sikap dengan mengiklaskan segala apa yang terjadi jangan menajdi beban yang sangat menakutkan dan pasrahkan segala yang akan terjadi dari apa yang kita lakukan baik itu dari kesalahan kita maupun orang lain dan percaya pada keadaan bahwa “Apapun yang terjdai dimasa lalu, kemarin, hari ini, besok dan seterusnya adalah yang terbaik dan yang benar untuk kita. Itulah realitas yang tidak bisa dihindari yang disebut hukum alam atau hukum Karma manusia.



 

HUBUNGAN KEMATIAN DAN KELAHIRAN


Badan manusia ini terbungkus  oleh lima lapisan tubuh yang disebut Panca Maya Kosa itulah yang ditandalkan dan dikembalikan keasalnya sedangkan pikiran dan roh ini tidak akan pernah mati, dan mengapa pikiran juga tidak mati? Karena dipikiranlah segala dosa dan papa berdiam, pikiran akan menikuti sang Roh kemana dia pergi, pikiran akan selalu  mengikat sang roh sehingga terbentuklah karma memaksa sang roh harus mengikuti perintah dari karma itu.  Dari karma itulah terwujudnya kehidupan yang seperti sekarang ini. Seperti dalam Sarasamuscaya Sloka 1.3 (10)  Karma itu pengikut yang setia sebagai berikut:
Artha grhe nirwartante smasane mitrawandhawah,
Sukrtam duskrtam caiwa chayawadanugacchati
Artinya:
Kekayaan itu hanya  tertinggal dirumah setelah kita meninggal Dunia, kawan-kawan dan sanak keluarga hanya mengikuti samapi di kuburan. Hanya karmalah, yaitu perbuatan baik atau butuk yang mengikuti jiwa kita sebagai bayangannya. Emas, perak dan barang perhiasan, yaitu semua harta beda kekayaan tidak ada yang mengikuti kita meninggalkan Dunia. Tempat batasannya hanyalah rumah, kekayaan yang dimiliki, kemudia dibagi oleh anak-anak, cucu dan anak-anak dari cucu kita. Jika anak-anak dan cucu-cucu dan sanak keluarga yang lain itu jahat maka percekcokan tidak bisa dihindari. Malah mungkin mereka saling bunuh. Sanak saudara atau keluarga lainnya, batas mereka mengantarkan kita hanya sampai dikuburan. Yang mengikuti sang mati selanjutnya hanyalah karma. Walau arwah telah meninggalkan badan, namun karma itu tetap mengikuti. Jika perbuatan selama hiodup ini baik ia akan mencapai sorga. Kemana sang jiwa pergi (Prana) kesana jugalah karma itu.
Dalam sloka ini sudah sangat jelas sekali bahwa kalau kita meninggal hanya karma yang setia bukan teman-tema, keluarga atau bahkan harta kekayaan kita tetapi perbuatan kitalah yang tersimpan dalam pikiran yang mengikuti kita kemana kita pergi maka dari itu selama kita hidup berkarmalah yang baik dan benar agar kelak nanti agar yang mengikuti dan membayangi kita buka karma yang buruk sebentuk raksasa, jangan berpendapat bahwa hidup ini hanya sekali tetapi berkali-kali jika dikehidupan sekarang kita lengah dan membentuk karma yang muruk maka dikehidupan selanjutnya celakalah kita mungkin dilahirkan menjadi orang yang sangat menderita dan cacat bahkan dilahirkan menajdi binatang atau tumbuhan. Membentuk karma yang baik harus selalu berlandaskan pada konsep Dharma, menjalani hidup di Dunia ini harus belandaskan pada Catur Purusa Harta adalah empat tujuan hidup manusia yang berdasar pada Dharma artinya segala perbuatan dan tingkah laku untuk mencari Artha harus berdasarkan Dharma atau kebenaran, dan harta yang didapat dari kebenaran harus untuk kewajiban kita sebaai manusia baik ber Yadnya, bersedekah, menyekolahkan anak dan sebagainya itu disebut Kama, sedangkan setelah kama dijalankan dan semua berdasarkan Dharma Maka tujuan yang terakhir untuk mencapai moksa akan tercapai.
Dari penjelasan diatas sudah jelas jika demikian bisa dilakukan maka  karma baiklah yang kan mengikuti kita kemana kita pergi. Dan karma itu terletak pada pikiran maka kendalikanlah pikiranmu seperti dalam Bhagawad Gita Krisna mengatakan kepada Arjuna, wahai arjuna jika  pikiranmu selalu tertuju padaku dan selalu menyembahku maka aku akan menolongmu dan akan sampai ditempatku. jadi dikatakan dalam sloka itu adalah kita hendak menjaga pikiran ini agar kebahagiaan itu selalu menyertai perjalanan hidup ini.
Hubungan kematian dan kelahiran sangat erat karena kematian dan kelahiran merupakan suatu  siklus yang tidak asing lagi bagi ketiga badan kita yaitu badan fisik, emosi dan mental. Kelahiran dan kematian merupakan tahapan dari suatu siklus. Jadi kelahiran kembali merupakan bagain dari kematian. Seseorang mati adalah untuk dilahirkan kembali..(Gede Karmajaya : 2001).
Perjalanan sang roh dalam melalui proses perjalanan hidup dan mati, renkarnasi ke Dunia dengan membawa karma itulah siklus kehidupan. Hubungan antara kelahiran dan kematian tidak bisa dipisahkan, jika tidak ada kematian akan tidak ada kelahiran jika tidak ada kelahiran akan tidak ada kematian begitulah seterusnya maka roda perputaran jagat raya ini tidak akan berjalan dengan sempurna, itulah hukum alam semesta yang dibuat oleh Tuhan itu sendiri dan selalu dikontrol dan melingkupi kedalam hukum tersebut dengan langsung mengambil alih perputaran hukum kematian dan kelahiran seperti Awatara dan titisan lainya.
Perjalanan kehidupan sang roh atu Ātma adalah seperti bola yang bulat mana kala permukaannya kadang dibawah kadang diatas. Sama halnya kehidupan jika perbuatan kita buruk maka kehidupan dalam Dunia akan menderita dan jika karma kita baik maka kelahiran akan menjadi lebih baik itulah seterusnya, itulah yang menjadi tugas kita untuk dapat membebaskan diri dari hukum kelahiran dan kematian dengan berbuat atas dharma dengan tidak mengharapkan hasil dan tidak mengharapkan rugi. Menjaga pikiran agar tidak terbawa objek-objek indriya. Manusia yang bisa bebas dari hukum ini adalah manusia yang bisa menyeimbangkan dirinya artinya tidak bersedih saat menemukan atau menghadapi kesedihan atau kekalahan, kerugian, penderitaan dan sebagainya, tidak berbahagian atau bergirang saat menghadapi kebahagiaan, kemenangan, kemasyuran dan sebagainya. Tetapi berada ditengah-tengah keadaan tersebut, tidak pernah merasa senag dan susah dalam kehidupan ini, bersifat netral seperti sifat dari Ātman atau Tuhan itu sendiri yaitu kosong adalah berisi, berisi adalah kosong artinya Tuhan atau sejati kita ada dalam kekosongan jiwa, pikiran dan keheningan batin, sifat yang tak ternodai oleh kesedihan dan kebahagiaan dialah yang akan mencapai dan menyatu dengan Tuhan selamanya dan tidak akan mengalami kelahiran dan kematian lagi.
Selayaknya orang untuk memandang kematian dan kelahiran kembali sebagai siklus penyegaran dan pembaharuan yang lebih besar dari pada tidur. Pandangan ini akan merupakan pandangan normal jika pengetahuan instingtif manusia tentang jiwa dalam hal ini, diperkenankan untuk mempengaruhi sikap-sikapnya, dan bukan rasa takut dan kepercayaan yang dimasukkan kedalam hatinya sebagai keadaan hidup. Suatu contoh yang baik, tentang konflik antara pikiran umum dan intuisi yang lebih dalam mengenai soal tersebut adalah kenyataan bahwa kita tidak dapat membayangkan diri kita tidak ada untuk selama-lamanya, sekalipun mungkin kita mengira demikian sebenarnya. Di alam bawah sadar setiap orang menyadari adanya unsur tak termusnahkan dalam dirinya.

1. Mengapa Kelahiran Itu Berbeda-beda
Kelahiran adalah proses bangun dari tidur panjang dengan kesegaran baru dan badan yang baru, kelahiran tidak dapat dipisahkan dari pertanyaan-pertanyaan demikian. Mengapa aku dilahirkan, apa sebab aku dilahirkan seperti ini, mengapa harus dilahirkan dengan fisik seperti ini dan sebaginya. Kelahiran ke dunia ini adalah merupakan siklus sebab akibat, akibat dilahirkan karena suatu sebab yang kita tidak tahu dan semua sebab pasti menimbulkan akibat, kelahiran inilah merupakan jawaban dari akibat itu yang dapat kita terima dengan akal sehat yang disebut Hukum karma. Hukum karma menyisihkan sebuah sebab dan akan menjadi akibat yang selalu tersimpan di dalam Ruang karana itulah yang menyebabkan kelahiran kita ke dunia yang berbeda-beda setiap orang.
Renkarnasi merupakan salah satu jawaban yang sangat jelas tentang seseorang yang selalu berbuat jahat, tetapi hidupnya sekarang selalu beruntung dan senang. Demikian juga banyak orang yang selalu berbuat baik, tetapi dalam hidup ini ia selalu menderita dan tidak beruntung.  Dalam keterangannya mereka yang selalu berbuat jahat tetapi hidupnya selalu beruntung, ia menerima karma baiknya pada masa kehidupannya sebelumnya. Demikian juga sebaliknya, ia yang selalu berbuat kebaikan tetapi selalu menderita karena adalah ia menerima karma buruknya yang terdahulu. Maka dari itu jangan bersedih jika hidupmu selalu merasakan sedih baik dari pekerjaan, karir, percintaan, persahabatan, kesialan, dan lain sebagainya tetapi berbahagialah dalam hatimu karrena karma burukmu yang terdahulu kini telah dipetik untuk penghapusan selamanya agar tidak lagi melekat lagi dalam rohmu. Dengan merasakah karma buruk yang terdahulu beban sang Ātma dari karma akan berkurang dan jangan dari pengurangan itu justru kita tertarik dan putus asa dan melakukan hal-hal yang dibenci oleh tuhan seperti yang telah saya uraikan dipembahasan kematian diatas. Nikmatilah karma itu dengan sambil membentuk karma yang baik bukan menambah karma yang buruk itu sama halnya akan memperpanjang penderitaan cukuplah sekarang merasakan penderitaan dengan rasa syukur dari dalam hati dengan mengakhirinya dengan perbuatan baik dan tanpa keterikatan dengan alam duniawi ini tentunya jangan sekaligus tetapi bertahap sedikit demi sedikit seperti anjuran aturan dalam agama Hindu menjalankan ajaran  Tuhan seperti melaksanakan Catur Asrama, Melaksanakan ajaran Tri Hita Karana karena itu merupakan karana yang akan tersimpan menolong dikemudian hari, Panca Srada, Tat Wam Asi, Panca dan Nyama Bratha, Melaksanakan Yadnya, Tri Kaya Prisuda, Catur Purusa Harta, dan sembah sujud kepada Tuhan meninggalkan semua masalah ditelapak tangan dan cakupkan ditengah-tengah kening dan ucapkan rasa Syukur yang mendalam. Dengan itu mungkin akan segera berakhir penderitaan kita dikemudian hari.
Banyak orang berkata melakukan perbuatan buruk saja susah apalagi perbuatan baik sunguh lebih sulit, itulah perkataan orang yang tidak mempunyai niat kuat untuk merubah dirinya dari kegelapan dunia. Kapan kita bisa tanpa adanya percobaan secara terus menerus, hari ini mungkin gagal apakah besok-besok akan terus gagal tidak mungkin bila kita terus mencobanya secara sunguh-sunguh dan kepercayaan akan kekuatan diri pasti suatu saat akan bisa menemukaanya.
Berpikirlah bahwa kelahiran ini sebagai cermin kita bahwa keadaan sejati kita baru sampai disini kita tinggal memilih tiga pilihan saja yaitu, apakah kita akan maju dengan berbuat yang lebih mulia, atau kita tetap seperti ini berharap tidak melakukan apa, atau mungkin kita mundur dan tidak menghiraukan perintah Tuhan dan larangannya berbuat jauh dari Tata Susila dan asas kebenaran Tuhan, hidup hanya melayani keinginan alam yang tidak kekal. Itulah pilihan yang hendak diputuskan dari sekarang dan dipertimbangkan sebelum terlewatkan jauh diatas bukit kehidupan. Bagi Tuhan tidak ada istilah terlamabat memperbaiki diri asal ada kemauan dan usaha maka semuannhya akan berhasil.
Tidak dapat dipungkiri dikehidpan zaman moderen ini semuanya serba susah, semua serba kompleks, perubahan begitu cepat, pengaruh buruk lebih banyak dari pada pengaruh baik. Pengaruh buruk ada dimana-mana baik dari media elektornik maupun media cetak, dari prilaku masyarakat, budaya yang telah bercampur baur, politik praktis dan lain sebaginya akan sangat sulit menemukan kebenaran dizaman ini tetapi bukan berarti kita terhanyul kedalamnya bukan. Bahwa dizaman inilah Adharma mengalahkan dharma, kejahatan melapaui kebaikan, sangat susah menemukan orang yang benar-benar jujur dan setia mungkin ada tetapi perbandingannya sangat kecil, tetapi perlu diketahui bahwa hanya dizaman inilah orang seharusnya berbahagia seperi perkataan Sri Bhagawan Satya Sai Baba mengatakan hanya dengan mengucapkan nama smaranam atau mengulang-ulang nama suci Tuhan didalam setiap bidang kehidupanmu engkau akan terbebas dari penderitaan lahir dan kematian. Artinya bila kita tanamkan jati diri dari menyebut selalu nama Tuhan kita akan terbiasa untuk berbuat baik. Maka inilah keistimewaan dari Zaman ini.
Perbedaan yang ada di dunia ini hanyalah karma yang menadakannya, keadaan itu tidaklah abadi, jika demikian apakah kita pantas heran melihat orang yang selalu berbahagia meski selalu berbuat jahat atau tidak pernah bekerja, itu pendapat yang kurang benar, jika kamu ingin merubah kehidupanmu rubahlah prilakumu dan pemikiranmu menjadi lebih baik dan jika sudah demikian tingkatkanlah maka dikehidupan yang akan datang mungkin engkau akan lebih baik darinya. Walau kita semua tahu hidup ini adalah gudangnya masalah tetapi walau demikian janganlah kita lari dari masalah jalanilah masalah ini dengan senang hati semakin banyak kita mengalami masalah semakin dewasalah jiwa kita, jangan dibiarkan hidup tanpa masalah karena itu tidak bermakan. Seperti dalam pusisi berikut yang mengatakan keterkaitan antara kesalahan dan kesalahan dengan keresahan membentuk dan menjalani karma yaitu:
Kesalahan dan masalah adalah sama,
sebab kesalahan adalah masalah, masalah adalah kesalahan,
Bagaikan hidup seperti kesalaan,
Adalah hidup penuh dengan masalah.
Jika hidup sebuah keresahan,
Disaat kesalahan menjadi masalah.
Saat masalah menjadi keresahan,
Hanya kesalahan yang dapat dilakukan,
Dan disaat kesalahaan menjadi keresahan,
Itulah yang namanya masalah.
Keresahan masalah adalah masalah,
Jangan lakukan kesalahan,
Yang hanya menambah masalah.
Dan jangan membuat masalah,
Jika tak ingin keresahan ada dihatimu,
Karena keresahan awal dari kesengsaraan

Dari Puisi penulis ini menjelaskan bahwa hidup di dunia ini memang suatu rangkaian antara kesalahan menjadi masalah, masalah menjadi keresahan dan keresahan itu meningkat menjadi kesengsaraan. Yang artinya jika jiwa ini telah resah maka kesengsaraan yang akan kita rasakan dan jika kesengsaraan kita rasakan maka itulah yang dinamakan neraka dalam arti neraka yang ada di dunia . Apabila kesalahan yang yang dilakukan tidak atas kesengajaan tetapi akibat kesialan atau bukan kehendak hati itulah yang dinamakan memetik karma buruk terdahulu maka biarkan kesengsaraan dan keresahan itu ada dan bergelimpangan dalam diri jangan itu membuat kita gelap pikiran tetapi sadarilah bahwa itu hasil panen yang dulu kita tanam. Dan apabil kesalahan itu kita lakukan secara sengaja akibat dari penderitaan dan kesialan itu tidak kita sadari maka itu lain artinya, itu adalah suatu tindakan melawan karma yang akibatnya menanam bibit karma buruk dalam ruang karana kita yang pasti kita petik lagi. Jadi jika demikian tentu kesengsaraan kita tidak akan pernah selesai jika kita tidak menyudahinya dari sekarang.
Sadarilah hidup ini sebuh perjalanan yang cukup panjang jangan berkepanjangan perjalanan itu dipenuhi dengan kesalahan yang dilakukan dengan sengaja apalagi tidak bertangung jawab, merasa tidak bersalah saja sehingga timbul pembicaraan. “Tuhan tidak adil kepada saya, mengapa terus-menerus dikasi penderitaan, mana kebahagiaan itu Tuhan tidak adil…..”. Itu adalah perkataan atau pemikiran orang yang tidak bertangunggjawab atas segala apa yang dia tanam dahulu, sadarilah dan renungkan dari sekarang mengapa saya menderita dan saya harus bagaimana itulah hendaknya sebagai awal pemikiran kita. Seperti dalam puisi penulis tuliskan tentang kehidupan ini yaitu:
hidup adalah sebuah pertanyaan yang sangat besar dalam hati setiap orang yaitu siapakah aku, darimana aku berasal, apakah aku, bagaimana aku ada, mengapa harus begini, mau kemana kau, apa yang harus aku perbuat, manakah yang benar dan yang salah, mengapa harus bersedih dan berbahagia, mengapa ada cinta dan semua ini, siapa sebenarnya yang mengatur, tidakkah aku bisa tahu tentang semua ini, wahai aku berikan jawabannya jangan sampai aku terjatuh.
Hidup ini adalah sebuah pangung sandiwara,
Hidup ini adalah sebuah lagu maka nyayikanlah,
Hidup ini adalah sebuh PR besar maka kerjakanlah sebelum berlalu jauh.

Inilah kenyataan yang dihadapi oleh setiap orang yang jawabannya adalah ada pada diri kita sendiri, semua yang ada Karena ada yang mengadakannya yaitu kita sendiri. Maka untuk menyudahinya sadarilah diri terdahulu lalu bertindaklah sesuai ajaran Tuhan. Keseimbangan dalam diri itulah ajaran Bhagawad Gita yang sebagai jawaban dari pertanyaan penulis dalam bentuk puisi tersebut yang mana setiap orang pasti mempunyainya. Dan jangan pula kita pasrah dan menyerahkan semua pada nasib yang kita terima dengan tidak melakukan usaha dan perubahan disetiap harinya sama halnya bohong. Perlu juga diketahu jika membicarakan tentang karma hendaknya kita perlu tahu dari mana karma itu dibentuk dan bagaimana karma itu dihasilkan.
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa semua keadaan kita akibat dari karma kita juga. Karma terbentuk dari lapisan-lapisan pembungkus roh itu sendiri, jiwa atau atma sudah mengerti akan itu sebuah keharusan dan sebuh larangan tetapi karena terbungkus oleh berbagai lapisan seperti yang saya uraikan diatas jiwa menjadi kupa dan tidak dapat berbuat banyak untuk bertindak. Roh dipaksa oleh keinginan, nafsu, harapan dan lain sebaginya sifat bawaan dari badan-badan kita itulah yang yang nantinya dari keinginan timbul tindakan dari tindakan timbullah hasil, dari hasil, atau disebut dari karma menghasilkan hasil. Seperti kata Krisna dalam Bhagawad Gita menyatakan “Tidak ada perbuatan badan atau pemikiran yang tidak bernilai, semua bernilai dan semua akan diperhitungkan oleh hukum”. Itulah perkataan bijak yang menyatakan awalnya karma adalah dari keinginan dan nafsu dan sifat lainya dalam tubuh.
Ada tiga macam Karma yang berhubungan dengan masa lalu, sekarang atau masa yang akan datang yang semuannya bernilai dan harus dinikmati yaitu:
1.      Sancita karma Phala adalah Phala atau hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih yang menentukan kita yang sekarang. Ini dalam arti situasi kehidupan kita buka pekikiran kita atau bukan semua ditentukan oleh karma terdahulu tetapi keadaan dimana kita berada diatur oleh karma itu. Karma Phala inilah yang menjadi salah satu pembicaraan dalam penulisan ini dari  awal paragraf yang mana penjelasannya sudah bisa kita pahami diatas.
2.      Pradabha Karma Phala adalah Phala atau hasil dari perbuatan kita yang langsung dinikmati pada saat kehidupan ini tanpa ada sisa. Sebagai contoh misalnya kita memukul orang dengan secara sengaja tentu kita akan dipukulnya sebagai balas dendamnya itu salah satu contoh yang mudah dipahami. Karma ini sangat cepat berekasi langsung diterima bila kita belajar pasti pintar, bila kita makan pasti kenyang, bila kita ditusuk pasti rasanya sakit, bila Ambrosi mengebom Bali maka ia ia akan dihukum itulah karma yang langsung didapat dan dapat dilihat secara jelas, tetapi bila karma itu tidak tuntas akan menyisakan untuk bekal nanti juga.
3.      Kriyamana Karma Phala adalah Phala atau hasil perbuatan yang tidak sempat kita nikmati pada saat kehidupan sekarang maka akan menyisakan untuk di kehidupan berikutnya. Contohnya bila kita menyakiti orang yang lemah dengan memotong bagian-bagian tubuhnya atau mengejeknya tetapi sebelum kita menikmati hasilnya kita sudah meninggal dunia maka dikehidupan selanjutnya mungkin kita dilahirkan dengan kecacatan bagian tubuh fisik sesuai apa yang dilakukan dahulu terhadap orang itu, atau keadaan lainnya. Maka jangan bersedih bagi orang yang lahir cacat bahwa kamu kini sedang membayar hutang yang tidak kamu pahami, maka pahamilah agar tidak salah paham dan terlarut dalam kesdihan yang berkepanjangan. Lebih baik belajar tentang diri dulu dengan didukung ilmu pengetahuan agama Keyakinan anda dan belajar serta berusaha berbuat benar meski fisik dan nasib kita tidak mendukung tetapi jangan mematahkan semangat untuk berjuang tuk diri sendiri dan semua mahluk. Untuk menguatkan sang jiwa yang terbelenggu maka kita hendaknya bergerak memberikannya dukungan sprirual seperti yang saya uraikan diatas yaitu dengan ajaran pengetahuan Tuhan dan Yoga. Maka dengan itu jiwa akan bisa mengontrol badan ini untuk tidak melakukan hal-hal yang menyimpang dari aturan.

2. Tujuan Kita Dilahirkan Di Dunia
Dari penjelasan yang cukup panjang diatas maka tujuan kita dilahirkan ke dunia tidak lain adalah Pertama untuk penyegaran sang jiwa dari badan yang usang menuju yang baru dari kematian atau tidur panjang di alam-alam yang lebih halus. Selain dari itu lahir adalah proses dari penyelesaian karma dahulu atau kesalahan dikehidupan dahulu. Membentuk karma baik yang jauh dari keterikatan suka duka untuk mencapai moksha seperti tujuan agama Hindu yaitu kebahagiaan lahir dan batin. Untuk meningkatkan kwalitas sang roh.
Menurut perkiraan penulis tentang kelahiran ini adalah bahwa sebelum manusia pertama dilahirkan ke dunia perjalanan ini memiliki sejarah yang sangat penjang dari kesaktian Tuhan Abadi. Tuhan yang ada disana berada tanpa permainan, Tuhan telah bosan dengan permainan yang sudah-sudah. Dengan itu Tuhan memiliki Ide bahwa ia akan menciptakan alam para Dewa yang mana Tuhan sendiri sebagai raja yang tertinggi yang dibagai menjadi kerajaan kecil seperti rara dewa indra penguasa surga dan raja-raja lainya. Tuhan membentuk aturan-atura tertentu yang memiliki sangsi, tetapi Tuhan berpikir lagi hukuman yang pantas dan enak adalah menjadi maunusia. Dengan itu Tuhan memberikan kekuatan kepada ketiga Manifestasinya untuk membuat, memelihara dan melebur dunia dan jagat  raya ini berserta isinya. Maka dengan adanya jagad  raya ini Tuhan menyatakan kepada seluruh para dewa bahwa siapa yang melakukan kesalahan melanggar aturan Hukum maka ia dilahirkan ke dunia.
Dari itu ada salah satu dewa yang melanggar aturan itu maka dewa itu diturunkan ke dunia dengan segala awidyanya dari lapisan badan tadi, dialah manusia pertama di dunia yang disebut Manu dari manu disebut manusia, kurang lengkapnya dia di dunia maka Tuhan menciptakan lagi pendampingnya yaitu perempuan untuk bisa melngsungkan keturunan yang diciptakan dari tulang rusuk sang manu yang bertujuan mengoda kaum laki-laki dan sebagai ibu dari manusia. Maka dari itu manusia berkembang semakin lama semakin banyak. Jika ada dewa yang melakukan kesalahan maka ia akan turun melalui manusia itu dan jalur kelahiran. dan Tuhan kurang merasa lengkap lagi Maka Tuham menciptakan Jin dan bhuta kala lainnya yang menjaga alam ini sifat dua sisi satu untuk menjaga dunia satu untuk mengoda manusia agar menghancurkan dirinya dan alam ini. Itulah keasikan Tuhan dalam permainannya itu beliau menciptakan dua sisi yang berbeda yang selalu berdampingan agar enak dirasakan. untuk penjelasan lebih rinci kami tidak tuliskan hanya kami memberikan gambaran sekilas mengenai dunia ini.





 RENUNGAN TENTANG DIRI SENDIRI



KELAHIRAN DAN KEMATIAN
KARENA KARMA






TENTANG PERJALANAN HIDUP YANG TAHU KAPAN BERHENTINYA










I KETUT PASEK GUNAWAN








TAHUN 2009
KATA PENGANTAR


Om Swastyatu
            Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat anugrahnya dan Asung Kertha Wara Nugrahanyalah penulis dapat menyusun buku ini sesuai dengan harapan dengan judul ”Kelahiran dan Kematian Karena Karma (tentang perjalanan hidup yang tidak tahu kapan berhentinya)”.
            Penulisan buku ini mengambil acuan dari beberapa sumber buku dan kitab suci agama Hindu, yang pada dasarnya kebenarannya dapat dipercaya. Sumber acuan tersebut dijadikan dasar yang dikaitkan dengan pengalama seperti bhagawadgita, sarasamuscaya, slokantara, menawadharma sastra, dan pustaka lainnya yang berkaitan dengan buku yang penulis susun. Buku ini penulis sajikan berdasarkan atas keresahan yang dialami setiap manusia dalam menghadapi kematian yang terjadi pada didirnya, keluarga dan orang yang ada disekitarnya, sehingga buku ini diharapkan dapat menambah referensi untuk memahami dan mengerti apa itu kelahiran dan kematian.
            Penulis menyadari penulisan buku ini masih banyak terdapat kekurangan karena penulis menyadari penulis masih dalam proses belajar. Dengan demikian penulis sangat mengharapkan masukan dan saran untuk kebaikan buku ini selanjutnya.
Om santih, santih, santih om


Penulis

Singaraja, 10 Agustus 2009

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .............................................    ii
DAFTAR ISI ............................................................    iv
Pendahuluan .............................................................    1
Mengapa  Kita Harus Mati Siapa yang memaksa......    3
1. Kematian Karena Hukum Mati .......................    7
2. Mati Karena Bunuh Diri .................................    9
3. Mati Karena Kecelakaan yang Tiba-Tiba ........    13
3. Mati Karena Dibunuh oleh Orang Lain ..........    14
Takut Akan Kematian................................................    16
Kemanakah Setelah Kita Mati...................................    25
Mengapa Harus Ada Pengabenan .............................    43
A. Dasar Hukum Pitra Yajna ..............................    44
B. jenis-Jenis Pitra Yajna ....................................    45
C. Landasan Filosofis Pitra Yajna ......................    46
D. Maksud dan Tujuan Pitra Yajna ....................    49
Adakah Setan Dalam Konsep Agama Hindu............   53
1. Badan Fisik dan Etherik .................................    53
2. Badan Astral dan Mental ................................    59
3. badan Penyebab ..............................................    60
Hubungan Kematian dan Kelahiran .........................    63
1. Mengapa Kelahiran Berbeda-beda..................    66
2. Tujuan Kita Dilahirkan ...................................    74
DAFTAR PUSTAKA








Text Box: iii
DAFTAR PUSTAKA


Agung Oka, I Gusti, 1993. Slokantara. Jakarta: Hanuman Cakti.
Kajeng, I Nyoman. Dkk. 2005. Sarasamuscaya dalam Bahasa Sansekerta dan Jawa Kuna. Surabaya: Paramita.
Pudja, Gede. 1983. Menawadharmasastra Weda Smerti Compendium Hukum Hindu. Jakarta: Departemen Agama RI.
Pudja, Gede. 2005. Bhagawadgita (Pancama Weda). Surabaha: Paramita.
Sudharta, Tjoko. 2004. Slokantara Untaian Ajaran Etika, Teks, Terjemahan dan Ulasan. Surabaya. Paramita.
Jendra, I wayan. 2004. Hukum Karma. Surabaya: Paramita,.
Krmajaya, I Gede. 1999. Hukum Evolusi Sang Roh (Brahma Candra). Surabaya: Paramita.
Singgin, Wikrama, I Nyoman. 2002.  Ngaben Upacara Dari Tingkat Sederhana sampai Utama.Surabaya: Paramita.
Karmajaya, Gede. 2001.  Alam Kehidupan Sesudah Mati. Surabaya:Parmita.
Tim Penyusun. 2004. Buku Pelajaran Agama Hindu untuk SLTA 3 (Semeoster 1 & 2). Surabaya: Paramita.